Jadian?

70 3 0
                                    

Dunia lebih sempit lagi ketika tahu kalau Faiz adalah teman mereka (read: Aldo, Ardi dan Rafi) juga. Dan ngomong-ngomong soal rencana nya Rafi yang nyomblangin aku sama Ardi itu gak berhasil. Mau tau kenapa? Karena aku ternyata memilih jadian dengan Faiz. Hahaha jadian? Ya! Jadian. Dan jangan salahkan aku karena menolak Ardi, karena dia memang belum pernah menembak ku atau menyatakan cintanya padaku. Belum pernah.

"Lo jadian sama Faiz? Serius lo ?", tanya Tika dengan raut wajah kaget saat dia memaksa meminta hp ku. Aku punya feeling bahwa dia akan membaca percakapan ku dengan Faiz. Dan dia juga tahu bahwa sedari tadi aku memang menyembunyikan sesuatu dari nya.

"Pj dong pj..", Tika angkat bicara lagi setelah sekian lama kami diam dengan pikiran masing-masing. Dia masih sibuk dengan hp ku.
"Pj apaan sih?",tanya ku dan itu membuat nya tertawa.
"Hahaha norak lo masa gatau pj sih yaelah..",aku hanya menggeleng dengan wajah cemberut.
"Pajak jadian dodol.."
"Oh.. harus gitu ya pake pajak segala? Baru tau gue ada yang gituan",jawab ku cuek
"Hahaha ya ada lah..elah"

Tika adalah teman sekelas ku. Teman dekat lebih tepat. Ternyata kita satu almamater SMP, tapi kenalnya pas mau masuk SMA. Jadi pas tau kita itu sekelas, kita nggak canggung dan lebih akrab jadinya. Kita jadi sering curhat tentang apapun itu. Dia adalah pendengar yang baik.

Terereng.. terereng..
Notification dari salah satu aplikasi social media ku berbunyi.

From:
Gia Putri
" Tsa.. Lo jadian sama Faiz? Demi apa? "

Pft! Aku mendengus. Gila. Kok udah jadi tranding topic gini ya jadinya? Kenapa mereka pada yang kaget gitu sih tahu aku sama Faiz jadian? Aku merasa risih mendengarnya. Entahlah, aku nggak tahu ini apa maksudnya?

To:
Gia Putri
"Demi gue cantik Ya Allah.."

From:
Gia Putri
" Yaelah serius kali.. nggak nyangka gila. Kenapa lo nggak pernah cerita sih? Ah,sombong lo. "

To:
Gia Putri
" Gua juga serius kali. Trus harus gitu gue ceritain ke lo? Yaelah.. gitu doang dibilang sombong. "

From:
Gia Putri
" Iya, pokoknya sekarang lo harus cerita "

Pft. Lagi-lagi aku mendengus kesal. Dan akhirnya terpaksa menceritakan nya kepada Gia.

Kenalin, Gia adalah salah satu teman SMP juga. Dia adalah teman sekelas nya Aldo,Ardi,Rafi juga Faiz. Kita kenal berawal dari social media karena menyukai idola yang sama. Sekarang kita beda sekolah. Tapi kita masih jaga komunikasi kok.

Sudah dua minggu lebih aku dan Faiz berhubungan. Tapi kita belum pernah ketemu lagi. Mungkin karena sangking sibuknya. Dan sekarang aku nggak perlu menghindar dari teman-teman SMP ku. Karena info bahwa aku dan Faiz jadian telah tersebar. Dan anehnya mereka lebih memperlihatkan raut mengagetkan. Salah kalau aku jadian sama Faiz? Apa sih buruknya Faiz? Dan pertanyaan lain yang tak kunjung terjawab karena berkeliaran di kepala.
Memang, dia nggak seganteng Minho dimata mereka, tapi dia baik, romantis, lucu, gila, pengertian, dan menyebalkan. Loh? Kok mau ya pacaran sama yang gila dan menyebalkan? Haha..

Hari ini Faiz ngajak aku ketemuan di SMP. Aku sampai berulang kali membaca pesan masuk dari nya. Kok di SMP sih? Nggak ada tempat lain apa? Hah.
Pulang sekolah aku pun mulai bergegas nggak sabaran buat ketemu dia. Tapi... sialnya hp ku itu tiba-tiba panas gitu dan alhasil ngeblank. "Arrrghhh.." gerutu ku kesal sendiri.
Untung aku ketemu Rini, teman ku. Dan aku minta bantuan padanya. Aku mencoba ngesms Faiz pake nomor nya Rini, dan aku ikut nebeng ke Rini karena kebetulan rumah nya dekat dari SMP ku. Tidak lama kami pun sampai ditempat tujuan. Sekolah belum sepi. Masih ada sebagian guru dan murid-murid yang mungkin sedang ada kegiatan ekstrakulikuler. Aku menunggu nya lama,kira-kira lima belas menit tapi tak kunjung datang. Hati ku mulai tak karuan. Jantung ku mulai berdegup dengan tempo yang tak stabil. Cemas dan gelisah. Akhirnya aku pun kecewa dan memutuskan untuk pulang dengan hati kecewa dengan raut wajah cemberut yang tersirat.
"Hp tiba-tiba rusak, sekarang ketemu juga engga elah.. bete!", gerutu ku kesal dalam hati.

"Lo tau nggak sih kalau gue kangen?", lagi-lagi aku berkata dalam hati, masih dengan raut wajah cemberut tentunya.

Tiba-tiba, aku terbangun ketika merasakan getaran dari hp disebelah tangan kanan ku.
Pesan masuk dari Faiz ternyata.

From:
My love,Fariz.

Sayang kamu dimana?

Ya, hanya dengan Faiz aku bisa ber- aku-kamu kalau ngomong maupun chattingan.

To:
My love,Fariz.

Dirumah lah. Kenapa?

Tidak perlu lama menunggu balasan darinya pun datang.

From:
My love,Fariz.

Loh..kok jutek gitu sih? Sayang kenapa?

Apaan sih, dasar cowok nggak peka banget ya?

To:
My love,Fariz.

Gatau ah. Gelap.

From:
My love,Fariz.

Loh? Kan ada aku yang udah nyinarin hati kamu. Kok gelap sih? Jangan gitu dong..

Huek. Apa? Gombalan nya nggak mempan. Sorry lah ya..

Ini cowok apaan sih nggak peka-peka juga. Aneh. Ego dan kekesalanku kali ini menang. Aku sengaja nggak ngebalas semua pesan masuk darinya. Sampai tiba-tiba aku sadar kalau aku salah, ketika membaca salah satu isi pesan darinya.

" Maaf, kamu marah ya? Aku nggak maksud nggak datang sayang. Tapi aku telat karena tadi kelar nya jam setengah 3. Maaf ya sayang.. aku tahu mungkin tadi kamu udah lama nunggu aku kan ya? Tapi kenapa juga kamu tiba-tiba susah di hubungi sih tadi? "

Ya kira-kira seperti itu lah isi pesan darinya. Iya, aku baru sadar kalau tadi aku nggak ngasih tau kalau hp ku tiba-tiba rusak. Ini cuma kesalah pahaman tenyata.

Cinta itu butuh pengertian, kejujuran, dan kesetiaan. Itulah hal yang membuat kita nggak sanggup berlama-lama marahan atau ngambekan seperti ini.

To:
My love,Fariz

Astagfirullah.. iya sayang maafin aku juga. Aku salah, nggak seharusnya ngambekan kayak gini ke kamu. Aku lupa ngasih tau kalau tadi hp ku tiba-tiba ngeblank. Ini untung ada hp mama yang udah nggak ke pakai. Hehe.. maaf ya sayang. I miss you

Aku menyeka air mata yang hampir jatuh ke pipi ku. Setelah mengirim pesan itu aku langsung senyum terharu. Aku yakin Faiz nggak akan marah. Aku bahkan malu banget udah salah paham gini sampai ngambek-ngambek nggak jelas ke Faiz.

Dan jelas, Faiz nggak marah kok. Dia malah langsung nelpon aku. Dan lewat telepon lah rasa rindu tercurahkan.

" I'm still loving you, Tsa"

Itulah kalimat yang selalu ia ucapkan sebelum mengakhiri percakapan via telepon.

"Me too. Insya Allah..", batinku sambil tersenyum tipis.

-TBC-

Yeaaay... chapter two! Maaf baru di posting. Gue baru selesai UAS nih hehe..
Enjoy for read. Don't forget to vote and comment ya guys. Luv you

Penantian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang