Rosalie's Pov.
Aku tidak yakin, apa aku sedang jatuh cinta atau aku hanya mengaguminya. Aku benar-benar pusing dibuatnya. Mengapa perkataan Drew tempo hari lalu menjadi beban dipikiranku?
Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.
Aku kembali fokus pada makanan yang ada dihadapanku.
"Kau sakit, Ros?"Tanya Hailey memecah kesunyian antara kami berdua.
"Uhm, mungkin. Aku sedikit pusing."Jawabku seadanya. Ia nampak khawatir dan bangkit kearah bufet ruang makan lalu mencari sesuatu. "Kau sedang apa, hails?"
"Aku sedang mencari obat pusing, biasanya aku meminumnya jika aku pusing dan itu benar-benar bekerja."Jelasnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku.
"Tidak usah repot-repot. Nanti juga akan hilang dengan sendirinya."Balasku sambil memakan makananku dengan nafsu yang masih tersisa.
"Habiskan makananmu lalu minum obat ini,"ia membawakanku sebutir obat bewarna putih. Dengan spontan, aku menolaknya.
"Aku tidak butuh itu, hails. Terimakasih."Jelasku lalu meminum air mineral yang sudah disediakannya.
"Kumohon, minumlah demi kebaikanmu sendiri. Aku juga tidak ingin dimarahi oleh Dad mu karena aku lalai mengurusmu. Kau adalah tanggung jawabku selama di London."
"Baiklah, demi kau. Terimakasih,"
Aku pun meminum obat yang diberikan oleh Hailey tadi lalu segera meminum air mineralku. Ia tersenyum melihatku yang sepertinya menghargai usahanya untuk membuatku menjadi lebih baik.
"Setelah ini kau tidur, jangan begadang sampai larut malam. Dengarkan nasehatku itu, nona manis."Suaranya bak seperti Ibu yang memerintahkan bocah 6 tahun untuk tidak begadang di depan layar tv sampai larut malam.
"Baiklah Nyonya Shappen."Jawabku dengan kekehan kecil yang kubuat.
.."Dad hari ini akan menemanimu."
Aku bersorak kegirangan dan menyerbu Dad begitu mendengar perkataannya barusan.
"Kau adalah Ayah terbaik yang pernah ada, Dad!!"Aku memeluknya begitu erat hingga Dad sampai merasa tercekik olehku.
"Ada apa ini?"
Aku menoleh dan mendapati Hailey sedang menggendong Carol. Aku berjalan kearahnya begitu semangat dan berirama.
"Dad hari ini tidak bekerja! Dia akan menemaniku..!"
Hailey tersenyum lebar mendengarnya. "Seharusnya begitu, ia harus menemanimu."
Aku mengangguk setuju dengan perkataan Hailey barusan. "Kita bisa pergi bersama-sama, bukan?"
"Tentu, Dad ingin mengajakmu makan siang di Restaurant Italia dekat dengan kantor Dad."Jelas Dad. Ia melirik kearah Hailey yang hanya tersenyum mendengarnya. "Bersama Harry."
Aku terdiam sesaat dan seperti mendapat serangan tiba-tiba. "Kenapa harus mengajaknya?"
"Memangnya kenapa? Harry kan sudah baik mau mengajakmu jalan, dan sekarang sebaliknya."balas Dad.
Sekali lagi, aku hanya bisa terdiam menerima semua perkataan Dad. Apa yang kurasakan saat ini adalah gugup dan senang. Perasaan itu ada dengan sendirinya tanpa sebab.
"Baiklah, aku akan siap-siap."
..."Disini saja, Dad!"Aku mulai memilih tempat duduk didekat jendela yang langsung mengarah pada jalanan London yang ramai. Hailey dan Dad pun segera duduk didekatku.
"Dimana Harry?"Tanya Hailey pada Dad. Dad nampaknya tidak tahu dan hanya mengangkat kedua bahunya.
Aku memainkan jari-jariku sembari menunggu kabar kedatangan Harry. Sebenarnya, untuk apa Dad mengundangnya dengan alasan seperti itu?
"Hai semuanya.."
Aku menoleh dengan cepat mendengar suara serak khas itu. "Halo,"
Harry menatapku sebentar lalu kami saling tersenyum sama lain. Aku bertindak seolah aku begitu canggung menemuinya. Padahal kami surah bertemu 2 kali. "Apa kabar, har?"
Ayah menanyai kabar Harry. Harry pun mengambil posisi duduk disebelahku. Ia segera menghempaskan bokongnya di kursi. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Tuan Shappen?"
"Luar biasa. Oh, ya aku belum memesan makanan untuk kita semua."Dad pun memanggil waiter laki-laki yang sepertinya juga sudah mengenal Dad, terlihat dari bagaimana mereka begitu akrab.
Setelah itu kami semua memesan pesanan makanan sesuai yang keinginan kami. Lalu waiter itu pergi. Keheningan kembali menyelimuti kami. Daripada harus ikut suasana yang tidak mengenakkan ini, lebih baik aku memainkan handphoneku.
"Ros?"Dad memanggilku.
"Hmm?"Jawabku tanpa menoleh kearah Dad karena sedang membalasi pesan dari Mom yang menanyai kabarku.
"Kau tahu? Sebaiknya kau menyimpan handphonemu,"
Aku menoleh kearah Dad. Ia terkekeh menatapku. Lalu Hailey juga sama. Dan Harry, Ia tersenyum kearahku. Kupikir senyuman itu untuk Hailey atau Dad tapi itu memang tertuju untukku.
"Kenapa?"Tanya Harry tiba-tiba.
"Uh?"
"Ada apa? Kau terus menatapku. Aku jadi merasa aneh,"
"Memang benar ya? Aku hanya-"Aku membenarkan posisi dudukku. "Aku tidak apa-apa."
"Aku kan yang bertanya ada apa dengannku, mengapa kau menjawab bahwa kau yang tidak apa-apa?"
Sialan. Harry terus memancingku untuk tetap berbicara dengannya.
"Masa?"Balasku tanpa menoleh kearahnya. "Kurasa tidak ada sesuatu apapun darimu yang aneh. Salah jika aku menatapmu?"
Dad dan Hailey tersenyum mendengar percakapan tidak mutu kami ini.
"Tidak, sih. Kau aneh saja."Jawab Harry lalu menyilangkan kaki kirinya menjadi diatas kaki kanan.
"Terimakasih kalau begitu,"Ucapku sedikit bermasalah dengan ucapan Harry barusan.
"Untuk apa?"
"Kau mengatakan bahwa aku aneh."Jelasku datar. Aku memasukkan handphoneku ke dalam tas mungilku.
"Kau sungguh cantik, Rosalie."
Aku mati kutu ditempat. Sial, sial, sialan. Fuck, aku ingin berkata kasar.
Terimakasih telah membuat pipiku merah, Mr. Styles. Kau hebat!
----------------
Its been along time!!!!!
Finally akhirnya udpate juga setelah cerita ini karatan wkwkwk :D maaf ya kalo ceritanya rada pendek
Dont forget to vomment!
Love y'all!
KAMU SEDANG MEMBACA
WORST [hendall; slow update]
FanfictionMemangnya kenapa jika aku bukan gadis yang paling sempurna untuknya? Setidaknya aku bisa menjadi gadis yang paling baik untuknya. Masa bodoh dengan semua perkataan diluar sana. Mereka hanya iri karena aku sungguh beruntung bisa memilikinya. Tapi mem...