Kepergian seorang insan,
Terasa hingga kini,
Kalbu terkoyak, hati berdarah,
Kenangan tentang si dia,
Yang bergelar hero merendah diri,
Padanya manusia semuanya sama tanpa mengira taraf hidup dan kekayaan,
Sama, Katanya,
"Pabila manusia sedih, dia menangis, pabila manusia gembira, dia tersenyum".Kepergian seorang insan,
Yang punya hati teguh,
Yang punya kekuatan sekuat badang,
Tanpa perlu memakan muntah,
Kekuatan yang dimilikinya adalah semulajadi tanpa bantuan sesiapa,
Kecuali bantuan oleh Yang Maha Esa,
Memberinya keteguhan hati menahan peritnya ujian si DIA.Kepergian seorang insan,
Tewasnya engkau di medan perjuangan,
Tewasnya engkau menahan peritnya ujian,
Lantas pada waktu itu terlintas di hati mu berterima kasih,
Kepada darah daging sendiri dan manusia-manusia yang mendoakan kesihatanmu,
Tewasnya engkau...
Dalam peperangan...
Namun tewasnya engkau dalam peperangan untuk meneruskan hidup bagaikan memberi semangat kepada ku,
Sesungguhnya engkau tewas dalam senyuman.Putera ku...
Butir mutiara tanpa halangan,
Mengalir jatuh ke dagu,
Mengalir... Hingga ke tanah.
Biarpun jauh engkau kini,
Aku pasti menemui mu,
Di alam bahagia.
YOU ARE READING
Puisi Remaja Sunyi
PoetryKata-kata tidak terluah, berikan ruang untuk hati ini menjerit