Paris,
Aku bangun dengan rambut acak-acakan, mata yang sembab, pipi yang tadinya berair tapi sudah kering. Aku menatap jam yang tergantung di dinding kamar, menguap lebar lalu bangkit dari tempat tidur. Aku mengikat rambut cokelat ku asal-asalan, membuka gorden, melihat beberapa pejalan kaki yang sedang mengobrol dengan beberapa teman-temannya.
Jalanan tampak tidak terlalu sepi pada pukul 9 pagi. Para penduduk paris, ada yang sudah sampai di tempat kerja atau ada yang lagi menuju atau bahkan ada yang belum mandi sama seperti aku. Keliatannya sih, semua orang tampak sangat semangat tapi berbeda dengan diriku. Pemalas, satu kata itu sangat cocok denganku.
Pintu diketuk dari luar, saat aku masih menatap suasana kota Paris. Dengan malas, aku memutar kunci yang melekat di pintu. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, sahabat atau mungkin bisa disebut partner in crime ku pada saat masa-masa kuliah akan menceramahi ku pada pagi hari ini.
Bethany Jolie-Gadis bertubuh jangkung, berambut blonde, bermata cokelat ini menatapku dengan pandangan terkejut. "Astaga, Aide!" jeritnya dengan kencang. Aku yakin dia akan menceramahi ku setelah ini, untuk tidak menonton film romantis yang menyedihkan sebelum tidur.
Aku menaikkan alis kiriku, siap-siap untuk mendengar ceramah panjangnya. "Aide! Kau lupa atau kau memiliki kecanduan dengan sekumpulan film aneh mu itu yang membuatmu lupa dengan hal penting." jerit Bethany dengan sekali sentakan. Aku mengerutkan dahiku, tanda bahwa aku bingung dengan apa yang sedang dikatakannya.
"Astaga Aide, aku bersumpah akan membuang atau bahkan membakar sekumpulan film aneh mu itu." Aide adalah nama panggilanku.
Aku langsung menatapnya dengan horror, sepertinya tidak ada masalah jika aku kecanduan dengan film-film romantis yang ditulis oleh Nicholas Sparks. Siapa juga yang tidak suka dengan buku-buku karya Nicholas Sparks? Kebanyakaan novel yang dia tulis sudah dihidupkan dalam media. Jangan tanya lagi, iya aku sudah menonton dan membaca semuanya. Aku sangat berbeda dari Bethany tetapi itu yang membuat kami bisa berteman sampai sekarang. Kami saling melengkapi dalam segala hal. Bethany lebih suka buku-buku karya Agatha Cristie sedangkan aku Nicholas Sparks. Sampai sekarang aku bingung, kenapa coba dia harus membaca buku-buku seperti itu. Aku tidak pernah mengerti buku-buku karya Agatha Cristie, pengarangnya seperti menyuruh para pembaca untuk mengingat semua peran yang ada di cerita itu jika tidak, pembaca tidak akan mengerti seluruh ceritanya.
Bethany menjetikkan jari didepan wajahku, "Back to Earth, Aide". Aku mendengus sebentar, tetapi aku tiba-tiba teringat sesuatu.
"Astaga, Hany! Kenapa kau tidak membangunkanku lebih cepat" jerit ku jauh lebih kencang daripada jeritan Bethany. Aku langsung bergegas memasuki bilik kamar mandi, menyelesaikan mandiku dengan cepat. Aku mendengar pintu kamar yang ditutup, mungkin Bethany sedang menyiapkan sarapan pagi untuk kami berdua. Hany adalah nama panggilan untuknya dariku.
Setelah aku selesai mandi. Aku mengambil pakaian dengan asal dari ruangan Walk in Closet dan memakainya dengan tergesa-gesa. Sebuah Dress berwarna baby pink sudah melekat di tubuhku, ditambah dengan jam tangan berwarna pink sudah melekat di pergelangan tanganku, dengan dilapisi sedikit make up di wajahku. Aku menatap jam dinding, memegang gagang pintu besi yang terasa dingin di kulitku, seketika aku teringat bahwa aku belum menutup Air Conditioner di kamarku. Aku membiarkan pintu terbuka, bergegas meraih remot yang biasanya terletak di meja tetapi sekarang remot itu entah kemana menghilang. Aku membongkar laci tetapi tetap tidak menemukan remot sialan itu. Aku melihat tempat tidur ku yang sangat berantakan, mencoba untuk merapikannya dengan melipat selimutku sambil mencari-cari remot Air Conditioner. Kalau tidak salah aku meletakannya disini semalam, aku masih ingat semalam aku menurunkan suhu ruangan mengunakkan remot itu."Aide, apa kau sudah selesai?" jerit Bethany dari dapur sepertinya, karena aku bisa mencium aroma masakan dari kamar.
"Persetan dengan remot itu, aku sudah telat." umpatku, lalu mengecek make up ku sekali lagi tetapi aku terinjak sesuatu yang keras. Aku menundukkan kepalaku, dan menemukan remot sialan itu di lantai.
Dengan tergesa-gesa, aku menekan tombol off. "Iya, aku sudah selesai."
Aku tidak tau bagaimana hidupku akan terjadi jika tidak ada Bethany disampingku. Dulu mungkin aku masih punya mama yang bisa menyiapkan segalanya untukku, tetapi Mama sudah tidak ada lagi.
Mama dan Papa meninggal 2 tahun yang lalu satu hari sebelum tahun baru. Tepatnya saat aku berumur 23 tahun, sekarang aku sudah berumur 25 tahun. Kecelakaan itu membuatku menjadi pendiam selama beberapa bulan, tetapi karena Bethany sering menghiburku. Aku sadar bahwa aku tidak boleh sedih terus.Terkadang Bethany bisa menjadi teman yang baik, dan kadang bisa menjadi seorang Mama. Seperti sekarang... "Aide, tubuhmu semakin kurus, makanlah lebih banyak." Tubuhku memang menjadi lebih kurus beberapa minggu ini, mungkin karena beberapa minggu ini aku terlalu sibuk sampai lupa makan. Aku memiliki tubuh yang sedikit lebih pendek dari Bethany, aku juga memiliki mata berwarna abu-abu yang sedikit menganggu, aku dulu sering berharap untuk memiliki mata berwarna cokelat.
"Iya.." jawabku singkat, sambil mengunyah sandwich yang berisi tuna buatan Bethany.
"Cepat selesaikan makanmu, kita sudah telat."
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romance"A..ku gak bisa." jawab Adelaide dengan bibir bergetar. "Kenapa? Kenapa gak bisa? Apa yang kurang dari aku?" tanya Mac dengan pandangan teduhnya. Seketika air mata turun lagi dari mata merah Cassie, ia mengigit bibir sambil memejamkan mata. "Gak...