Pertama Tahu

34 0 0
                                    

Bell pulang sekolah berbunyi. Setelah tadi saat istirahat aku melihat poster tersebut hanya sendirian, kini didepan mading yang menempel poster tersebut ramai dilihat anak-anak seantero sekolah. Ternyata aku beruntung juga.

Aku, Felicya, Artha dan Moila berjalan menuju kedepan sekolah sembari membicarakan tentang poster tadi layaknya siswa/siswi yang lain yang juga sedang membicarakan tentang poster tersebut.

"Itu acara penutupan lomba yang diadain sama mall yang dideket sekolah elit itu ya?" Artha membuka pembicaraan.

Yang dimaksud sekolah elit itu adalah SMA Theresia. Memang yang sekolah disitu adalah anak-anak golongan keatas karena itu adalah sekolah internasional dan letaknya strategis sehingga dekat dengan mall. Tidak diragukan juga bahwa mall didekat situ adalah tempat mejengnya anak-anak SMA Theresia.

"Iya. Kayaknya rame deh gara-gara ngundang DJ. Gak biasanya ngundang DJ," ujar Felicya.

"Lu pada dateng?" tanyaku kepada mereka bertiga.

"Hmm.. Kayaknya sih menarik. Boleh juga dateng. Kalo lo pada dateng gue juga dateng deh!" Moila nampak berminat.

Artha dan Felicya nampak berminat juga. Namun aku? Jangan ditanya. Aku jelas tidak berminat. Malas. Buang-buang uang saja. Lebih baik uangnya aku tabung untuk hobbyku: mengoleksi, mengurusi, membasarkan anak landak yang nantinya jika sudah besar akan ku lepas. Entah aku bawa kehutan, entah aku bawa kepeternakan, kujual, ataupun aku bawa ke kebun binatang. Banyak yang bilang hobbyku ini melebihi kata aneh dan gila. Bahkan orangtuaku sering menentang, tapi karena aku suka dengan anak landak yang lucu dan niat baikku untuk berusaha melestarikan populasi landak, orangtuaku akhirnya mengalah tetapi dengan semua urusan tanggungjawab ada ditanganku. Biasanya juga, aku mengeluarkan uang untuk perawatannya adalah hasil dariku membesarkan anak landak dan menjualnya atau memberi kekebun binatang. Oh, iya! Lanjut ke cerita lagi.

Mereka bertiga sontak melihat kearahku dengan tatapan meminta jawaban.

"Ya lo taulah gue paling males ke acara-acara kayak gitu. Lo bertiga aja ya kayak biasa? Sorry banget nih!"

"Sekaliii aja lu ikut, Di. Biar lu ngerasain setidaknya deh! Ya, Tuhan.."

"Tau, Di! Plis. Ramein. Kalo ada acara kayak gitu kita gak pernah fullteam deh!"

"Lagian kenapa sih lo selalu males?"

Untuk kesekian kalinya aku dipojoki seperti ini oleh teman-temanku dan aku hanya bisa pasrah.

"Kabarin gue aja ya tentang acaranya gimana. Gue janji lain kali kalo emang ada rezeki gue ikut. Kalo ada rejeki ya! Hehe.."

"Huh! Selalu aja ngomong gitu! Makanya jangan ngurusin landak mulu. Ngeri tajem-tajem gitu ih!" ungkap Artha dengan wajah seperti merasa jijik dan aku hanya balas ketawa.

Gio dan Didi(pacar Felicya), sudah datang didepan gerbang dengan motornya. Sambil mengklakson motornya, seketika kami berempat menengok kearah mereka berdua. Artha dan Felicya pamit pulang duluan. Aku dan Moila seperti biasa; hanya berdiri didepan pagar sekolah dengan lama berharap ada tebengan untuk mengantar pulang.

Setelah sampai rumah, aku langsung menggeletakan tasku dan langsung rebahan diatas kasur sambil memandang langit-langit kamar cukup lama. Aku memejamkan mata 3 detik lalu langsung mengeluarkan buku coret-coretan dan mulai menulis lirik lagu.

And all along, I knew I had something special with you
But sometimes you just gotta know these things fall through

Aku bengong dimeja belajarku sambil entah memikirkan apa.

Hari ini adalah hari Kamis. Berarti acara dimall tersebut akan diadakan lusa. Aku berfikir beribu-ribu kali untuk ikut. Memang kali ini nampaknya beda dari acara-acara yang sebelumnya. Kali ini ada DJ. Ah! Kenapa DJ terus?

LaunchpadHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin