[18B]
"Kita bagi-bagi arah." Lintang tersadar setelah lama hanyut dalam pikirannya. "Gue ke selatan, Kath ke barat, Ega sama Amel ke timur. Hapalin jalan ke sini, kita ketemu di dekat pohon besar ini setengah jam lagi." Lintang mengomando sembari menepuk-nepuk pohon besar yang tak jauh darinya.
Kath melotot. "Gue gak mau sendiri, ah! Masa Amel aja bareng Ega?"
"Amel 'kan, emang habis sakit, Kath," jawab Ega lembut.
"Iya. Kalo bukan atas permintaan Ega dia juga udah sendirian ke arah lain. Jangan manja, ya. Udah cepetan," tandas Lintang.
Kath hanya mengerucutkan bibir sembari menggerutu sebal.
"Gimana ...," lirih Amel. "Gimana kalo gue berdua sama Kath?"
Mata Ega melebar. "Gak."
Senyum Kath sedetik tadi sempat mengembang, namun sekarang bibirnya mengerucut lagi.
"Gak seneng banget sih, kalo gue ada temennya!" teriak Kath.
"Iya, Ga. Lagian gue sama Kath kan berdua, jadi gak apa-apa," sahut Amel. "Daripada dia sendirian?"
"Gak bisa. Lo berdua cewek. Nanti kalo lo ada apa-apa, gue sama Lintang yang disalahin." Ega bersedekap. "Lo juga tahu, Rat, Rayhan mungkin bakal bikin gue bonyok."
"Kenapa bawa-bawa Ray?" Amel mengernyit. "Dan kenapa lo segitu sewot sama dia?"
"Karena--"
"Udahlah, drama. Ya udah, Kath, lo sama gue. Kita ke selatan. Ega dan Amel ke barat." Lintang mendesah berat. "Happy with that, Kath?!"
Dan Lintang pun melenggang pergi--lelah, meninggalkan Amel dan Ega yang sedang perang dingin, juga Kath yang susah payah mengejar Lintang karena badannya nyeri-nyeri.
•
"Puas lo? Dasar, udah manja, egois, suka marah-marah ... hidup lo gak ada bahagianya, ya?" Lintang berseru dari jarak yang cukup jauh sembari terus berjalan, meninggalkan Kath di belakangnya.
Kath mematung, wajahnya memerah. "Woi! Gak ada habisnya ya, marah sama gue?!"
"Iya, lah! Sadar gak, daritadi lo egois? Amel sama Ega sampe berantem! Gara-gara Amel belain siapa?" Lintang berhenti dan berbalik menatap Kath. "LO!"
"T-tapi ..." Susah payah Kath menahan tangisnya.
"Apa? Oh, dan sekarang gue terjebak di sini bersama lo. Indahnya!" lanjut Lintang sarkastik.
"Lintang!"
"Apa?"
"Lo gak tau apa-apa tentang gue, jadi tutup mulut lo! Kalo dari awal gak ikhlas nemenin gue, ya udah gak usah!"
"Dan lo akan terus merajuk, 'kan? Yang bener aja! Bikin lama," jawabnya, tepat seperti sebilah pedang menghunus jantung Kath.
Lintang ... bagaimanapun, benar.
Dan kenyataan itu membuat Kath terisak. "O--oke, gu-gue minta maaf."
Lintang memutar bola matanya dan kembali berjalan ke arah selatan. "Maaf doang gak bikin kita balik dan gak tersesat kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sudden Green
Roman pour AdolescentsHidupnya secerah mentari. Tak salah jika aku menggunakan ungkapan ini, karena senyumannya bagaikan bintang tercerah yang bisa menyilaukan mata siapapun. Ia selalu bersikap positif terhadap semua hal. Semuanya, secara harfiah. Ia menyayangi semua yan...