BLUE 2 Axel

1 0 0
                                    

Suasana pagi dingin mencekat tubuhku yang terbalut jacket denim dengan warna sedikit kusam ini.

Dengan malas aku memandang sebuah gerbang dengan gapura besar bertuliskan Wingskettle High School.

"Oh hello big one" gumam ku sembari melihat gapura besar itu.

08.05

Huh Waktu yang cukup dingin untuk kota London saat ini.

Aku masih diam dia atas jok motor ku sambil memijat sedikit pelipis ku. Pusing.

Yang ku ingin kan saat ini hanyalah melupakan kejadian itu.

Parkiran disini masih cukup sepi. Aku suka ini. Sepi. Situasi dimana aku merasa tenang dan dapat meredam segala emosi ku.

Aku bukan lah seseorang yang terbuka dengan orang lain. Aku termasuk dalam kategori orang yang mungkin lebih memilih untuk menyimpan urusan maupun masalah ku sendiri. Dan aku pun juga tidak peduli dengan urusan orang lain yang ada disekitar ku.

Egois?

Egois dengan tidak peduli itu menurut ku berbeda.

Egois karena aku yang hanya memikirkan diri ku sendiri dan aku yang tidak peduli dengan keadaan di sekitar ku.

Haha

Dari perkataan ku barusan sepertinya aku sudah termasuk lagi ke dalam 2 kategori

Egois dan tak peduli.

Oke aku tau ini membingungkan kalian yang membacanya, baiklah cukup dengan bahasa ku yang sedikit ber tele tele tadi.

Menurut ku lebih baik menyimpan segala rahasia ku sendiri dari pada menceritakan ke pada orang lain yang berjanji tidak akan menyebarkan rahasia itu namun pada nyatanya adalah sebaliknya.

Lebih baik menyimpan masalah mu sendiri dari pada hanya mendapatkan ucapan "sabar ya" dari orang orang yang mendengar keluh kesah mu.

Shit! Itu tidak beguna sama sekali.

Bahkan menurut ku mungkin pada nyatanya mereka bahkan tidak peduli keluh kesah yang kau katakan.

[PEOPLE]

Orang yang ada di mana mana.
Berusaha terlihat ada.
Namun pada nyatanya adalah tidak ada.
Bahkan ada pula yang berpura pura ada.

Oh

Ada juga yang pura pura tidak ada.

Oke cukup dengan basa basi ini.

**

"Yo!" Seseorang menepuk pundak ku dari belakang tepat saat aku melepas helm ku.

"Hai Dean" sapa ku dengan selipan senyum tipis dengan tatapan sayu yang masih berusaha mengumpulkan tenaga untuk sekolah pagi ini.

"Bagaimana dengan berjalan kekelas bersama?" Ajak lelaki itu. Ya dia Dean atau lebih lebih lengkapnya adalah Deanio Samuel Robert.

"Of course" jawab ku menerima ajakannya. Dengan secepat kilat Dean merangkul pundak ku.

Oh aku benci ini. Mungkin aku dan Dean akan terlihat seperti pasangan gay.

"Ayolah sobat lepaskan tangan mu dari ku" ucap ku sambil menipis tangannya yang ada di bahu ku. Dean hanya cekikikan sambil sesekali memegangi perutnya.

***

"Morning" wanita paruh baya itu memasuki ruang kelas ku. Ya dia Mrs. Franis guru seni kelas ku.

"Morning ma'am" seisi kelas membalas sapaan pagi mrs. Franis.

Ya pelajaran berlangsung seperti biasa. Membosankan. Ya mungkin itu hanya menurut ku.

Aku memandangi jendela tepat disebelahku dengan seketika malam itu terputar kembali dalam otak ku.

***Flashback***

"Cukup aku benci keadaan ini Daxon!" Teriak seorang wanita dengan mata memerah yang seakan tak kuasa menahan air matanya.

Lelaki yang disebut sebagai Daxon itu hanya diam mematung dengan tatapan tajam ke arah wanita itu.

"Sampai kapan kau mau memepermainkan pernikahan ini lagi huh?!" Bentak wanita itu lagi dengan mata yang berkilat kilat penuh amarah.

Sedangkan yang ditanya hanya diam saja.

"Cukup Daxon! Aku tidak tahan dengan ini semua! Sampai kapan kau mau mempermainkan ku seperti ini lagi?" Tanya nya kali ini dengan di iringi tangis sesenggukan.

Pria itu masih tetap mematung seakan tidak peduli apa yang dikatakan wanita yang sedang berdiri di hadapannya dengan penuh tatap kilatan amarah.

"Aku benci kau Daxon! Tidak sekalian saja kau bawa wanita jalang itu ke rumah ini atau kalau perlu kau kenalkan dengan anak kita Axel! Atau mungkin-"

Plakk

"Axel!"

"Axel!"

Aku mengerjapkan mata ku ketika mendengar seseorang memanggil nama ku. Dengan segera aku mengalihkan pandangan ku yang awalnya mengarah pada jendela kelas ku.

"Apa yang sedang kau lamunkan nak?" Tanya wanita paruh baya itu ya dia Mrs. Franis. Dia berkacak pinggang seakan menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulut ku.

"Nothing maam" ucap ku sembari membenarkan posisi duduk ku agar kembali tegak seperti semula.

Mrs. Franis menatap ku iba seakan dia tau masalah ku.

"You look so pale Xel, are u okay?" Tanya nya dengan wajah sedikit dimiringkan.

"Of course i am"

**

Dark blue promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang