Rudi #2

53 2 0
                                    

Matahari sudah bangun. Dia mengintip dari celah jendela kamar tidurku. Hari baru, cerita baru.

Kring.. Kring.. Kring..
Haha, sepertinya alarmku marah karena aku masih berbaring di kasurku. Setelah sadar, aku langsung bersiap-siap karena hari ini ada konsul dengan Dokter Joni. Kemarin Roni menawariku sebagai psikiater pribadi, haha omong kosong macam apa itu.
Jadi, sekarang aku akan mengunjunginya dan meminta pendapatnya.

Aku diantar abangku ke rumah sakit. Gatau kesambet apa dia,haha.
"Hei, sister"
"Hei, brother"
"Kau, jangan sakit lagi. Awas aja"
"Ok ok. Dahh. Hati-hati"

Aku naik lift menuju lantai 6, kantor Dokter Joni.
Tok tok tok
"Yaa, masuk"
"Dokter.."
"Apa? Kenapa?"
"Ehmm.. Roni nawarin aku jadi psikiater pribadinya"
~~~

"Gimana? Apa dia menerima tawaranku?"
"Yahh, sepertinya dia belum memutuskannya"

Rumahku dilengkapi dengan cctv dan terdapat ruangan rahasia yang hanya dapat dibuka oleh sidik jariku. Di ruangan itu aku bisa memantau apa yang dilakukan kepribadian lain ku saat mereka muncul. Bahkan berkomunikasi dengan mereka, gila bukan?
Aku adalah cucu dari CEO Perusahaan Mira. Perusahaan yang cukup terkenal.
Selama lebih dari 15 tahun aku tinggal di Amerika untuk menyembuhkan penyakitku ini. Aku menyembunyikannnya dari keluargaku karena mungkin mereka akan menganggap aku ini aib keluarga mereka.
~~~

"Jangan, sungguh berbahaya seorang perempuan menjadi psikiater pasien DID. Aku aja pernah hampir mati gara-gara Jonathan, dia mencekikku. Jonathan sangat ganas"
"Iyasih, bener juga"
"Lebih baik kamu ke Amerika untuk belajar lagi. Aku bisa merekomendasikanmu di Universitas John Hopkins"

Aku terus memikirkan, John Hopkins? Atau psikiater pribadi?

"Hei, sister! Naiklah, kau mau pulang kan?"
~~~

"Mungkin, dia tidak menerima tawaranku"
"Jadi?"
"Cari psikiater lain aja"
~~~

Aarrrrggghh..
Jangan dulu.. jangann
Arrrgghhhh..
"Hayah, akhirnya aku keluar. Mana yaa mana alat pancingku? Eh? Dia masih menyimpan bajuku hehe"
Rudi mengorek sakunya dan menemukan kartu nama yang diberikan Yuzi saat di pesawat. Dia langsung pergi menuju restoran Sangri.
Sesampainya di sana..
Aarrgghhh. Jangan.. aarrgghh.
"Apa ini? Rudi? Rudi muncul?!"
Aku mengganti bajuku dengan sweater dan memakai jas.
~~~

"Hei sister!"
"Apaan?"
"Liat tuh mobil, goyang goyang sendiri gitu, berarti.."
"Hei, pikiranmu itu yaa.."
Kami penasaran dan mengintip lewat jendela mobil. Dan ternyata di dalamnya itu ada Roni.
"Rudii!!"
"Hah? Rudi?"
"Benerr waktu itu aku ketemu sama dia di pesawat pas pulang"

"Yuzi?"
"Iyaa Yuzi, wahh kamu masih ingat aku ternyata?"
Aku bingung ternyata Yuzi pernah bertemu Roni, tapi sebagai Rudi. Huft

"Ahaahahaha"
Kami makan bersama di restoranku. Ternyata orang tuaku sangat menyukainya.
"Wahh, pokonya saat di pesawat dia sangat keren"
"Ya? Gimana? Bisa kau ceritakan apa yang terjadi di pesawat?"
"Saat itu aku sedang perjalanan pulang dari Amerika memakai pesawat.
Seorang yang duduk disebelahku memancarkan karisma yang WOW.
Dia berbicara dengan dirinya sendiri lewat merekam video.
"Wahh dia sangat hebatt" itulah yang ada dibenakku.
Aku melihatnya dan dengan cepatnya dia tertidur

Aku pun tertidur dan tiba-tiba dia membangunkanku seraya bertanya kepadaku
"Maaf, ini pesawat menuju kemana ya?"
"Ya? Ah, menuju Indonesia"
"Ahh, makasih"
Aneh, masa naik pesawat tidak tahu tujuannya padahal saat masuk dia memancarkan karisma yang WOW.
Aku meminum wine ku dan terlelap kembali.

Aku terbangun dan mendapatkannya sedang mencuri-curi wineku.
Akhirnya, kami minum bersama. Aku memberikan kartu namaku. Dia memberi tahu namanya, Rudi.
Orangnya sangat friendly dan ku dengar dia suka memancing sehingga dia mengajakku memancing. Kebetulan aku juga suka, haha. Sejak saat itu, kami mengobrol dan lost contact setelah turun dari peswat dan berpisah di bandara."
"Ahh, begitu ternyata"
"Sejak saat itu, setiap aku kesulitan, aku berbicara dengan diriku lewat merekam video. Hahahha"
"Hhahaha, maaf saya mau keluar sebentar ya"
"Ohyaa silahkan"
Zettt zettt
"Hei ada sms tuh"
"Ahh aku mau ke toilet dulu"
"Cepett dia pasti nunggu dan mengajakmu ngobrol kan?"
"Hah? Apasih pah"

"Roni, Sini!"

Kami menuju ruang bawah tanah tempat penyimpanan minuman dan makanan.

Aku mengganjal pintu dengan kayu.

"Kenapa ini diganjel? Tutup aja, aku mau ngomong sesuatu yang penting"
Dia melepas ganjalan dan menutup pintunya
"Ahh kenapa ditutup?! Pintunya gaakan bisa dibuka kecuali dari luar!"
"Ehh bener gimana dong"
"Udahlah duduk aja sini nanti juga ada yang nyadar kita di sini"
"Hp, hp kamu mana? Hp aku ketinggalan"
"Aku gabawa hp"
"Yahh, sekarang kita berdua terkurung di sini."

"Heii udahlahh ini, minum ajaa"
Aku mengantuk dan akhirnya tertidur, saking capenya aku ngelindur dan secara tidak sadar aku mendekati Roni.
Disaat yang bersamaan, abang masuk ke ruang bawah tanah dan tampaknya dia sangat shock dengan keadaan kita berdua, sangat memalukan.
"Mamahhh, papahhh!! hot news!!"

"Rudi, bawa makanan ini, ini juga" ujar mamahku
Aku hanya menyembunyikan muka dengan rambut saking malunya
"Dadahhh hati-hati di jalan!!"
Aku masih membeku

"Jadi cewe itu harus jual mahal, gimana sih" ujar mamahku dilanjut dengan abangku
"Aku ga percaya ternyata ade aku itu.."
"UDAH LAH ITUKAN CUMAN NGELINDUR DOANG!!"

Sekarang, keluargaku taunya Roni itu Rudi dan pastinya aku tidak bisa memberi tau kalo dia yang menawarkanku menjadi psikiater pribadinya.
~~~

*maaf lama ga update :"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siapa dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang