/Chapter 4/ Sekumpulan Ahli

25 2 2
                                    

"Tunggu, APA!!!" Akupun sangat terkejut mendengar kabar itu.

"HaHaHaHaHa." Orang yang bernama Vika itu malah tertawa dan sangat senang.

Akupun sangat marah kepadanya. Bila ia adalah temannya Nami,Mengala ia malah tertawa saat temannya sendiri kecelakaan.

"Hey!!! Apakah kau sudah gila?!?! Dia adalah temanmu. Mengapa kau malah tertawa seperti orang gila."Teriakku.

"HaHaHaHa.." Tertawanya semakin teras, wajahnya sangatlah bahagia hingga pada akhirnya.

*Plakk* Akupun menampar wajah Vika karena ulahnya.

Disaat aku menamparnya, semua orang memandangku. Aku menjadi pusat perhatian karena telah menampar wanita di tempat umum.

"Yah.. ternyata benar." Wanita itupun melihatku sambil tersenyum.

"Apa yang kau maksud?"

"Namamu Erik, seorang pelajar dengan bakat musik yang tinggi. Orang yang dikatakan orang yang sangatlah pendiam ini ternyata, orang yang berisik ya. Apalagi dengan seseorang... bernama Nami." Ucapnya.

"Sekarang katakan padaku,apa hubungan kalian berdua." wajahnya sangatlah seram seperti orang yang marah.

"Eh...Tidak..Tidak ada hubungan apapun diantara kami, jadi bisakan kau pergi." Akupun sangat ketakutan disaat itu. Bahkan aku sudah tidak dapat berkata kata lagi. Hingga tiba tiba saja

"Erik...." Terdengar suara teriakan seseorang.

"Siapa lagi itu..." Pikirku, padahal aku sedang dalam situasi yang buruk dengan wanita yang bernama Vika.

"Fuhh... maafkan aku, aku terlambat. Tadi aku membantu orang yang barusan saja kecelakaan di dekat rumahku. Jadi, aku membawanya ke Rumah Sakit." Kata Nami.

"Halo Nami, aku telah menyampaikan pesannya." Kata Vika yang tiba tiba menyela.

"Hi Vika. Terimakasih ya. Dan juga, apakah kau telah berkenalan dengan Erik?"

"Sudah, terlebih lagi sebenarnya aku sering melihatnya disekolah. Orang ini sangatlah pendiam ya. Tetapi....."

"TUNGGU DULU!!!" Teriakku. akupun masih sangatlah bingung apa yang terjadi.

Saat aku berteriak, kembalilah aku menjadi pusat perhatian orang orang di sekitarku.

"Erik? apa yang terjadi?" Tanya Nami.

"Aku hanya tak mengerti. Vika berkata bahwa kau tertabtak mobil, Dan kau Nami berkata bila kau sedang membantu orang yang kecelakaan. Omong kosong macam apa ini!?" Jawabku.

"Hahahaha..." Mereka tertawa seperti sedang ada sesuatu yang lucu. Akupun bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Erik, Perkenalkan Vika. Dia adalah seorang penipu dan pesulap yang hebat. Tidak hanya itu, selera humornya juga sangatlah tinggi." Kata Nami.

"Tunggu dulu.... Jadi, Semua omong kosong yang sedang terjadi tadi. Semua hanyalah tipuan?" Jawabku sambil mengeluarkan ekapresi marahku.

"Yup, itu benar. semuanya hanyalah permainanku." jawab Vika sambil tersenyum.

"Baiklah, Tetapi Nami. Apa yang akan kita lakukan hari ini. Dan apakah mahkluk yang mengganggu ini harus mengikuti kita?" Tanyaku.

"Bagaimana bila kita pergi ke Toko musik. Disana ada banyak alat musik yang dapat kita mainkan. Dan juga, Vika akan pergi ke tempat alat alat sulap. Dia adalah pesulap terhebat di kota ini." Jawab Nami.

"Bahkan aku sampai memenagkan juara 5 kali berturut turut!!!" Sombongnya.

"bagaimana kalau kita pergi sekarang. Aku sudah tidak tahan dengan orang ini." Balasku.

"Baiklah, Selamat tinggal Vik, Sampai berjumpa besok."

"Selamat tinggal, Jangan melakukan hal yang aneh aneh ya." Jawab Vika.

Setelah itu kamipun berpisah. Aku dan Nami langsung pergi menuju TokoMusik di Stasiun ini. Disaat perjalanan, kamipun mengobrol dan berbicara tentang musik, Permainan Video,Bahkan tentang Film.

Kamipun Sampai di TokoMusik tersebut. Dengan Cepat,Nami langsung berlari dan melihat Biola yang sedang dipajang.

"Jadi Nami, kau seorang pemain biola?" tanyaku.

"Benar, dari kecil aku selalu diajari orang tuaku untuk bermain biola. Akupun sangat tertarik dengan Biola. Dan sebenarnya, Biola yang sedang kulihat ini adalah..."

"Adalah....?" Lanjutku.

"Biola ini merupakan biola Ayahku. Dulu Ayahku adalah bintang pemain Biola yang sangatlah terkenal. Hingga suatu hari, ia menderita penyakit Kanker yang masih ada kesempatan untuk disembuhkan. Hingga pada akhirnya, Ibuku menjual biola Ayahku disini untuk biaya pengobatan Ayahku. Walaupun sudah melaksanakan operasi sebanyak 6 kali, Pada akhirnya Ayahku tetap saja meninggal. Itulah yang membuatku ingin membeli biola Ayahku lagi." Cerita Nami.

Disaat itu juga, Namipun menangis. tangisannya seperti seseorang yang benar benar kehilangan sesuatu yang berharga bagi dirinya. Sebagai temannya, Akupun dengan perlahan membisikkannya sesuatu.

"Kau tak perlu bersedih Nami. Aku akan selalu ada untukmu, aku tidak akan mati. karena aku tidak ingin teman pertamaku menangis karenaku."

Mendengar kata kataku, Nami semakin mengeluarkan airmatanya. Entah, apakah itu airmata kebahagiaan atau kesedian. Tetapi aku akan memeluknya dari belakang.

Pelukan ini sangatlah hangat, rasa yang sangat nyaman ini membuatku bahagia.

Akupun melepas pelukanku, dan membuat Nami menghadap ke wajahku. Setelah itu, aku langsung menghapus air mata Nami dengan tanganku.

"Janganlah menangis, Aku disini." kataku

"A...Aku tahu... Dan juga, Berjanjilah dengan kata katamu... bahwa kau tidak akan mati!!!." Jawab Nami.

"Aku tidak akan mati, dan juga... kau seperti kepingan musikku yang hilang."

"Erik...." Panggil Nami.

"Aku mencintaimu..."

Nami langsung menarikku dan kamipun berciuman.

To Be Continued....

Makasih yang udah read, share ke orang orang ya. Jangan lupa dikasih Vote ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken DiscTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang