Pagi ini aku datang ke sekolah sedikit lebih cepat dari waktu biasanya. Dan sedikit lebih santai saat berjalan melewati lapangan sekolah dan koridor kelas. Saat aku hendak turun dari tangga sekolah yang menghubungkan lapangan dengan deretan kelas aku melihat dia lagi. Ya. Ditempat yang sama seperti sore yang lalu, saat ia mengajak ku pulang bareng.
Ia tersenyum, lagi. Padaku. Senyum manis nya itu. Iya, senyum nya itu yang bikin aku salah tingkah dan melayang.
Dia, cowok berperawakan tinggi -hm tidak terlalu tinggi sih-, mata nya yang hitam pekat, giginya yang rapi dan putih bersih dan tentunya senyum yang memikat darinya. Namanya Dendi. Ia kakak kelas ku. Satu tingkat diatas ku. Kami kenal karena satu organisasi."Ciee tumben nih datang pagi",sambut Dewi saat aku tiba didepan kelas
Dewi, teman sekelas ku yang paling cerewet dan paling rajin. Dia memang selalu datang lebih pagi ke sekolah sangking rajinnya.
"Datang pagi salah, datang telat salah. Serba salah kayaknya", cibir ku sembari meletakkan tas di kursiku. Dan itu membuatnya tertawa.
"Tika kemana? Jam segini belum datang",batinku
Ya. Aku akan mencari Tika untuk meluapkan semua isi hatiku.
Mungkin aku bisa menyebut kalau diriku sekarang sedang merasa andilau (read: antara dilema dan galau) saat ini.Jam dinding dikelas menunjukan pukul 06.55 WIB. Itu berarti lima menit lagi bel berbunyi tapi Tika belum datang juga. Sepertinya dia telat hari ini. Dan itu benar, karena tak lama setelah bel berbunyi Tika pun datang. Dan beruntung nya dia karena guru belum masuk.
"Tumben lo telat",ucapku saat Tika sudah duduk di tempat nya
"Heheee..",dia cuma nyengir kuda
"Stres ya lo?",ucapku sinis
"Lo kali stres, sinis amat",balas Tika sambil memanyunkan bibir tipis nya menandakan dia sedang ngambek.
"Gue tuh sengaja datang pagi cuma pengen bisa curhat banyak ke lo tapi lo nya malah telat. Sial!",ucapku sambil memutar malas bola mataku dan dia hanya tertawa nggak jelas.
"Bagus juga niat lo. Lain kali sering-sering deh ya.. hahaha",balasnya
"Tertawalah sepuas lo deh",ucapku ketus karena niatku untuk bercerita pun musnah sudah. Tika memang menyebalkan.Selama pelajaran berlangsung aku tidak sepenuhnya fokus. Sesekali aku mengecek apakah ada pesan masuk di hp ku tapi nihil, dan sesekali aku juga melamun.
It's time to have a break, tiririt..
Aku menghela napas panjang. Akhirnya waktu yang ku nanti pun tiba. Kali ini aku sedang menikmati jajanan yang tadi ku beli di kantin di dalam kelas. Berkumpul bersama Tika, Iin, dan Dewi. Ya, kami selalu berempat.
"Kalian tau kak Dendi nggak?", tanyaku tiba-tiba
Mereka menghentikan aktifitas makan mereka seketika, dan menatapku dengan kompak."Kenal kok",Tika menjawab
"Ada apa gitu?",tambah Iin
Dewi menaikan sebelah alisnya karena bingung sepertinya."Dia kok aneh ya belakangan ini?", tanyaku kepada mereka
"Aneh? Haha perasaan lo kali", jawab Tika
"Aneh kenapa emang?", lagi-lagi Iin menimpali"Dia kemarin-kemarin tuh ngajak aku pulang bareng tapi aku tolak, terus pergi gitu aja. Kan aneh. Tadi juga dia senyam senyum nggak jelas. Aneh banget kan?",jelasku pada mereka
"Kayaknya dia suka ke lo deh Tsa", sahut Iin
"Ah masa sih?",jawab ku cuek
"Ya bisa jadi juga sih Tsa, kan lo sama dia juga satu organisasi, bisa aja dia mulai suka dan jatuh cinta ke lo karena slalu ketemu",tambah Iin
"Iya loh Tsa, bisa jadi",timpal Tika
"Kok lo merasa aneh nya ke kak Dendi sih, Tsa? Lo suka kak Dendi yaaa?", gila Dewi main nyerocos aja. Alhasil Iin dan Tika melongo melihat ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian.
Teen FictionSudah dua tahun lebih dia menyendiri. Semenjak putus dengan Faiz, dia tak pernah pacaran lagi. Bukan! Bukan karena belum bisa move on. Bukan karena tak ada yang mau dengannya, tapi sepertinya belum ada yang pas dihatinya. Atau apakah dia menanti seo...