Reminiscent

105 3 0
                                    

Tak ada yang lebih membangkitkan rasa iri para penduduk sekolah, ketika melihat Ayako Nadeshiko merangkul lekat-lekat lengan Shokudaikiri Mitsutada.

Gadis yang namanya telah dikenal seantero sekolah lantaran paras cantiknya yang menggairahkan itu, sempat berkata pada sekumpulan kawannya beberapa hari lalu, bahwa target terbarunya adalah pemuda dingin yang selalu mengenakan eye patch. Ya, siapa lagi jika bukan Mitsutada dari kelas 2 itu?

Di kala benih-benih rasa suka itu semakin menjalar ke sela-sela nadinya, ia bahkan rela mematahkan janji ikatannya dengan pemuda-pemuda lain, semata-mata hanya untuk menjerat Mitsutada ke dalam pelukannya. Mungkin tak lama lagi, dengan aksi-aksinya yang terlihat tak kehabisan akal, ia yakin pemuda itu akan segera luluh di hadapannya.

Sang dewi sekolah itu tidak akan berhenti, sebelum sebuah ciuman pertama terukir dalam sejarah hubungan mereka.

##

"Mitsu-san!" Nadeshiko berlari setelah mengantre turun dari bus rombongannya. Ah, disambut oleh gedung-gedung kaca dengan arsitektur yang memikat jiwa sebenarnya tidak terlalu buruk. Hanya saja, hamparan lapangan parkir yang luas membuatnya terengah-engah ketika hendak menghampiri Mitsutada yang sudah merapatkan diri pada pintu masuk. Dengan barang bawaannya yang dirasa terlalu berat, ia menggerutu pada panitia yang entah kenapa memisahkan bus mereka.

"Hn." Mitsutada menghentikan langkah sejenak dan menghela napas. Tak ada tujuan yang membuatnya benar-benar berhenti seperti ini, jika bukan demi mengamati gapura Museum Kota Fukuoka terlihat menawan dengan sejuta sejarah yang disimpannya. Ia menoleh untuk melihat kolam yang memantulkan baris-baris cahaya di atasnya-yang membuat Nadeshiko sedikit tersipu karena mengira pandangan itu ditujukan kepadanya. Wajah dinginnya sebenarnya tidak ingin menanggapi panggilan Nadeshiko. Tapi secara tidak langsung, ia menunggu gadis itu setengah hati.

Derap langkah beserta sumpah serapah itu segera menyela indra pendengarannya, saat gadis itu berada semakin dekat dengan tempatnya berpijak.

"Mitsu-san." Nadeshiko menyebut namanya sekali lagi setelah berhasil mengejarnya. Dengan bahu yang masih naik turun, ia menyentuh lututnya demi melepas lelah. "Ya ampun. Jalan sedikit pelan bisa, kan? Busku baru sampai." Ia mendongakkan kepalanya untuk sekedar melirik wajah tampan pemuda di sampingnya. "Kau... ada sedikit air?"

Mitsutada memutar matanya. "Ck, dasar cengeng," komentarnya pelan, seraya kembali menggerakkan tungkai jenjangnya tak acuh.

"Eh?" Nadeshiko membelalakkan matanya. "Ne, Mitsu-san!" Ia kembali berlari untuk meraih tangan Mitsutada. Rambut coklat pendeknya sedikit berkibar saat ia mencoba keras merangkul lengan Mitsutada yang enggan berhenti untuk kedua kalinya.

Nadeshiko tersenyum riang, mendapati dirinya telah bisa berjalan dengan normal bersama pemuda-yang diam-diam-diidamkan oleh para gadis di sekolahnya ini. Walaupun sebelah mata emasnya tertutup oleh eye patch-yang sangat Nadeshiko sayangkan, pesona terselubung dari Mitsutada tetap mampu meruntuhkan dinding-dinding ego para gadis. Membayangkannya, Nadeshiko mengeratkan rangkulannya. "Jika kupeluk begini, kau tidak bisa pergi lagi, kan?"

Mitsutada melirik gadis yang tengah mengeluskan wajah pada lengannya itu. "Hn." Ia kembali memalingkan muka; menanggapi sensasi sebagian lekuk tubuh Nadeshiko yang melekat pada seragamnya secara tidak sengaja. Patung La Liberte yang menghiasi desain eksterior gedung itu benar-benar sukses menambah kesan elegan gedung; dan sukses meraup perhatiannya.

"Berkumpul di depan pintu masuk! Semuanya berkumpul di depan pintu masuk!" Suara pengeras suara dari salah satu sensei mereka segera membuat seluruh murid bergegas untuk berbaris di bawah gapura museum itu. Ah, pengisian daftar presensi untuk kedua kalinya itu membuat Nadeshiko dan Mitsutada berpisah untuk sementara.

Reminiscent [A Touken Ranbu Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang