/Chapter 3/ Ini Bukanlah Pertemuan Terakhir Kita Kan?

25 3 1
                                    

Nami menciumku di pipi. Akupun terkejut karena ia menciumku. Padahal, ini masihlah hari pertama kita bertemu bahkan hari pertama ia disekolahku.

"EH...EH...!!! Na..Na..Nami.. apa yang baru saja kau lakukan?" Wajahku memerah.

"Huh? Memangnya mengapa? Masih wajar kan bila mencium pipi seorang teman? Atau... tradisi di kota ini berbeda?" Wajah Nami terlihat bingung.

"Yah... Sebenarnya tak apa-apa sih... Hanya saja ini bukanlah waktu yang tepat. Kita masih berada di wilayah Sekolah. Bagaimana bila seseorang melihat kita." Jawabku.

" Maafkan aku. Sepertinya aku memang sedikit ceroboh maupun bodoh. HiHiHi" Lidahnya menjulur keluar dengan tatapan meledek.

"Tetapi Erik, tetap ingat ya! Jam 3 Sore, stasiun Akihabara" Jelas Nami dengan senyumnya.

Melihat senyum Nami, rasa malu setelah dicium olehnyapun hilang. Tidak hanya itu, akupun kembali bersemangat dan dengan semangat aku berteriak...

"Tidak akan kulupakan itu!!" Sambil mengacungkan ibu jariku.

Setelah itu, kami berpisah disana. Sesampainya aku sampai di kelasku, aku telah kembali kediriku yang lama dengan sikap yang tidak peduli apapun dan pendiam, sambil mendengarkan musik lewat headphone-ku.

Akupun teringat oleh kue dorayaki yang Nami berikan kepadaku. Akupun langsung memakan kue dorayaki tersebut di mejaku. Saat memakan kue dorayaki ini, akupun tersenyum. Rasa kue ini sangatlah enak, tetapi menurutku yang terpenting adalah... Ini merupakan kue buatan Nami.
Dibalik itu semua semua orang dikelasku menatapku dengan aneh, Karena mereka belum pernah melihat diriku tersenyum, terlebih lagi saat aku makan.

12.00/Pulang Sekolah

*TENG TENG TENG TENG* Bunyi lonceng pulang Sekolah.

Akupun sedang dalam perjalanan pulang. Sebelum aku pulang ada satu hal yang ingin kulakukan. Akupun mengambil ponselku dan mempersiapkan kamera (Kamera pada ponsel). Dan yang pasti kulakukan adalah memfoto Nami. Akupun bergerak pelan-pelan untuk bisa memfoto Nami. Mungkin bila orang melihatku, aku akan menjadi seperti seseorang yang mesum. Itulah mengapa aku telah mempersiapkan rencana. Rencanaku adalah menggunakan kostum Tempat pembuangan sampah dan bergerak diam diam mendekati Nami lalu memotretnya.

Untuk sekarang ini rencanaku berjalan lancar. Aku berjalan mengikuti Nami tanpa ia sadari. Hingga pada akhirnya, aku mendapat karma karena perbuatanku.

Nami mau membuang sampah, yang awalnya kupikir itu hanyalah gelas kosong. Ternyata itu adalah segelas kopi yang masih panas. Mungkin isinya memang sudah sedikit tetapi pasti sangat panas. Akupun memiliki pikiran untuk berlari tetapi aku dalam keadaan terdesak hingga akhirnya Nami membuang kopinya.

"AHHHHH!!!!" Ternyata kopi itu memang benar sangatlah panas. Akupun terloncat keluar dari Kostum tempat sampahku dan terjatuh di depan Nami.

"Erik? Apa yang kau lakukan di tempat sampah itu?" Tanya Nami.

"EHH.. Itu.. aku sedang bermain Petak umpat." Jawabku.

"Heh? Permainan itukan harus dilakukan 2 orang atau lebih? Dan bukankah kau tidak memiliki teman selainku?" Jawab Nami.

Akupun kebingungan untuk menjawab apa. Aku telah dipojokkan oleh Nami. Aku tidaklah ingin bila dia mengetahui bahwa aku mengikutinya. Hingga aku menjawab kembali.

"Aku sedang bermain bersama anjing. Ba...barusan saja aku sedang dikejar oleh anjing. Dan akupun bersembunyi disini. Dan rasanya sangat menyenangkan." Ucapku dengan gugup.

"Hmm.. jadi seperti itu. Tetapi Erik, kau tak seharusnya bersembunyi disitu. Berdirilah." Nami menjulurkan tangannya Kepadaku untuk membantuku berdiri. Walaupun begitu aku tetaplah seperti ini.

"Tak apa, ini kan hanya permainan. Janganlah dianggap serius...."

*Plak!!!* Nami menampar wajahku.

"APA KAU BODOH?!?. Kau dapat melukai dirimu sendiri. Bagaimana bila sesuatu terjadi padamu. Bagaimana bila kau tidak bisa datang kepada janji kita nanti. Apa yang harus kulakukan!!! Tolonglah... jaga dirimu. Kau adalah temanku. Aku sangatlah menyayangimu sebagai temanku... bahkan bagai sahabat pertamamu bila butuh!!!"  Teriak Nami. Sambil menangis.

Akupun tak percaya akan hal ini. Mangapa ia peduli padaku. Padahal aku belum melakukan apapum untukknya. Apakah ini salahku?

"Nami, janganlah menangis. Aku tidak akan terluka oleh hal itu. Aku adalah seorang pria. Jadi, percayalah padaku." Sambil melepaskan pelukan Nami dan mengelus kepalanya dengan tersenyum.

Namipun kembali tersenyum oleh kata kataku. Air-matanya yang tersisa kubersihkan oleh tanganku.

"Nami, sebelum kau pergi. Bolehkah aku bertanya, dimana rumahmu?" Tanyaku.

"Rumahku berada di jalan Yokohama. Di sana sedang ada banyak konstruksi bangunan. Jadi bila kau melewati daerah tersebut, berhati hatilah. Akan ada banyak truk bangunan yang lewat." Setelah ia menjelaskan letak rumahnya, Nami mengambil kertas dan menulis alamat rumahnya, lalu memberikan kertas itu kepadaku.

"Silahkan berkunjung. Tetapi hati hati ya Rik.Dan juga, itu merupakan Rumah baruku, sehingga tempatnya sedikit berantakan." Kata Nami.

"Tenang saja. Akan kuusahakan untuk berkunjung." Jawabku.

Kamipun berpisah dan kembali ke Rumah kami masing-masing.

Akupun sampai dirumahku. Akupun sangat tidak sabar untuk beetemu dengan Nami saat jam 3 Sore nanti. Dengan cepat aku segera Mandi,Makan,dan mengganti pakaianku. Aku juga telah mempersiapkan hadiah untuknya berupa album musik. Semoga saja ia menyukainya.

Jam telah menunjukkan pukul 14.30. Akupun segera pergi ke stasiun Akihabara dengan sepedaku. Sesampainya disana, tidak ada tanda tanda Nami di daerah tersebut. Akupun hanya perlu menunggu.

30 menit dari waktu yang kita tentukan sudah terlewat. Aku masih menunggu kedatangan Nami. Hingga pada akhirnya aku mendengar teriakan.

"ERIK...ERIK...ERIK..." Suara teriakan seseorang.

Aku terheran heran siapa yang memanggilku. Mungkin saja Nami, tetapi dia memiliki suara yang berbeda. Dan ternyata pikiranku benar. Itu bukanlah Nami, melainkan wanita lain yang berlari ke arahku.

"Erik..." Wanita tersebut menghampiriku dan terlihat sangatlah kelelahan.

"Hm?" Karena wanita itu bukanlah Nami. Aku kembali kepada sikapku yang pendiam.

"Dengarkan aku Rik. Nami... Nami..." jawabnya.

"Hey kau. Lebih baik cepatlah berbicara." Jawabku sedikit kesal.

"Dengarkanlah diriku Rik. Namaku Vika, aku adalah temannya Nami dan juga siswi dari kelas lain. Tetapi ada hal buruk terjadi kepada Nami!" Perjelasnya.

Mendengar jawabannya itu, akupun sangatlah terkejut.

" APA YANG TERJADI PADANYA?!?!. APAKAH IA TERLUKA? ATAU SAKIT? CEPAT KATAKAN!!"

"Nami... ia tertabrak truk bangunan dalam perjalanan kembali kerumahnya!! Dan sekarang dia berada di Rumah sakit, bahkan harus dioperasi!!!" Katanya seperti sedang menyampaikan berita kematian pada seseorang.

"Tunggu... APA!?!"

TO Be Continued...

Next chapter
~Dunia Seorang Ahli.

Broken DiscTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang