EMPAT.

6.5K 552 13
                                    


Tok tek tok tek

Suara pulpen yang di cetrak-cetrek menjadi dominasi pengisi suara saat pelajaran sejarah di saat 5 menit lagi bel pulang berbunyi. Sangat membosankan.

Untuk kali ini, Hana tidak setuju dengan keputusan pihak kurikulum. Mengapa dengan tidak bijaksananya, Bu Hulasoh menempatkan pelajaran sejarah di menit-menit terakhir. Bahkan dengan santainya, Amoy sudah tertidur pulas di sampingnya.

Teng nong neng nong...

Pulang?? Kurang 3 menit!

Kepada seluruh ketua ekskul harap berkumpul di ruang OSIS untuk pembahasan pensi sekolah lebih lanjut saat pulang sekolah. Terimakasih.

Suara Bu Hulasoh terdengar ke penjuru sekolah.

Eittss, bentar, bentar...

Kumpul di ruang OSIS? Katanya sih!
Rapat bareng OSIS? Kayaknya!
Ada Abra dong? Iya lah, bego! Dia kan ketos!

Yess. Hati Hana bersorak gembira.
Lop yu pul Bu Hulasoh.

***

"Oke. Kalian silakan rapat. Ibu duluan. Selamat siang." ucap Bu Hulasoh meninggalkan ruang OSIS.

Rapat pun dimulai. Segala sesuatunya dibahas. Mulai dari A sampai Z. Bahkan sampai hal terkecilnya pun tak tertinggal, seperti "saya tidak ingin melihat ada sampah sesudah acara." kata Abra menegaskan.

Itu lah OSIS Pelita 1. Perfect. Siapa dulu ketuanya, Abra. Oh My Abra, i love you so much.

"Berarti untuk seksi dokumentasi kita serahkan saja kepada jurnalistik. Bagaimana?" ucap Sang Ketos.

"Setuju."

Sip. Dokumentasi di tangan jurnal.

"Oke. Berarti rapat selesai. Terimakasih untuk waktunya." ucap Abra. Dan masing masing pimpinan ekskul pun meninggalkan ruang OSIS.

Ternyata oh ternyata, di luar sedang hujan deras. Sangat deras malah. Namun sepertinya mereka tidak peduli. Dengan bermodal jas hujan, mereka menerobos air. Dan dalam sekejap deru mesin motor terdengar meninggalkan gerbang sekolah. Tak peduli cewek mau pun cowok.

Ada juga yang dijemput oleh orang tuanya atau oleh supirnya dengan mobil mewah. Hingga tersisa Hana.

Bagaimana caranya ia pulang?! Ke sekolah aja naik angkot. Mana lupa bawa payung. Hari sial ini namanya. Udah tadi pagi telat. Kehujanan sampe basah kuyup. Dipermalukan Amoy di kantin. Dan sekarang kejebak hujan di depan ruang OSIS. Sendirian pula. Pleasee Tuhan...

Oh ya, minta jemput. Tapi sama siapa? Ayah,kerja. Bunda,ga bisa bawa kendaraan. Kak Winni, ke kampus. Yaelaaahhh. Derita...

"Ga pulang Han?"

"WHOAAA!" Hana terlonjak kaget di tempatnya.

"Selow elah.." ucapnya.

"Kok lo disini? Bukannya lo udah balik?" tanya Hana heran sekaligus deg-degan.

"Deres banget ujannya. Lagi pula mana mungkin gue ninggalin cewek sendirian disini. Apa lagi abis rapat bareng OSIS. Gue tanggung jawab lah." ucap Abra panjang. Tumben.

Tuh kan! Abra tuh ga dingin. Emang dia tuh cool. Ahelah. Keren banget si tuh mahkluk.

Andaikan Abra tau, saat ini Hana sedang berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegub di atas normal. Bayangkan, bisa ngobrol sama gebetan aja udah seneng banget! Apa lagi dia yang ngajak ngobrol. Udah gitu cuma berdua. Dan dalam keadaan hujan. Aaaaaaaahhhhh! THANK'S GOD!

"Gue juga bingung pulangnya gimana. Paling-paling nungguin ujan reda."

Ini suatu kemajuan. Percakapan pertamanya dengan Abra.

"Lo mau disini atau di dalem?" tanya Abra tiba-tiba. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Mencoba lebih baik? Ingin memberi Hana kesempatan? Tak ingin menyia-nyiakan gadis sebaik Hana? Mewarnai masa SMA? Mungkin.

"Disini aja lah. Takut fitnah kalo di dalem berdua doang." ucap Hana yang sebenarnya sangat senang. Sangat, sangat, sangat senang malah....

Coba deh lo rasain sendiri, gimana rasanya lo berduaan sama gebetan saat hujan udah gitu doay ngajakin lu ngobrol? Banyak bunga-bunga broooo.

"Gue pikir lo bakal seneng berduaan sama gue?" ucap Abra geli.

"Hah!" seneng Bra, seneng banget. Jaga image aja depan lo! Kayak ga tau gayanya Hana aje!

"Hahaha, seneng sih. Tapi liat sikon juga lah. Gue mah ga suka modus." ucap Hana sambil tertawa.

Satu fakta baru, Abra benar-bemar sudah tau jika Hana menyukainya. Ini buka sekedar rumor lagi.

Lalu mereka diam. Terjebak dalam keheningan yang tak menuntut. Hening yang nyaman. Setidaknya itulah yang dirasakan Abra.

Kalau Hana, entahlah. Sulit menggambarkannya.

"Lo udah dzuhur belom?" ucap Abra bertanya lagi.

"Astagfirullahal'adzim. Gue lupa! Soalnya tadi langsung kesini sangkin senengnya rapat bareng --"

Ucapan Hana terhenti saat menatap mata Abra yang menyiratkan kesan ingin tertawa. Salah ngomong lagi deh. 1 fakta tentang Abra lagi. Dia humoris.

Cinta sememalukan itu.

"Tau ah. Gue mau sholat dulu." ucap Hana.

"Yaudah ayo bareng."

Dan mereka pun melangkahkan kaki ke mushola.

Beberapa waktu kemudian, Hana dan Abra keluat dari mushola. Khusus untuk Hana, wajahnya tampak bersinar. Entahlah, ini efek air wudhu atau karna ia terlalu senang karna di imami Abra.

Hujan sudah mulai mereda, dan mereka memutuskan untuk pulang. Hana dan Abra.

Dengan hati-hati, mereka melangkah menuju gerbang sekolah. Sayang kan sepatu bagusnya kalau kena becekan. Dan untung saja angkot lagi banyak.

Tunggu, itu untung atau buntung? Kenapa tadi pagi pas sendirian, bete, kesel, angkot sedikit banget. Giliran sekarang pas bareng sama Abra, pengen lama-lama beduan ntuh angkot datengnya cepet banget. Dasar kang angkot php.

Abra dan Hana pun duduk bersebelahan. Hana di pojok dan Abra di sampingnya. Huh, kenapa angkot jadi panas gini ya?!. Efek bareng gebetan.

Angkot berhenti. Sepertinya ada yang naik.

"Kanan geser lagi, masih muat satu itu." ucap abang angkot memaksa dengan logat bataknya.

Orang di sebelah Abra bergeser sehingga Abra ikut bergeser. Hana? Mau geser kemana! Udah mentok.

BUSYET! Yang naek pantatnya lebar bat. Awas mepet!

Dan perjalanan pun terasa lebih indah.

***

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang