Cintamu 02 - Berjumpa Lagi.

1.7K 89 3
                                    

"Mas Bayu!" teriakan memekakan, mengalun sempurna di salah satu rumah mewah, bilangan Jakarta barat.

Suara higheels terdengar mengetuk-ngetuk lantai kasar. Kemungkinan sang si empu sedang terburu-buru atau sedang marah?.

Bayu melengokkan kepalanya, menurunkan buku yang dia baca, menatap adiknya dengan pandangan bingung.

"Mas Bayu, di suruh jemput mama di toko langganan. Dira ndak bisa, sebentar lagi ada pemotretan, akunya."

Bayu mendesah. Di luar lagi hujan, paling enak saat hujan itu berdiam diri di rumah, membaca majalah bisnis. Bukan malah di suruh jemput. Emang dia supir?.

"Gua gak bisa, Ra. Loe aja gih. Atau gak, suruh mang Tardi jemput mama, gua lagi banyak kerjaan." Jawab Bayu acuh tak acuh. Kembali menegakkan majalah yang tadi sempat di turunkan.

Dira berdecak jengkel. "Mang Tardi, lagi pulang kampung, Mas. Akunya ada pemotrean bentar lagi. kamu ndak liat? Aku udah dandan kayak gini? Kamu aja yang jemput mama. Sekali-sekali jadi anak yang baik, kenapa? Bukan malah bikin orang tua pusing tujuh keliling sama sifat kamu. Kamu itu anak laki mas, ndak boleh malas. Kalau bukan karena mama, kamu ndak mungkin ada di dunia ini. Aku ndak mau tau. Kamu harus jemput mama sekarang. Kalau ndak. Aku potong junior kamu. Biar ndak bisa nanam benih lagi." katanya melenggang pergi. Membiarkan Bayu mendengus jengkel.

"Kamu itu anak laki, mas. Ndak boleh malas. Kalau bukan karena mama, kamu ndak akan ada di dunia ini," kata Bayu mencibir perkataan adiknya yang terdengar begitu medok.

"Kelamaan di Yogya ya gitu. Suaranya medok banget. Untung cantik, kalo nggak, udah gua buang ke empang, eyang kali." sungut pria itu akan ucapan adiknya. Melipat majalah bisnis yang sejak tadi dia pantengin. Berdiri dari sofa, mengambil kunci mobil. Melenggang pergi.

Suara merdu penyanyi Indonesia yang pandai bermain piano mengalun di mobil yang kendarai Bayu. Kepala pria itu mengangguk, menggeleng, mengikuti irama musik jass. Sesekali bibirnya mengucapkan beberapa patah kata, mengikuti alunan musik di dalam mobilnya.

Jalan yang biasanya terlihat penuh, kini lumayan sepi. Mungkin pehuni Jakarta banyak yang berpikir seperti dirinya, kalau hujan paling enak berdiam diri di rumah, melakukan aktifitas yang di sukai. Hujan deras mengiringi laju mobilnya. Hawa dingin masuk ke pori-pori kulitnya, meski AC di dalam mobil sudah dia matikan, tapi hawa dingin yang di sebabkan oleh hujan terasa begitu dingin. Dingin yang berbeda dari dinginnya AC maupun kipas angin.

Mobilnya berbelok di toko Kue Queen, toko kue langganan mamanya. Di ambil payung dari jok belakang, membuka pintu mobil dan berlari kecil. Masuk kedalam toko, meletakkan payungnya di tempat payung yang tersedia toko itu.

Kepalanya menoleh kekanan dan kiri, mencari mamanya di antara pengunjung toko yang sedang ramai. Tak sengaja, matanya menatap gadis di pojok ruangan, sedang menatapnya dengan senyum malu-malu.

Bayu mendesah, mengalihkan tatapannya dari gadis yang masih memakai seragam putih abu-abu, tangannya memegang plastik berlogo toku kue yang di kunjungi. Mungkin dia salah satu pelanggan kue ini, atau bisa juga, dia di suruh ibunya buat beli kue? Apapun itu. Bayu tidak perduli. Sekarang juga, dia harus ketemu mamanya, dan menggeretnya pulang.

Matanya mengkap sileut tubuh mamanya sedang tertawa bersama wanita yang dia kenal, Tante Andin, atau pemilik toko kue langganan mamanya. Di sebelah mamanya dan tante Andin, ada anak kecil sedang menyedot susu, bayi itu terlihat sangat imut, mirip dirinya waktu masih kecil. Tanpa dia sadari, bibirnya tertarik keatas.

Langkahnya berjalan mendekat kearah anaknya. Mengelus pipi chaby anaknya yang masih berusia 2 bulan. Pipinya begitu tembem dan mulus. Menggoda siapa saja untuk mencubit ataupun mengelusnya.

[ON HOLD] CintamuWhere stories live. Discover now