Izinkan aku menjadi Imammu

291 10 3
                                    

Akhirnya, aku putuskan untuk pergi ke rumah Sakinah, dengan alamat yang kudapat dari temannya.

Sesampainya disana, aku dijamu dengan baik oleh Ayah dan Ibunya. Kusampaikan niatku untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan putrinya. Kalaupun harus berta'aruf aku siap.

Ayahnya bertanya banyak padaku tentang pengetahuan agama. Aku sangat bingung, apa yang harus aku jawab. Jantungku terasa semakin deg degan ketika Ayahnya kembali mengajukan pertanyaan.

Akhirnya, aku memutuskan untuk berkata jujur pada Ayahnya, bahwa sedari kecil aku tak pernah mendapat pendidikan agama. Ayahnya sangat kaget, dan berulang kali mengucap istighfar. Ia pun pamit ke kamarnya untuk mengambil sesuatu

"Bukannya saya tidak menghargai niat baik kamu untuk berta'aruf dengan anak saya. Tapi, ta'aruf itu tak semudah yang kamu bayangkan. Semua butuh pertimbangan dan harus dipikirkan secara matang. Kamu masih harus banyak belajar." ucapnya tersenyum sambil memberikan tas berisi Alqur'an dan buku buku ajaran islam.

Akupun pulang kerumah dengan perasaan kecewa. Akupun masih tak mengerti, apa maksud Ayahnya memberikan semua itu padaku. Sejak saat itu, aku mulai mengurangi kebiasaan burukku. Walaupun belum hilang 100%.

Seminggu telah berlalu, aku masih terus memperhatikan Sakinah. Tapi setiap kali ia melihatku, seperti orang yang ketakutan.

Dan kini aku mengerti, mengapa Ayahnya memberikan Al-qur'an dan buku buku itu padaku. Mungkin, ia ingin anak gadisnya mendapatkan calon imam yang baik untuknya kelak. Aku segera menghampiri Sakinah.

"Sakinah..aku janji, aku akan belajar shalat, ngaji, dan yang lainnya. Supaya aku bisa berta'aruf sama kamu" kataku meyakinkannya.

"Lakukan semua karna Allah, jangan hanya karna aku ataupun Ayahku .."

Jawaban yang singkat, tapi begitu menyentuh hati. Aku terus termenung memikirkan jawaban Sakinah.

Hingga akhirnya, kumandang adzan memecah lamunanku.Mendadak hati ini terasa sangat tersentuh. Dan semakin hari, hati ini semakin tersentuh ketika mendengar kumandang adzan.

Dan kini, aku mulai menyadari semua kesalahanku padamu ya Allah... Aku terduduk menangis pilu merenungi dosa dosaku di masjid kala itu. Aku sangat menyesali perbuatanku yang sangat dilarang oleh Allah.

Hingga akhirnya, ulama setempat datang menghampiriku. Dan kuceritakan semua tentang diriku dan kesalahanku. Ia hanya berkata

"Bertaubatlah... Allah tidak akan pernah menutup jalan bagi hambanya yang ingin bertaubat, sekalipun dosanya sebesar gunung. Asal ia benar benar menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi".

Aku sangat lega mendengar ucapan ulama tadi. Dan iapun siap membantuku untuk kembali kejalan Allah.

Berbulan bulan aku mempelajari tata cara shalat, mengaji, dan ilmu agama islam lainnya. Walaupun terkadang, banyak halangan melintang. Tapi, aku tetap pada pendirianku untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Kini, aku telah meninggalkan masalaluku yang sangat kelam dan siap memulai lembaran baru hidupku.

Kedua orangtuakupun demikian, mereka telah menyadari kesalahan mereka masing masing dan mengikuti jejakku untuk kembali ke jalan Allah.

Dan kuceritakan tentang Sakinah yang telah menuntunku kembali ke jalan Allah serta niatku untuk berta'aruf dengannya.

Orangtuakupun sangat menyetujui dan mendukung niat baikku..

Dua tahun telah berlalu, aku pun telah lulus dari kuliahku. Begitu juga Sakinah. Kami menjalani karir kami masing masing.

Aku, bekerja sebagai arsitek di perusahaan swasta. Sedangkan Sakinah, bekerja di sebuah bank syariah ternama.

Satu tahun telah berlalu dan kamipun dipertemukan dalam suatu acara. Ia terlihat makin cantik dan dewasa. Akupun menyapanya, dan kuceritakan bahwa aku telah meninggalkan masalaluku dan telah bertaubat. Iapun sangat senang mendengarnya. Kembali kukatakan padanya tentang niat baikku untuk berta'aruf dengannya dan ia pun mengamini niat baikku.

Segera kudatang kerumah Sakinah untuk menyampaikan niat baikku bersama orangtuaku. Betapa senangnya hatiku, karna orangtua Sakinah menerima niat baikku untuk berta'aruf dan mengkhitbah putrinya.

Sakinah pun bersedia menjadi pasangan hidupku. Terima kasih ya Allah... engkau telah mengirimkan Sakinah sebagai pasangan hidupku untuk sama sama melangkah menuju surgamu.

Sekian dulu ceritanya... maaf kalo ceritanya ngawur & gak rapih. Baru belajar soalnya, hehehe... Thanks yang udah baca.
Tunggu cerita yg lainnya ya...

Sakinah (Gadis Penjaga Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang