Roni #1

90 4 6
                                    

"3 Desember 2015. Hari aku jatuh cinta padamu"
"Hah?" Tentu aku bingung dengan apa yang dikatakannya barusan. Jatuh cinta? Kepadaku? Rasanya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.
"Aaaarrgghh", teriakku. Segerombolan geng motor mengerubuni kami berdua.
"Aishh rupanya om-om itu menelpon gengnya hanya karena jaket ini" ujar pemuda tersebut.
"Hehh, anak muda cepat serahkan jaket itu selagi aku berlaku baik"
"Tapi, aku sangat menyukai jaket ini. Jaket ini itu my style"
Om-om itu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyergap pemuda ini.
Hadeziggg. Perkelahian terjadi. Walaupun 1 lawan 10 orang, nampaknya pemuda ini cukup kuat dan akhirnya mereka menyerah.

Saat aku hendak pergi, ia menahanku. Lantas ini membuatku takut apalagi atas kejadian yang terjadi barusan.
"Ahh, pliss jangan mengikutiku!". Dia hanya tersenyum kecil yang membuatku tambah takut.
"Hemm, coba kau berbalik ke belakang". Wah, ternyata dia menurut.
"Yaa bagus, kau anak baik, sekarang hitung sampai 10 lalu kau berbalik lagi"
Di mulai menghitung dan aku langsung lari ke tepi jalan raya seraya menyetop taksi.
"Paak, tolong ke rumah sakit Hanaya dengan cepat!!"
"Baiklah"
Untuk sejenak, aku cukup tenang namun beberapa saat aku merasa ada yang mengikuti. Dan saat aku menengok ke jendela kanan..
Astaga, dia mengikutiku dengan motor ninjanya!

Akhirnya sampai juga di pintu rs dan dia masih mengikutiku.
"Aahhh, ayolahh jangan mengikutiku teruss!!"
Emosiku terhenti karena melihat darah mengucur dari kepalanya, mungkin akibat perkelahian tadi.
Aku mengobatinya dan dia tetap membisu. Aku menyuruhnya melepas jaket yang dia pakai karena aku tau dia mencurinya.

"Mana HP-mu?"
"Buat apa?"
"Mana?" Dia langsung mengambilnya dari saku jas kedokteranku dan mendaftarkan nomor ponselnya.
"Apa yang kau lakukan hah?"
"Namaku, Jonathan dengan tatapan dan sinar mata seperti ini"
Tentu aku tidak mengerti maksudnya. Dia melihat nametag ku dan berkata
"Yura? Dari departemen psikolog? Pekerjaanmu saat buruk"
"Apa maksudmu?"
Tambah dia berkata seperti itu membuat kepalaku semakin ruwet. Dia langsung pergi tanpa berkata sepatah kata apapun.

Sial, orang-orang di kantorku malah beranggapan bahwa aku dicampakan oleh kekasihku. Mereka memang suka menggosip.
Aku terus memikirkan kata perkata yang dia ucapkan lalu aku teringat kalau dia menfdaftarkan nomornya di ponselku. Aku langsung mengeceknya. Jonathan? Nama yang cukup bagus, sangat berbeda dengan orangnya.
~~~

Aku terbangun di atas tempat tidurku, disebelahku ada sekretarisku. Yah, aku lupa apa saja yang kulakukan kemarin malam.
"Wakil direktur, anda sudah bangun?"
"Apa yang terjadi kemarin malam? Kenapa kepalaku kesakitan?"
"Sepertinya Jonathan muncul dan dia bertemu seorang gadis"
"Seorang gadis? Siapa namanya? Cari tau tentang dia"
"Baiklah"
Aku sangat penasaran siapa yang dilakukan oleh Jonathan bersama gadis tersebut.
"Wakil direktur, anda harus bersiap-siap untuk rapat di kantor"
Ponselku berdering, ada panggilan masuk
"Kau!!, cepat ke gudang x jika tidak, pacarmu akan mati!"
"Pa..pacar?"
"Ohya, bawa jaket kulit itu juga"
"Jaket kulit?"
Tuut.. tuut..

Aku langsung mencari jaket kulit yang orang tadi maksud tapi sekretarisku bersih keras aku harus ikut rapat.
"Coba pikirkan! Seorang gadis jadi sandra gara-gara Jonathan!"
"Tapi.. baiklah aku akan mengulur waktu untuk rapat hari ini"

Aku langsung cabut ke gudang x dan mencari gadis tersebut. Arrgghhhh. Jangan keluar sekarang. Kumohon. Aarrrgghhh. Tatapan yang berbeda, orang yang sama muncul.

"Hayah, tempat apa ini?"
"Heh, kembalikan jaketku!"
"Jaket? Jaket apa?"
"Jaket kulit yang kau curi saat itu!"
~~~

Mulutku tertutup oleh lakban sehingga aku tidak bisa berbicara apapun. Padahal jaket itu ada di rumahku dan dia tidak tahu apa-apa. Aku berusaha berteriak sambil bergumam "Orang itu tidak tahu apa-apa!! Jaketnya ada di akuu!!"
Jonathan dipukuli karena tidak membawa jaket kulit.

Siapa dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang