Part 3

147 3 0
                                    

"Assalamu'alaikum..."

"Eeehhhh.... Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhh....." Saya pandangi lekat-lekat sosok yang kian lama kian menjuah, dan akhirnya menyelip di balik rak-rak di depan saya. Entah keluar dari perpus , atau pergi ke sisi lain. Saya tundukkan pandangan saya.. terlambat! Bodoh!

Sore hari saya menghadiri pengajian Ustazah Liny. Perempuan setengah baya kelahiran Kamang Magek yang sudah puluhan tahun tinggal di Bukittinggi. Ia salah seorang guru mengaji saya di sarankan teman saya Anisa untuk sering mendatangi majelis Ustazah yang satu ini. Menurut Anisa, Ustazah ini memiliki ciri khas dan karakter pribadi yang menarik, di samping keahliannya dalam ilmu-ilmu syariat dan aqidah keislamanan. Sudah 2 bulan ini saya dan Diana aktif mengikuti pengajian setiap kamis sore. Tapi hari ini tiga perempat konsentrasi saya buyar, pikiran saya tak bisa focus mendengarkan petuah, nasihat dan bimbingan keagamaan yang di sampaikan Ustazah Liny dengan bahasa yang sesungguhnya amatlah teduh dan menyenangkan. Perjumpaan-perjumpaan saya dengan Rian tak ubahnya momentum yang menguak kerinduan lama yang selama ini sudah menghempas di dasar hati saya. Bayangan terhadap Rian jelas-jelas telah memindahka sebagian semangat saya ke alam yang berjauahan dari alam pengajian, merampas sebagian kosentrasi saya, lalu menenggelamkan pikiran saya ke alam asing. Alam yang berisi fantasi, hasrat hewani yang perlahan pasti menggerogoti semangat saya.

Huhhhhh, saya hembuskan nafas kuat-kuat, setelah beberapa saat saya tahan dalam dada. Saya coba perangi segala bayangan manis yang menggoda pikiran saya. Saya kuatkan hati saya saya coba berhadapan langsung dengan realitas yang ada di hadapan saya sekarang ini. Saya kini sedang mengaji, ingin memperdalam ilmu agama saya.

"salah satu bentuk kemusyrikan besar yang nyata namun kerap di lupakan sebagian orang adalah syirkul mahabbah..."

Itu salah satu pesan Ustazah Liny yang pernah saya dengar dalam pengajian beberapa hari yag lalu. Saya ingat-ingat betul nasihat itu, dan dengan segenap kekuatan hati, saya coba menyimak apa yang disampaikan Ustazah Liny sore itu. Ada bulir-bulir makna yang mengikat apa yang saya pahami selama ini.

"Ruh dari seluruh amal perbuatan kita adalah keikhlasan. Amalan tanpa keikhlasan ibarat jasad tanpa nyawa. Kalau kita tau betapa busuk dan menjijikkannya sebuah bangkai, maka begitulah wujud amal perbuatan yang telah kehilangan keikhlasan..."

"Bila shalat harus di sertai dengan keikhlasan,maka demikian juga dengan halnya bersedekah, berhaji menaati orang tua, mencintai atau membenci seseorang, dan termasuk meninggalkan dosa dan maksiat.."

Sudah ikhlaskah saya bertobat..??

Itu yang menjadi pertanyaan terbesar di hati saya saat itu.

Bila saya ikhlas, tentu saya tak boleh mengotori niatan bertaubat saya dengan hal-hal yang membuat hati saya kusut, semangat belajar menurun, dan motivasi memperbaiki diri menjadi susut perlahan-lahan. Tidaakkk. Itu semua tidak boleh terjadi.

"Ehh Tiya, kenapa kamu? Pengajian sudah selesai, kamu masih enak-enak saja bersandar ke tembok seperti itu!!.."

Uuppsss... Ucapan Tika menyadarkan saya. Tanpa sadar saya sudah tenggelam dalam pergulatan perasaan saya sehingga saya tak tau pengajian sudah usai. Sambil tersenyum, Tika mengulurkan tangannya, saya gapai tangan teman sepengajian saya itu dan ia menarik saya dari duduk hingga tegak berdiri.

Tahukah kawan bagaimana kondisi hati saya sekarang ini? Bila sakit mag, kondisi hati saya saat ini menyerupai penyakit maag akut. Makan atau tidak makan sama susahnya. Beraktivitas atau tidak beraktivitas sama memusingkannya. Saya tau betul bahwa yang saya bayangkan itu belum halal bagi saya.

Berbagai bayangan di waktu kelas XI.IPA bersama Rian secara memalukan begitu saja muncul dan berkelebatan dalam pikiran saya, senyumnya, tawa renyahnya, kecerdasannya, gaya bicaranya, secara bergantian bermunculan, tersaji jelas, ibarat silde-slide pelajaran sekolah di dalam benak saya. Ada apa sesungguhnya??

Masihkan cinta monyet itu menyisakan kerak-keraknya dalam hati saya?

Mana taubat saya? Mana cinta saya kepada rabb saya? Mana kesetiaan saya pada agama saya??
 

(Bersambung)....

Diam Diam SukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang