Harry's Pov
Aku melihat kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pm. Aku meletakkan jaket kulitku dikursi. Hari ini sangat melelahkan. Aku bekerja dikantor Ayahku dan banyak urusan yang ditangani untuk hari ini.
Aku mengambil birku dan meneguknya. Kuputuskan diriku untuk tidur. Besok, aku akan bertemu dengan Rosalie dipernikahan Ayahnya dan Hailey. Aku tidak sabar untuk menemuinya.
..Rosalie's Pov
Malam ini, aku menghabiskan waktuku dengan Dad. Ia mengambil cuti sampai minggu depan, jadi waktuku bisa diisi bersama dengannya. Aku menghampiri Dad yang tengah duduk diteras belakang rumah.
"Dad?"Aku memeluknya dari belakang.
"Baby girl"Gumamnya. Ia mengecup pipiku lalu mempersilakanki untuk duduk disamping.
"Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, untuk malam ini"Ujarku sambil duduk dipangkuannya.
Dad hanya tersenyum sambil memainkan rambutku.
"Aku merindukan masa kecilku, bermain bersamamu dan Mom"Ucapku pelan dan menatap lamat-lamat mata Dad."Aku tidak bermaksud mengatakan itu, Dad-"
"Tidak apa, aku tahu perasaanmu"Jawab Dad dan mengelus pipiku."Maafkan Dad"
"Kenapa Dad harus bercerai dengan Mom?"Tanyaku begitu saja pada Dad. Aku butuh jawaban ini selama 7 tahun lamanya.
"Karena kami sudah tidak sama. Kami mempunyai banyak masalah"Alasan itu lagi, lagi dan lagi.
"Aku bisa rasakan itu sejak umurku 3 tahun. Saat itu kalian mulai mengucapkan selamat malam padaku secara sendiri-sendiri. Lalu, kalian suka bertengkar dimanapun, karena aku masih kecil, aku tidak tahu itu. Tapi aku punya perasaan yang kuat, itu semua bukan hal yang baik"Jelasku. Aku memeluk Dad dengan erat. Meraih lehernya untuk kulingkarkan dengan tanganku.
"Aku menyayangimu, Rosalie. Apapun yang terjadi nanti"Ujar Dad. Semburat kebahagian terlihat dari senyumku.
"Aku juga menyayangimu, Dad"Jawabku. Aku melepas pelukanku dan mencium pipinya.
"Bagaimana kemarin? Kegiatanmu dengan Harry?"
Aku tersenyum mendengar nama Harry."Seru sekali, aku membaca banyak buku di perpustakaan, lalu ia mengajakku ke sungai Thames menaiki kapal"
"Ia anak yang baik, bukan?"
"Dia baik sekali, aku menyukainya"
"Kau menyukai Harry?"
Aku menggeleng keras."Bukan itu maksudku, aku menyukainya karena dia baik. Tidak lebih, Dad"Aku menundukkan kepalaku malu.
"Iya, Dad tahu"Ia membelai rambutku dengan lembut."Kau harus tidur, besok adalah acara yang sangatlah penting untuk kita"
Aku mengangguk dan mengecup pipi dad lagi."Aku mencintaimu, Dad"
"Aku juga"
..Hari ini adalah hari yang bersejarah untuk Dad. Ia akan menikah dengan Hailey. Mau tak mau aku harus menerima keputusannya. Apapun itu, aku tahu Dad begitu mencintai Hailey. Hailey adalah wanita yang ramah, baik, pengertian dan kurasa dia juga mencintai Dad. Aku menghargai segala alasan yang Dad katakan, dan ia bilang semua itu memiliki tujuan yang baik. Aku percaya itu.
Aku berjalan kearah kamar dan mendapati Hailey sedang menatap dirinya dicermin. Ia bersama anaknya, Carol.
"Hailey?"
Ia menoleh kearahku dengan begitu sempurnanya."Oh, Rosalie"
Aku menghampirinya dan duduk dipinggiran ranjang. Aku menatapnya sebentar.
"Well, ini detik-detik sebelum resminya kau menjadi Nyonya Shappen"
Ia tertawa kecil dan mencubiti pipiku."Kau sangat menyenangkan sekali, Ros"
Aku tersenyum ketika ia mengatakan itu. Padahal, aku dan Hailey baru bertemu sekitar 5 hari yang lalu dan ia sudah bisa mengatakan itu padaku."Kau terlihat cantik, Hailey. Pantas saja Dad menyukaimu"
"Tidak juga"Ia merendahkan dirinya. Kulihat Carol menatapku dengan baby face nya itu.
"Kau lucu sekali, Carol"Ucapku hampir seperti histeris."Andai aku punya adik sepertimu"
"Kau bisa menganggapku sebagai adikmu, kakak Rosalie"Ucap Hailey sambil menirukan suara anak kecil seakan-akan yang berbicara padaku itu adalah Carol.
"Urh, aku ingin kau cepat besar lalu kita bisa bertukar baju"Aku memainkan rambutnya yang ikal itu. Mungkin aku menginginkan adik sekarang?
"Bagaimana dengan Harry kemarin lusa?"Tanya Hailey tiba-tiba.
Aku menelan ludahku."Baik, dia adalah pria yang ramah, aku menyukainya"
"Ya, dia memang baik sekali"
Aku hanya tersenyum kepada Hailey.
"Nona Ros, kau bisa menemani Ayahmu untuk ke altar"Ujar Renata, salah satu keluarga dari Dad.
Aku hanya mengangguk dan memeluk Hailey sebentar."Semoga sukses"
Aku segera keluar dari kamar Hailey dan menghampiri Dad diluar. Dad menyapaku dengan senyuman indahnya itu.
"Kau cantik sekali, Ros"Puji Dad. Ia meraih tangangku dan memelukku sebentar. Kami segera berjalan ke altar. Dad menggandengku erat sekali. Aku yakin Dad sekarang sangat gugup.
"Dad, aku bukan pengantin wanitanya"Ucapku mengelak ketika ia terus menekan wajahnya nampak begitu kaku dan tegang."Santai, semuanya akan berjalan dengan lancar"
"Kau sangat sempurna hari ini, Rosalie"Pujinya. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya.
Kami sampai di altar, semua tamu yang duduk menatapku dan Dad. Kulihat Dad bermain dengan jari-jemarinya, ia nampak gugup untuk beberapa saat. Setelah itu, Hailey datang didampingi oleh Ayahnya. Wajahnya tertutup oleh tudung bewarna putih. Gaun pengantin yang ia kenakan menyapu lantai dengan indahnya. Irama musik kecil juga terdengar dan membuat suasana pemberkatan ini semakin sakral. Aku mundur beberapa langkah dan membiarkan Dad mendekati Hailey.
"Daniel Antonio Shappen, apakah anda meresmikan pernikahan ini sungguh dengan ikhlas hati?"Ucap Pendeta kepada Dad.
"Ya, sungguh"
"Bersediakah anda mengasihi dan menghormati istri anda sepanjang hidup?"
"Ya, saya bersedia"
"Bersediakah anda menjadi Ayah yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada anda, dan mendidik mereka menjadi orang yang cerdas?"
"Ya, saya bersedia"
Setelah itu, pendeta menanyakan hal yang sama kepada Hailey. Kulihat Hailey nampak gugup karena sedari rtadi ia menggigiti bibirnya.
"Hailey Normeny Daph, apakah anda meresmikan pernikahan ini sungguh dengan ikhlas hati?"
"Ya, s-saya sungguh"Ucap Hailey gemetaran.
"Bersediakah anda mengasihi dan menghormati suami anda sepanjang hidup?"
"Ya, saya bersedia"
"Bersediakah anda menjadi ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada anda, dan mendidik mereka menjadi orang yang cerdas?"
"Ya, saya bersedia"
"Maka tibalah saatnya untuk meresmikan pernikahan kalian. Saya persilahkan untuk anda masing-masing mengucapkan janji pernikahan dibawah sumpah"Ucap Pendeta itu. Semua tamu undangan berdiri. Aku tak sabar melihat Dad mengatakan itu.
"Saya, Daniel Antonio Shappen, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Hailey Normeny Daph yang ada disini sekarang menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup."Ujar Dad begitu lancar. Ia menatapku sebentar sambil tersenyum bahagia.
"Saya, Hailey Normeny Daph, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Daniel Antonio Daph yang ada disini sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup."Ucap Hailey. Aku membuang nafas lega.
Dad dan Hailey menyematkan cincin dijari masing-masing, lalu mereka dipersilakan untuk berciuman. Ciuman cinta sejati, semoga saja begitu.
Tepuk tangan yang riuh pun mulai menggema. Aku tersenyum kearah Dad yang juga tersenyum bahagia kearahku. Acara ini berjalan dengan sukses. Aku tak pernah melihat Dad segembira ini. Kurasa, ia benar-benar menemukan kebahagiaannya sekarang. Hailey juga tak kalah bahagianya, mereka menyalami tamu undangan. Sementara aku duduk dibangku kosong.
"Rosalie?"
Aku mengadahkan kepalaku keatas."Harry?"
Kulihat Harry bersama seseorang pria yang lebih tua darinya dan Harry nampak berwibawa dengan tuxedo yang ia pakai.
"Selamat atas pernikahan Ayahmu dengan Hailey, Rosalie"
"Terimakasih"Aku masih bingung dengan pria disebelah Harry. Siapa dia?
"Oh, ini Dad ku"
Aku mengangguk-angguk mengerti dan menyalami Ayah Harry."Rosalie Shappen, sir"
Ayah Harry hanya tersenyum. Ia memilih untuk bergabung dengan tamu yang lainnya dan meninggalkanku dan Harry berdua.
"Kau tampak cantik"Ucap Harry.
Aku terkekeh membuang muka."Bisa saja kau, Harry"
"Ya begitulah,"Ia duduk disampingku.
Aku menatap kearah Dad. Ia begitu tampan dengan tuxedonya. Hailey juga begitu mempesona. Aku tidak bisa bayangkan, betapa bahagianya mereka. Saling mencintai dan bisa berakhir indah seperti ini.
"Hei"
Aku menoleh kearah Harry. Ia memberiku bunga yang terletak didekat kursinya.
"Untukku?"
Harry hanya mengangguk lalu menyelipkan bunga itu kesela-sela telingaku.
"Terimakasih"Kurasakan pipiku mulai memanas dan tentunya juga memerah. Apa yang Harry lakukan?
Suasana kembali hening, tak ada percakapan sama sekali.
"Harry.."
Ia menoleh dan menggerakkan kepalanya."Apa?"
"Apa nanti malam kau mau mengantarkanku pergi lagi?"Tanyaku. Aku membenarkan posisi dudukku.
"Kemana?"Tanya Harry balik. Aku berpikir sejenak.
"Aku tidak tahu, tapi aku ingin pergi malam ini"
"Nanti malam aku ingin ke bar, kurasa aku tidak bisa menemanimu"Ucapnya lalu mempertegak badannya.
Aku membuang nafas kecewa. Seketika aku ingin mengatakan sesuatu padanya.
"Kau bisa ajak aku ke bar"
"Apa?!"
"Bar, ya, bar!"
"Tidak, kau jelas tidak diperbolehkan kesana. Bagimu, bar membosankan"
"Tidak, Harry. Aku juga suka minum. Sekedar minum"Jawabku memohon.
"Ayahmu jelas akan melarangnya"
"Jangan katakan padanya!"Aku setengah menjerit.
"Kau benar ingin ke bar?"
"Ya, aku ingin ke bar"
"Aku tidak menanggung segala akibatnya"Ia nampak tak percaya padaku.
"Pukul 8 malam, kau bisa jemput aku"Kataku tanpa basa-basi lagi. Harry hanya mengangguk."Baiklah"
..
KAMU SEDANG MEMBACA
WORST [hendall; slow update]
FanfictionMemangnya kenapa jika aku bukan gadis yang paling sempurna untuknya? Setidaknya aku bisa menjadi gadis yang paling baik untuknya. Masa bodoh dengan semua perkataan diluar sana. Mereka hanya iri karena aku sungguh beruntung bisa memilikinya. Tapi mem...