Menghapus air mata adalah kegiatanku ketika sadar. Ini bukan pertama kalinya. Aku pernah seperti ini saat Raina adik tingkat dikampusku menyatakan cintanya pada haikal. Meskipun kabar haikal menolak raina sudah aku dengar dari aira, namun aku tetap menghabiskan satu malamku dengan menangis.
Pernah juga menangis saat tau kalau dosen bahasa asingku ternyata sudah bertunangan.
Aishhhh...
"Ini jadwal kalian. Sudah bapak atur, kalaupun ada yg mau tukar sift harus atas persetujuan haikal selaku ketua kelompok."
"Iya pak" ucap kami serempak menerima selembar kertas dr pak budi.
Kami sedang berkumpul di kamar kosong yang ada di ruang Mutiara, bangsal kelas tiga dengan pasien penyakit dalam.
Sedangkan para dokter muda yang satu kelompok dengan kami berkumpul diruangan khusus untuk dokter.
Satu minggu dengan pembukaan yang cukup manis karena kami berada diruang perawatan. Minggu kedua barulah mental kami diuji dengan berada di Instalasi gawat darurat selama lebih kurang dua minggu. Cukup untuk menata hatiku yg porak poranda akibat perasaan tak jelas yg aku alami tadi. Aku yakin ini tidak akan bertahan lama. Ya.. Pasti.
Ceklek.
"Sudah selesai?" tanya aldo dengan kepala nyembul dr balik pintu.
"Oh.. Sudah mas aldo.."
"Oke pak budi, kita mau lanjut keliling lagi" balas aldo dengan senyum manisnya.
Aihhh... Aku rasa ini sesaaat2 yg bertumpuk membentuk bukit cinta pengagum sejati.
"Yaela bell .. iler lo netes tuh.."
Suara aira membuatku reflek mengusap bibir. Dan gelak tawa menyusul kebodohanku akibat godaan aira.
Siall..
Sepanjang perjalanan menuju koridor rumah sakit semua pegawai menunduk dan tersenyum kearah kami tak terkecuali para dokter magang. Sungguh ramah dan sopan sekali pegawai rumah sakit ini, pikirku.
Mataku melirik pria toilet yg berjalan tepat didepanku. Si PPC menempel setia disampingnya meskipun masih dalam batas wajar, tanpa pegangan tangan atau sandaran dibahu.
"Masih penasaran?"
Siapa lagi kalau bukan si ratu kepo, aira wilhemina.
"Berantakannya bikin dia makin so sweet ya.. " perkataan diana membuatku terhenyak.
Aku yang tadinya belum tau kenapa mengagumi si pria toilet itu akhirnya sadar. Meskipun benci pria berantakan, tapi mungkinkah kharismanya adalah hal yg bahkan tidak aku sukai?
"Kita santai dulu di cafe.. Gue traktir kalian semua" ucap revan. Satu dari empat cowok yang berpenampilan paling rapi. Aku yakin dia berasal dari keluarga berada, melihat jam tangan rolex yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Sepatu dengan logo hewan pelari tercepat yang sudah pasti jarang di indonesia, ditambah setelan kemeja dan celana linen keluaran butik ternama dengan cap yang sering aku lihat dimajalah bussines and fashion milik kak prass yang benar2 luar biasa.
"Gue aja. Sorry, ntar malem nggak bisa ikut kumpul. Nyonya besar tiba2 ngajakin dinner" sahut dimas, dokter muda satu ini lebih enak dipandang. Nggak terlalu rapi dan juga nggak terlalu berantakan. Apapun yg dikenakannya terlihat pas tanpa meninggalkan kesan elegant. Melihat penampilannya aku yakin dia mampu membeli cafe yang saat ini kami tempati dengan uang sakunya.
Hedehhhhh...
"Acara perjodohan lagi? Hahaha... Nikmati malam lo bro.." goda Aldo. Si pria dengan senyum memukau. Pretty boy, sungguh sangat manis dan paling ramah diantara gerombolan dokter muda ini. Aihhhhhh... Pengagum sejati dalam jiwaku pasti sedang beraksi.
"Kalian pesen aja nggak usah sungkan" suara tiara yg berubah manis menyadarkan seluruh temanku termasuk aku, kalau sedari tadi kami benar2 tenggelam dalam dunia mereka.
"Hajar men.." celoteh firman sembari menyenggol lengan haikal. Aku, aira dan diana hanya mencibir sikap memalukan firman didepan para dokter muda.
.....
"Masih nggak bisa tidur?"
"Ehem.." aku mengangguk mendengar pertanyaan aira yg berbaring disebelahku
"Mungkin.. Ini hal tergila yg pernah gue pikirin bell , gue bahkan nggak jawab telpon alex sedari pagi.. Dan Tiba2 gue pengen..."
"Apa? Pengen apa? Enggak aira.. Lo nggak bisa mutusin alex!" aku terbangun dan menatap aira dengan serius.
Ya Tuhan jangan keluarkan sikap plin plan aira disaat seperti ini.
"Gue tau... Lo nggak bakal setuju, tapi gue beneran nggak bisa bell. LDRan kayak gini terlalu..... , gue bukan cewek yang bisa .."
PLAKKK
" bella ! Aira! Kalian kenapa sih? Sahabatan dr kecil nggak bikin kalian dewasa ya?" diana mencoba menengahi kami. Aku tau mungkin aku sudah keterlaluan mencampuri urusan aira dan alex selama ini, tapi aku punya alasan tersendiri kenapa aku bersikap seperti ini.
"Maaf"
" bell .. bella Lo mau kemana? Ini udah malem. Kita belum hafal daerah sini. bell!!" teriakan diana samar2 masih aku dengar meski aku sudah menutup pintu dan berlalu keluar..
Semilir angin membuatku sadar, aku butuh udara ini, aku butuh sendiri.
Aku berjalan keluar dr komplek perumahan, berjalan mengikuti jalanan setapak yg menggiringku ke pinggiran kota dengan banyak mobil dan sepeda motor yang lalu lalang. Pukul sepuluh malam tak membuat kota ini tertidur. Dan aku seperti orang gila yang terlepas dari pengikatnya, butiran air mataku jatuh menetes..
"Alex..."
Aku menangis, menggumamkan nama yg tak seharusnya. Menyisakan luka dan sesak didada.
Aku terduduk ditepi jalan..
"Mbak, kenapa mbak.." seseorang menepuk bahuku dr belakang.
Aku reflek menoleh tanpa sempat mengusap air mataku..
Seseorang itu...
"Dokter tiara.." rasanya angin tiba2 berhenti, jalanan yg tadinya berisik berubah hening. Aku terdiam menatap tiara..
"Siapa ra..?" suara bas nan ramah milik aldo.
Kenapa harus bertemu mereka disaat seperti ini...
Apesss
"Ini nih.. Siapa ya namanya.. Anak perawat itu bukan do.."
"Iya... Si pipi tomat.." aldo tersenyum dengan mata yg membentuk bulan sabit. Pretty boy..
"Eh?"
TINTIN
Suara klakson membuat kami menoleh..
"Aish... Dasar anak beruang.., tunggu bentar kenapa woi??!!" teriak aldo dan tiba2 saja tanganya meraih sebelah lenganku, memaksaku berdiri em.. Lebih tepatnya membantuku.
"Pulang aja deh! Udah malem, nggak baik cewek kayak lo di tempat kyak gini sendiri." perintah tiara dengan nada sinis.
"Pulang???? Nggak nggak nggak!!" aldo terlalu lebay hingga membuatku dan tiara melongo
"Lo... Cepetan pulang!" tiara yg seperti mengerti maksud perkataan aldo memaksaku pulang dan sedikit mendorongku
"Nggak bisa!" aldo menarikku hingga tubuhku terhuyung kearahnya.
DEG
"Terserah deh! Tanggung sendiri akibatnya!"
Ini kenapa jadi dua orang ini ngerebutin gue sih.
Aldo menarik sebelah lenganku untuk mengikutinya.
"Eh.. Mau kemana dokter Aldo?"
Aldo bukannya menjawab malah terkikik menatapku.
"Nggak usah seformal itu kali... Santai aja.. Cukup panggil gue aldo, atau em.. Mas aldo kayaknya lebih manis deh.." Aldo semakin tertawa geli.
Bingung ngeliatin ni cowok. Aslinya gini banget ya.
Kami sampai di depan mobil sedan hitam metalik yg terparkir disamping trotoar. Kacanya yg gelap membuatku tak bisa melihat kedalam. Aldo membukakan pintu belakang untukku. Aku menoleh tajam menatapnya.
Seperti mengerti apa yg aku tanyakan Aldo kembali tersenyum.
"Udah masuk aja ntar gue jelasin dijalan." dengan sedikit mendorong punggungku dan memasukanku kedalam mobil.
Masih syok dengan drama aldo dan tiara, didalam mobil aku dibuat jantungan dengan keberadaan cowok toilet yang mengendalikan kemudi.
Astaga, makan apa tadi gue, kenapa jadi kejebak gini sih.
![](https://img.wattpad.com/cover/49576269-288-k873756.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Sejati
RomansaBella gadis semester akhir yang kuliah dijurusan ilmu keperawatan sedang menjalani masa praktek klinik disebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal dan jauh dari kotanya. kelompoknya kebetulan bertemu dengan kelompok mahasiswa kedokteran yang jug...