5 tahun kemudian...
"YAYA! BANGUN WEH!" Khea mengerang sebal mendengar namanya dipanggil. Dia jelas-jelas masih mengantuk dan tidak ingin tidurnya diganggu.
"BANGUN YA! Hari inikan kamu harus wawancara." Kata Kino adik kembar Khea.
'Brisik.' Batin Khea. Persetanlah wawancara. Lagi pula selama 2 tahun terakhir ini dia baik-baik saja dengan bekerja part time di beberapa tempat.
'Bekerja full time di satu tempat itu membosankan, bukan style Yaya.' Tegas Khea saat mama dan papanya lagi-lagi membahas masalah pekerjaan. Walaupun Khea sudah memberikan pendapatnya mengenai hal pekerjaan ini, mama dan papa serta Kino tetap saja tidak setuju. Katanya masa anak perempuan sudah 25 tahun tapi belum punya pekerjaan tetap.
Karena wawancara pekerjaan sialan ini, Kino sudah ijin cuti ke semua tempat part time-nya tanpa persetujuan Khea. Jelas Khea marah besar. Lagian dia tidak mempunyai perasaan yang enak mengenai tempat kerja yang ditawarkan Kino kali ini. Nama perusahaannya saja aneh, DVN Agency.
"Aneh dari mananya si Ya? Kamu tuh disuruh kerja yang bener banyak alesannya yah." Oceh Kino yang sudah berhasil menyeret Khea sampai ke meja makan. Jelas saja berhasil, Khea hampir mati sesek nafas ditimpa badan Kino yang berotot. Khea memakan sarapannya dengan setengah hati, berharap dia cukup membuang waktu dengan berlama-lama di meja makan. Tapi tentu saja, lagi-lagi Kino memarahinya.
"Aku lebih tua dari kamu, sopan dikit dong sama kakak sendiri." Bentak Khea pada Kino. Tapi tentu saja, bentakan Khea tidak ada artinya, Kino yang bersabuk hitam di taekwondo dengan mudahnya mengangkat Khea dan siap membantingnya ke lantai. Tepat sebelum Kino membanting Khea, Khea memohon ampun padanya. Akhirnya dengan langkah terpaksa Khea ke kamar mandi dan merapikan diri. Walaupun begitu, kepergian Khea ke kamar mandi harus disertai ancaman dari Kino. "Kalo mandinya lama, nanti sore mandi diluar." Khea merenggut kesal. Ancaman Kino itu benar-benar ancaman, mandi diluar bukanlah hal yang jarang Khea lakukan. Kino sering menghukumnya kalau pulang kerja paruh waktunya lebih telat dan tidak memberi kabar, berarti Khea harus mandi diluar. Maksudnya keramas, sikat gigi, dan cuci muka pake selang buat nyirem taneman. Kalo mandi beneran buka aurat dong.
Masalahnya baru-baru ini ada tetangga baru di sebrang rumah Khea, dan menurut Khea tingkat kegantengan tetangganya itu dewa. Jadi dia tidak mau ambil resiko kehilangan kesempatan mencari jodoh hanya gara-gara wawancara pekerjaan. Lagian juga dia belum tentu di terima.
Jadi, disinilah Khea sekarang.
Khea mendongakan kepala melihat gedung kantor yang sangat cinta alam. DVN Agency berbeda dari gedung-gedung perusahaan di kiri-kanan perusahaan tersebut. Kalau perusahaan yang lain mempunyai gedung kantor yang menjulang, DVN Agency tidak. Gedungnya berbentuk kotak dengan jendela-jendela besar menghiasi tembok perusahaan serta vertical garden di seluruh sisi tembok gedung yang hanya terdiri dari 5 lantai tersebut. Interior perusahaannya juga tidak mengecewakan, dengan dominasi kayu, kesan santai bisa dirasakan begitu memasuki kantor. Karyawannya juga menggunakan baju yang terkesan santai tapi rapi.
'Sebenarnya ini perusahaan apa sih?' Tanya Khea dalam hati. Yap, dia melamar kerja tanpa tahu perusahaan apa yang dipilih mama dan papanya. Gimana mau tahu, surat lamaran kerjanya saja bukan Khea yang buat, dia tinggal terima jadi dan tanda tangan.
"Misi mbak, yang mau melamar kerja yah?" Tanya seseorang yang membuat Khea kaget. Dia segera membalikan badannya menatap sumber suara itu. "Ah iya mbak, di mana yah tempat wawancaranya?" Tanya Khea dengan semanis mungkin.
"Mari mbak ikut saya." Balas si mbak yang menurut Khea mungkin resepsionis disini.
Khea membuntuti mbak resepsionis tersebut sambil celingukan melihat interior perusahaan ini. Khea tidak berhenti kagum karena setiap barang diletakkan dengan posisi yang bagus sehingga membuat orang yang melihat nyaman dan terpukau. Kesan minimalis tapi elegan bisa dirasakan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Look Back
Romance"Za, kayaknya aku suka Dave." Kataku yakin sambil menatap sahabatnya. Azara yang sedari tadi sibuk membolak-balikan halaman majalah edisi terbarunya dengan segera menatapku tidak percaya. "What? Coba diulang ya? Apa aku nggak salah denger? Kamu suk...