First love-1

149 9 1
                                    

Alan pov~

Kakiku melangkah dengan malas menuju salah satu rumah yang sedang dituju oleh orang tuaku, lebih tepatnya bukan aku karena aku hanya diajak -atau mungkin lebih tepatnya dipaksa ikut-. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai juga disebuah rumah yang terlihat sangat asri walaupun bangunannya itu terbilang mungil.

Tanganku meraih handle pintu mobil dan membukanya. Kakiku melangkah mengikuti langkah kaki orang tuaku sambil malas-malasan, tangan lentik ibuku memencet bel yang ada di samping pintu.

Aku segera merapihkan kemeja yang sedang kupakai dan saat pintu di depan kami terbuka aku langsung memperlihatkan senyumku -walau hanya senyum tipis- tapi, hey! walaupun aku malas-malasan untuk datang ke rumah ini kita kan harus tetap menjunjung tinggi kesopanan walaupun hanya senyum tipis sekalipun.

Seorang wanita paruh baya yang tadi membukakan pintu untuk kami pun tersenyum dan matanya langsung teralih menatapku dengan berbinar binar. Heh? Berbinar?

Perempuan itu langsung menyuruh kami masuk dan setelah dipersilahkan duduk, kamipun duduk di salah satu sofa panjang yang bisa diisi oleh 3 orang.

Diapun segera memanggil suaminya dan izin hendak ke dapur sebentar untuk membuatkan minuman.

Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan -yang aku tidak tau ruangan apa itu- dan langsung tersenyum tipis saat melihat kami. "Gimana kabar kamu car?" Ujar lelaki parauh baya itu membuka percakapan.

Wajah dad langsung terlihat bete. "Please dit, jangan panggil aku car, dikira mobil apa, dan.. Alan kamu masih inget sama om adit gak?" Hah om adit? Sepertinya aku pernah mendengar namanya.

Saat melihat wajahku yang terlihat bingung dan masih bertanya-tanya, lelaki paruh baya yang bernama om adit itu tertawa pelan. "Sorry itu udah kebiasaan car, dan alan kamu mungkin gak inget om karna terakhir kali kita ketemu kan pas kamu masih kecil, wajar kalo kamu lupa" ucapnya sambil tersenyum menenangkan.

Aku yang mendengar kata-katanya itu menjadi tidak enak dan akhirnya aku hanya tersenyum maaf kepadanya.

Wanita paruh baya yang ku ketahui istri dari om adit itu kembali sambik membawa nampan yang diatasnya ada gelas berisi minuman dan piring berisi cemilan, ia pun menyuguhkannya kepada kami. "Silahkan" begitulah katanya saat selesai menyuguhkan minuman dan cemilan itu.

Aku tersenyum sopan sambil berkata terimakasih. Usai wanita itu menaruh nampan ia kembali lagi kesini dan duduk di salah satu single sofa yang berada di sebelah mom.

"Alan kamu udah besar aja ya, gak kerasa dia udah besar sekarang padahal dulu masih imut-imut gimana gitu. Oh ya gimana kabar kalian?" Ucapnya sambil kegirangan. Hmm.. Sepertinya kepribadiannya berbeda dengan suaminya, berbanding terbalik dengan om adit yang kelihatannya pendiam dan selalu tenang.

Aku hanya tersenyum tipis saat mendengar kata-katanya. 'Iyalah udah gede, masa mau kecil terus sih' ujarku sambil tertawa di dalam hati karena ucapannya tadi.

"Yaampun karen udah lama kita gak ketemu, hahaha kami baik kok, gimana kamu? Ihh awet muda ya kamu jadi iri deh hahahaha" ucap mom sambil tertawa, memang benar apa yang dikatakan mom, tante karen -perempuan paruh baya yang aku sebutkan tadi- memang terlihat awet muda, walaupun sudah tua tapi dia masih terbilang cantik.

Cklek~

Salah satu pintu yang ada di ruangan ini terbuka, pintu yang didepannya terlihat banyak hiasan khusus perempuan terpampang di pintu yang terbuka itu.

8 P.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang