Part 3

374 14 1
                                    

Ayu geleng-geleng kepala. "Hah? Sejak kapan lo jadi suka Apel? Biasanya kan kita turun belakangan. Kita nggak pernah betah dengerin ceramah guru yang ngebosenin." Ucapan Ayu membuat Audy tersenyum. "Heh, gue emang nggak pernah betah denger guru ceramah. Tapi gue jadi suka Apel karena berarti gue bisa ngeliat Ariel hahaha. Gue bakal ngeliatin dia lama-lama karena dia nggak bakal jalan ke mana-mana. Dia bakal terus di barisannya dan gue bisa terus modus ke dia!" Jawab Audy senang.

Audy menarik tangan Ayu untuk segera ke aula bawah. Dan benar saja, mereka berdua adalah orang pertama yang dengan manisnya berbaris di tempat biasa. Yang ditunggu Audy belum datang juga. Yang datang malah anak-anak lain yang sama sekali nggak penting. "Mana nih dia kok gak ada terus?" tanya Audy tanpa mengharapkan jawaban. Dua menit kemudian sosok keren itu baru terlihat. Wah, alone again! "Yu, Ariel, Yu!" Audy mencolek-colek pinggang Ayu. Ayu menoleh ke arah yang ditunjuk Audy. "Lo ngebosenin banget sih! Dari tadi dia-dia aja yang lo pikirin! Ganteng aja engga." Ayu mulai kesal. Disingkirkannya tangan Audy dari pinggangnya langsing nya itu. "Mending dia masih inget kejadian kemaren!" "Oke, gue tes!" jawab Audy dengan yakinnya. Ayu mengerutkan alisnya. "Tes gimana maksud lo?" tanya Ayu kebingungan. Gadis berkulit putih itu langsung menuju ke tempat Ariel, di barisan anak kelas dua. "Gimana, nggak bakal nabrak orang lagi, kan?" sindir Audy tepat di hadapan Ariel. Hampir saja dia tak dapat menyembunyikan rasa gugupnya. Ariel bingung. "Maksudnya?" Tanya cowok ganteng itu,  Senyum Audy lenyap. "Yang kemaren itu lho.....yang di ruang guru...."Jawab Audy kesal.  Wajah Ariel tambah polos aja. "Ruang guru? Yang pas kapan, ya?" Tubuh Audy lemas seketika dan hampir mau pingsang. APA!!!? Dia memikirkan cowok itu setiap waktu, siang dan malam, bahkan nggak bisa tidur karena terus memikirkan kejadian itu, ternyata si cowok malah lupa begitu AJA??? Oke, emang sih nggak harus mikirin kejadian itu terus-menerus. Tapi ini, ingat aja enggak! Bener-bener nggak punya bayangan! Aduh, nih cowok parah banget sih, pikir Audy. Nih cowok lupa biasa apa emang punya penyakit amnesia, ya? Mending kalo kejadiannya tahun lalu. Ini kan kemaren!!! batin Audy kesal. "OH, yang itu," mendadak Ariel teringat. "Emangnya kenapa? Pingin ditabrak lagi?"Tanya Ariel menggoda  "Ah enggak....," jawab Audy sambil tersenyum. Akhirnya inget juga, batin Audy. Tapi kok..... Belakangan sih? Bukannya dari tadi. Aaaahh, tetep bikin sebel nih. Tiba-tiba terdiam. Tak ada topik yang dapat mereka bicarakan. Ih, kok suasananya jadi garing banget sih! Nggak lucu deh. Kok nggak nanya nama sih, Ar, Audy membantin lagi. Apa lo nggak penasaran sama nama gue, Ar? Apa fisik dan penampilan gue kurang menarik sampai-sampai lo nggak perlu tahu nama gue? Ih, ngeselin. "Udah dulu ya....," pamit Audy sambil berjalan menjauh. Ariel cuma ngangguk.

 "Gimana?" tanya Ayu begitu Audy sudah di hadapannya sambil garuk-garuk kepala. "AAAaaahh....garing, garing, garing! Norak, bikin boring! Nggak sesuai sama yang gua pengen!!" Audy berteriak kesal. "Nggak asyik, mati topik, nggak enak!" teriak Audy. "Maksudnya?" tanya Ayu kebingungan.

"Pake nanya, lagi! Ternyata dia tuh nggak inget sama kejadian kemaren! Dilupain gitu aja! Emang sih, akhirnya dia inget, tapi tetep aja.....bikin kecewa! Huaaa....!" Audy meraung-raung kayak serigala. "Haloooo? Ini SMA, Dy! Nggak malu tuh sama seragam?!" tegur Ayu. "Jangan didramatisir dong!" Namun Audy tak menanggapi. "Heh, berisik banget sih! Kalo udah di SMA tuh nggak ada lagi manja-manjaan! Kalo masih pengen jadi anak ingusan, sana balik ke SMP!" bentak Rhino, anak kelas tiga yang berjambul dan berkacamata tipis. Si ketua OSIS itu mendekati Audy. "Biarin!" jawab Audy sambil terus meraung-raung. Rhino gemas. Rasanya pingin banget ngebejek nih anak bawel. Karena kesal, ditinggalkannya saja cewek itu. "Nggak sopan lo!" Ayu berbisik di telinga Audy. "Lho, gue gini kan karena ada alasan. Dianya tuh yang nggak punya perasaan," jawab Audy tanpa dosa. Ayu hanya mengangkat alis. "Eh, Dy, tapi aroma parfumnya sempet mampir nggak di hidung lo?" tanya  Ayu penasaran. Audy tersenyum. "Iya dong. Tapi cuma sedikit. Nggak terlalu kerasa."

 ***


 "Dia anak kelas satu, kan?" Rizal menepuk pundak Ariel. Rizal sahabat Ariel. Tapi baru sejak kelas dua ini. Waktu kelas satu mereka nggak terlalu deket. Orangnya kecil, item, rambutnya keriting, hidungnya pesek banget, pokoknya tak ada yang menarik dari penampilannya. "Iya," jawab Ariel, "emang kenapa?" Rizal tersenyum. "Tumben ngobrol sama anak  kelas satu. Ada urusan apaan sih?" Tanya Rizal dengan greget. "Enggak, kemaren nggak sengaja gue nabrak dia. Dia lagi bawa buku. Dianya jatuh, buku-bukunya berantakan. Terus gue bantuin beresin. Tadi dia itu.....ya .....bisa dibilang berusaha ngingetin gue sama kejadian kemaren. Padahal gue udah nggak inget-inget lagi. Soalnya, nggak ada yang istimewa tuh dari kejadian itu," jelas Ariel panjang-lebar. "Ah, masa??" goda Rizal seru sama Ayu. "Eh, cewek itu...." Ariel menjentikkan jarinya sambil tersenyum. Dan kisah ini pun benar-benar dimulai.


 ***

 "Dia nggak akan pernah tertarik sama gue, YU," curhat Audy pada Ayu dalam perjalanan menuju kantin. Waktu itu lagi istirahat. "Aduh, Dy, jangan galau gitu," hibur Ayu sambil mengelus-elus rambut Audy. Audy yang biasanya menyambut waktu istirahat dengan hati riang gembira, kini sebaliknya. Hari ini memang hari perubahan Audy rupanya. "Ah, gue nggak ada harapan." Audy mengucek-ucek matanya yang hampir mengeluarkan air mata. Ayu menghela napas. Hhh, Audy benar-benar punya hati dan kepribadian yang sensitif. Baru juga urusan kecil, sedihnya udah selangit. "Audy, jangan sedih terus dong. Capek gue liatnya. Lagian kalo takdir berkata jodoh dia nggak akan ke mana-mana kok. Mungkin sekarang lo memang lagi sakit hati, tapi ini baru awal,  Dy. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi. Tenang aja," Rista mengeluarkan kata-kata emasnya. 

Audy memandang Ayu di balik matanya yang berbinar. Kini Ayu melihat secercah harapan di mata Audy. Audy perlahan tersenyum, lalu memeluk Ayu. "Lo ngebangkitin semangat gue, Yu. Thank you, ya," ujarnya hangat.  Ayu menarik napas lega. Audy danAyu sampai di kantin. Wuih, sesaknya. Selalu begini tiap hari. Nggak pernah nganggur. Audy berpisah dengan Ayu. Gadis dengan rambut sepundak dan bermata unik itu berjalan ke bagian camilan. Audy berjalan ke arah berlawanan, karena di situlah bagian yang menjual "obat" penghilang rasa haus. Tiba-tiba langkah Audy terhenti. Oh, di situ ada Ariel yang jajan sama Rizal dan Fauzi. Ah, sekarang kalau bertemu Ariel, Audy jadi malu. Malu karena kejadian saat Apel tadi. Kok kayaknya dia kurang kerjaan banget! Audy masih merasakan getaran hebat yang selalu muncuk jika dia melihat Ariel. Tapi untuk mencoba ngobrol dengannya lagi.....ah, rasanya harus berpikir lima kali. Dengan langkah pasti Audy berbalik menyusul Ayu. Ia rela menahan haus. Rela. Baru juga mau melangkah, tiba-tiba ada yang mencolek pundak kanannya. Audy berhenti. Duh, siapa sih, batin Audy kesal. Lagi gugup-gugupnya kok malah dicolek. Gue nggak mau berbalik lagi. Di situ ada Ariel. Namun tangan yang mencoleknya itu terus aja nyolek. Wah, ini orang kayaknya bakal terus nyolek sampai Audy berbalik. Akhirnya Audy berbalik. Dan........

 HAH!! Benar-benar tak terduga. Dalam sekejap rona merah menghiasi pipi Audy. "Hai."sapa  Ariel Sejak kapan dia mau negur Audy duluan? Audymengatur napasnya semaksimal mungkin. "Hai juga," balasnya sambil tersenyum lebar. Apa sih yang mau dibicarakan Ariel dengannya? Wah, jangan-jangan Ariel mau menertawakan sikapnya yang aneh ketika mau Apel tadi. "Nama lo siapa sih?" tanya Ariel tak lama kemudian. Audy ternganga. Kaget campur senang semua kumpul jadi satu. Bayangkan! Ariel menanyakan namanya! Padahal tadinya Audy kira Ariel tidak akan melakukannya. Teryata dia salah besar! Senangnya, akhirnya cowok ini nanya juga. Hampir saja Audy mimisan karena terlalu senang.


Bersambung...............


  "Jadi bagaimana pun bentuk pertemuan itu mungkin akan menjadi awal yang indah nantinya."





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang