Ada yang rindu sama aku...ehhh Saga-Ghalia maksudnya...
Fiuuuhhh... #berkah musim hujan.
Musim hujan ini bukan cuma bikin berkah para petani tapi penulis yg punya mood musiman yang ngandelin ilham tadah hujan kaya aku...xixixixi...padang gersang ini akhirnya mulai tersemai bibit-bibit ide baru...
Jangan lupa ya wattylovers budayakan vote&comment please...
Next.... Selamat menikmati
#berasa nasi kotak gak sih....#cut_ abaikan.
_________________________________
Ghalia menatap kosong jauh ke langit, bajunya basah dan mencetak jelas tubuh indahnya yg selama ini tersembunyi.
"Saga!!!!"
Satu-satunya nama yang refleks terlintas dalam hati dan pikirannya. Ia menjerit tapi suaranya hanya sampai ujung tenggorokan hanya air matanya saja yang berlomba-lomba jatuh. Ia terlalu kalut sehingga membuat tubuhnya membeku, orang-orang sudah mulai terpana melihatnya. Seakan-akan terhipnotis para lelaki itu turun ke danau dengan sukarela menyambut Ghalia. Ingatan itu muncul lagi, tatapan mata lapar dan seringaian menakutkan membuat gadis itu setengah mati gentar, gemetar mundur teratur semakin ke tengah danau. Air sudah mencapai pangkal lehernya dan tidak ada yang mendengarkan rintihan putus asanya untuk menjauh.
"Ghalia...." suara-suara itu bergemuruh melingkupi Ghalia.
"Tidak...mundur....jangan..." lirihnya putus asa.
Byurrr!!!
Suara mengejutkan benda besar terjatuh di air. Membelah air yang tenang. Ghalia masih gamang diantara kekalutannya, melihat sosok tegap yang datang mendekatinya dengan tatapan wajah yang menggelap dan mengeras. Masih percaya kalau sosok yang kini dihadapannya yang memeluk tubuhnya erat adalah fatamorgana."Saga..." Ghalia lirih begitu lega menatap sosok dengan aura dingin menakutkan itu.
Ghalia tertarik sempurna dalam ke pelukan kuat itu. Ia terisak kuat dalam dekapan dada yang hangat dan keras. Bukan menangisi bullyan Jessica yang keterlaluan. Ia menggenggam kuat jaket itu seakan-akan ia akan terjatuh dan sosok itu akan lenyap jika ia tak genggam erat-erat lagi. Ia tak ingin kehilangan lagi. Perasaan rindu dan perih yang meledak-ledak itu tak kuasa dielakkan dari hatinya ketika tubuhnya bertemu dengan tubuh itu. Terlalu lama tertahan. entah sejak kapan waktu begitu lama berlalu, srperti srabad lamanua terpenjara perpisahan. Kemudian gelaplah yang menyambutnya ketika perasaan campur aduk itu tak dapat ia tampung lagi.
"Maafkan aku....begitu merindukanmu..."***
""Hari ini ada cafe baru launching, apa kau mau ikut Saga?"
"Malam ini kau ada acara? Maukah kau ikut kami ke club?"
Saga melirik malas ke gadis-gadis yang sedari tadi menempelinya seperti kutu. Suara mereka nyaris terdengar seperti ngengat ditelinga sensitifnya. Gadis yang beberapa waktu ini menjadi perisai, entah kemana. Perasaannya gelisah bergolak memberikan efek mual sedari tadi seakan-akan sesuatu yang buruk sedang mendekat.
DEGG!!!!
Sesuatu menampar jantungnya yang mati. Air mata itu jatuh begitu saja di atas pipinya saat ia berusaha berkonsentrasi dengan bukunya. Ia masih tak ingin mempercayai kalau tetesan itu keluar dari matanya, ia menengadah, tapi ini bukan karena hujan dan atap yang sedang bocor. Matanya menangis."Kenapa!!!!????"
Saga kebingungan dan ketakutan. Terakhir kali ia meneteskan air mata, sesuatu yang berharga direnggut paksa darinya oleh sang takdir tanpa belas kasih padanya.
"Saga ada apa????!!?"
"Apa yang terjadi???"
"Kenapa menangis??"
Brakkk!!!!!
Saga menghempaskan tangannya ke atas meja seraya tiba-tiba berdiri. Suasana menjadi hening. Saga menghela nafas berat, ia pergi tanpa menatap apapun yang mengerubuninya.
Saga berjalan cepat dan menghilang layaknya asap, hanya aromanya yang memabukkan tertinggal di udara.Hatinya memiliki keinginan sendiri dan melawan pikiran yang tengah mengontrol tubuhnya saat ini. Perasaan sedih ini menyentaknya tiba-tiba. Air matanya masih saja jatuh berguguran tanpa ia inginkan. Mengejutkan Saga yang gemetaran karena tiba-tiba tak kuasa melawan perasaan asing ini.
"Saga...!!!"
Jeritan itu tak bersuara tapi gemanya memukul-mukul hati Saga yang mati hingga terasa sakit. Ia melesat kencang mengikuti jeritan itu. Gambaran-gambaran mengerikan silih berganti terlihat dipikirannya seperti film rusak berulang. Saga melesat dengan kekuatan penuh, sehingga ia terlempar ke tanah karena pikirannya goyah saat mengendalikan kekuatannya.
Hamparan danau luas menyambut matanya yang kelam. Gambaran awalnya terasa buram, sekilas ia bisa melihat sosok itu dengan raut yang begitu menyedihkan, memohon padanya.
" Sayla..." bisik Saga hampir tercekat
Saga bangkit terentak tiba-tiba saat menyebutkan nama itu. Bukan dia, bukan dia sosok yang menangis terengah-engah putus asa di tengah danau. Tapi perasaan sakit itu sama mengerikannya, rasa hancurnya baru seperti kemarin luka itu kehilangan disayatkan dihatinya.
Saga melompat ke tengah danau dengan kekuatannya. Mendahului kerumunan yang mencoba mendekati Ghalia. Saga bisa merasakannya sedari awal, sekalipun dengan pikiran tertumpulnya siapa gadis itu sebenarnya. Tapi baginya itu adalah keinginan yang terlarang. Ghalia adalah buah manis terlarang bagi iblis seperti dirinya. Bukan untuk dimiliki tapi hanya boleh ia jaga.
Apakah keputusannya benar??. Saga mengetatkan rahangnya, matanya menggelap dari hitam ke merah pekat. Ia berusaha menahan pergolakan amarah yang menghentak benteng kontrol kekuatannya. Gadis itu terlalu berbahaya memengaruhi dirinya.
"Saga...." lirih serak Ghalia terdengar menyedihkan
Gagal!!!. Ia gagal melindungi gadis itu seperti komitmennya. Ghalia nampak rapuh, terluka dan ketakutan. Pandangan mata gadis itu kosong seperti melihat sesuatu yang jauh.
Saga menarik Ghalia dalam dekapannya. Gadis itu mencengkram kuat jacketnya. Rasanya sangat menyakitkan melihat betapa ketakutannya gadis itu. Saga mendesis lalu menoleh kebelakang, menyipitkan matanya penuh aura posesif dan kemarahan pada kerumunan yang membuat Ghalia begitu ketakutan.
Seakan dicekik kekuatan tak kasat mata kerumunan pria-pria itu mundur teratur setengah hati, karena mereka cukup pintar untuk merasakan seberapa berbahayanya sosok yang ada didepannya kalau mereka terang-terangan mencoba melawan.
Saga merasa begitu tersiksa sekaligus lega saat tubuhnya memeluk gadis itu. Seakan semuanya tepat dan kembali seperti semula. Ia merasakannya sama seperti yang Ghalia ceritakan dalam isakannya yang penuh derita saat ini. Rasa sedih dan rindu dalam intensitas luar biasa yang membuat hatinya hampir kualahan. Ini menakutkan. Tapi tidak lebih menakutkan daripada perasaan terluka gadis itu saat ini. Saga hanya bisa mengeratkan pelukannya dan mengangkat gadis itu dalam gendongannya.
Saga melangkah kuat dan hati-hati meski hatinya masih gemetaran. Ia mengeluarkan aura gelap yang mengerikan sepanjang perjalanannya keluar dari air dan perjalanannya menuju mobil. Ia tak peduli dan tak akan peduli sekalipun nanti aura itu menyakitkan manusia disekitarnya. Ia marah saat ini dan tak ingin ditambahkan lagi dengan bisik-bisik sampah yang menyakitkan telinganya. Saga semakin mengeratkan gendongannya saat tubuh Ghalia berubah gemetaran dan semakin dingin.
"Bertahanlah...jangan lagi!!!!"
Demi tubuhnya yang mati rasa, kalau sesuatu terjadi pada gadis ini ia bersumpah akan mengoyak tubuhnya sendiri sampai menjadi serpihan kecil."Bertahanlah...jangan tinggalkan aku..." lirih gemetaran Saga di telinga Ghalia yang pucat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lunarian
Vampire-Sayla- Tak peduli seberapa besar kau tak menginginkanku. Aku akan selalu kembali dalam keabadianmu, maaf...cintaku selalu menyakitimu -Saga- Tak ada yang sanggup mengalahkan kutukan rasa sepi dalam megahnya keabadian. itu sia-sia melawannya... -Gha...