Jalan kehidupan, kematian dan diantara keduanya...
semua diwarnai mantera-mantera takdir
Mantera yang kadang dipenuhi bunga musim semi...
Mantera yang seringkali dipenuhi hujan darah...
Mantera yang seringkali terasa sunyi yang abadi....“Kau memiliki takdir yang kuat bersama seseorang…tapi hanya satu yang akan bertahan kecuali Sang Takdir memilih kalian berdua dalam satu genggaman…” ujar seseorang dengan mata biru menyala dan kosong membuat dinding dan angin gemetaran.
“Lyra…” panggil seseorang mengguncang bahu gadis yang tiba-tiba berubah mengkaku.
“Zu…apa yang kukatakan barusan???”
“Ini pertama kalinya lagi sejak 550 tahun yang lalu…” ujar laki-laki bermata hijau itu mengingat kembali lalu menatap seorang laki-laki yang duduk malas memindah-mindahkan chanel tv.
“Saga…jangan melakukan apapun terhadap takdir manusia…”
“Lalu takdirku…menjadikanku Lunarian juga sudah mempermainkanku bukan?”
“Saga…!!!!”
“Ya takdir…apalagi yang dia inginkan dari hidupku, ambil saja keabadianku jika dia mau…”
“Sayla akan datang…”
Degg!!!!
Nama itu masih mampu mengguncang begitu hebat jantung kokohnya yang selama ini tidak mampu tergoyah oleh waktu.
“Aku mengerti …” ujar laki-laki itu tenang dan datar
“Saga….!!!”
“Sayla hanya hidup sekali…dan mati sekali…jadi tenang saja…aku sudah bertahan 500 tahun lebih aku bisa bertahan ratusan atau ribuan tahun lagi…” ujar Saga menatap tajam ke gadis itu.
“Bukan seperti itu maksudku…”
Sebelum Saga mendengar ocehan gadis yang sudah dianggap saudarinya itu, dia sudah menghilang entah kemana. Sebelum jantungnya benar-benar meledak, dalam arti kiasan. Sebelum detiknya kembali bergerak. Waktu dan kutukannya kembali hidup.
***
Sudah waktunya...
Tubuh mungil pucat yang duduk menatap langit itu gemetar. Semilir angin yang menerbangkan rambutnya yang kelam dan panjang menegaskan kecantikannya yang lembut. Ia berusaha memfokuskan. Pikirannya mendengar sang angin membisikkan serpihan takdirnya.
Ia menatap wajahnya di permukaan danau yang bening. Sungguh menakutkan. Kenapa wajahnya, tubuhnya, semua keindahan ini mengutuknya. Ia guci antik yang kosong tanpa kenangan. Semua orang berpikir ia berharga dan begitu penting. Padahal ia hanya melihat cangkang yang indah nan rapuh. Tapi kosong akan kenangan.
"Siapa kau??? Kenapa begitu bersedih??? Siapa yang begitu kau rindukan???" tanyanya putus asa pada wajahnya yang berurai air mata menatapnya kasihan.
Air mata itu untuk siapa??
Gadis itu tak peduli pada gaun putihnya yang basah atau kakinya yang membeku. Ia hanya ingin mengingat kembali kenapa ia terlahir. Ia berjalan sendiri semakin jauh ke tengah danau. Ia melihat dunia dari sisi yang lain dari dalam air. Hening. Bisu. Kosong."Dimana kau???"
Separuh hatinya tertinggal entah dimana. Kerinduan untuk siapa yang begini menyiksa. Gadis itu ingin memanggil sebuah nama. Tapi terlalu sulit untuk mengucapkannya. Hanya purnama itu pelega dahaga kerinduannya. Ia terikat oleh sang purnama. Tak pernah bosan ia memandanginya setiap kali ada kesempatan. Meski para tetua selalu merasa rikuh dan waspada saat purnama.
Kenapa pemandangan yang seindah dan sesempurna ini menakutkan mereka. Ia tersenyum ironi. Bahkan ia takut pada wajahnya sendiri.
Tapi di sana...dibelahan bumi bagian sana adakah yang memandang bulan penuh kerinduan yang semenyakitkan ini sama sepertinya. Ia menunggu. Terus menunggu.
"Rindu ..." bisiknya lirih entah pada siapa.
***
Lalala yeyeye.... Voment sahabat watty yang manis please. Mudah2an efeknya seampuh #rayuan pulau kelapa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lunarian
Wampiry-Sayla- Tak peduli seberapa besar kau tak menginginkanku. Aku akan selalu kembali dalam keabadianmu, maaf...cintaku selalu menyakitimu -Saga- Tak ada yang sanggup mengalahkan kutukan rasa sepi dalam megahnya keabadian. itu sia-sia melawannya... -Gha...