Awal

56 0 0
                                    

Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Dhiera Eryn Sanusi. Nama yang panjang ya? Lanjut. Nama panggilanku Dhiera, tapi orang terdekatku memanggilku Di. Aku mempunyai adik laki-laki yang jaraknya berbeda 5 tahun dariku. Nama belakangku berasal dari nama Ayahku. Sekarang aku duduk dikelas 2 SMA jurusan IPS. Sekolahku juga hanya sekolah negeri biasa.

Aku memiliki sahabat yaitu Moila, Artha, dan Felicya. Tetapi, hanya aku dan Moila yang belum mempunyai pacar.

Moila Luna Pradanti, adalah sahabat sebangkuku. Ia sekelas denganku dari kelas 3 SMP dan bersahabat hingga sekarang. Wataknya cuek, tapi ribet. Gampang panikan. Suka kurang bersyukur.

Arthadina Sefy, alias Artha. Artha dan Felicya sama-sama dijurusan IPA dan mereka juga kebetulan dari kelas 1 sebangku. Moody, suaranya bagus, tapi suka egois. Orangnya blak-blakan, pandai melawak.

Felicya Anggraini, diam-diam menghanyutkan dan paling pintar diantara kami berempat. Enggak bisa marah dan memiliki bermiliar kantung sabar karena orang ini sangat sabar. Sangat sayang dan setia dengan pacarnya.

Mungkin cukup sekian perkenalannya. Langsung saja ke kisahku ya.

******

Jakarta

Aku menguap. Pelajaran pagi ini disekolah diawali dengan pelajaran Sejarah. Hari senin. Awal masuk kembali setelah libur kenaikan kelas. Walaupun tidak senang-senang banget, tapi setidaknya aku bersyukur karena dikelas 11 ini aku diberi kesempatan untuk masuk kelas unggulan.

Moila, yang sebangku denganku sudah kealam mimpi terlebih dahulu.

Aku bingung apa yang harus aku lakukan sampai aku melihat binderku. Aku teringat jikalau aku sedang bosan, pasti aku akan menulis asal lirik lagu.

Dengan malas kuambil pulpen berwarna pink didalam tempat pensilku. Lalu aku menulis sebuah lirik yang ada dikepalaku:

I guess we never really moved on
It's really good to hear your voice saying my name
It sounds so sweet

Hening sejenak sambil berfikir lirik yang lain, aku mengedarkan pandanganku keseluruh kelas sampai kepada sebuah kotak dimeja guru. Karena kotak tersebut, aku langsung teringat sebuah judul lagu Icebox. Langsung kutulis dibawah lirik sebelumnya.

Fussin' and fightin', we back at it again
I know that, it's my fault, but you don't understand

Tak cukup menulis lirik untuk menghilangkan kebosanan, aku mencoba izin ketoilet untuk sekedar menghirup udara pagi seraya berjalan-jalan dikoridor sekolah.

Aku berjalan-jalan terus dengan santainya. Sendirian. Tiba-tiba ada yang memanggilku dari belakang.

"Diiii!!" suara laki-laki. Dan sungguh tidak asing lagi.

"Sergio alias mas, Gio? Eh, kakak Gio deh? Udah selesai ngemos adik-adik gemeshnyah?" tanyaku dengan suara yang sok diimut-imutkan.

"Hahaha.. Kok lu sendirian?"

Sebelumnya aku lupa mengenalkan. Sergio Pratama yang biasa dipanggil Gio adalah pacar Artha. Gio adalah anak OSIS makanya kebetulan ia sedang ngemos anak kelas 1 yang baru masuk.

"Iya bosen lagi nyari inspirasi. Lu mau kemana?"

"Lagi mau kekamar mandi bentar. Yaudah gue duluan ya, Di."

Ia langsung lari meninggalkanku sendirian dilorong sekolah.

Sekembalinya kekelas, hawa moodku langsung berubah bad kembali. Entah mengapa aku ingin segera istirahat dan membeli roti isi kacang kesukaanku.

Setelah menunggu 4 jam pelajaran, akhirnya aku kekantin dengan Moila. Tanpa ba bi bu, aku langsung ngeloyor kekantin Mak Dyah yang menjual roti isi kacang kesukaanku. Mak Dyah bahkan sudah hafal apa yang akan kubeli jikalau ketempatnya.

Setelah selesai bayar, Moila langsung meminta buru-buru kekelas karena ia lapar dan ingin memakan bekalnya.

Tidak lama kemudian, Artha dan Felicya menyusul kekelasku dan kita makan berempat dimejaku dan Moila.

"Gue tadi tidur pules banget. Hehe.." Moila membuka pembicaraan.

"Pelajaran apa dan siapa emang?" tanya Artha sambil mengunyah makanan.

"Sejarah, Bu Tuti. Ngantuk sekali abisnya, Bung."

Aku, Artha dan Felicya tertawa. Lalu kami kembali hanyut dengan makanan masing-masing. Tapi karena aku hanya makan roti, maka makanankulah yang habis pertama.

Kutinggalkan ketiga temanku hanya untuk membuang sampah. Kelasku memang dekat dengan mading sekolah. Entah dari kapan, tetapi ada poster tentang sebuah acara yang mengundang seorang DJ.

Dijamanku ini, DJ sangat jarang dan tidak seterkenal sekarang ini. Mungkin dulu DJ masih dibayar dengan murah.

Kubaca sekali lagi sampai kebawah poster, takut-takut ada yang terlewat enggak kebaca.

Dj Ari.

LaunchpadHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin