"Woah, berita meninggalnya Jung Hani membuatku merinding. Sangat mengejutkan bukan?" Eunjo terus saja mengusap kedua lengannya dan itu membuat Hyejin semakin menunjukkan raut muka sebalnya.
"Yak, bukannya kita harus merasa berduka?" seru Hyejin tiba-tiba.
"Hey hey santai kawan. Aku turut berduka untuknya. Siapa sangka ia akan meninggal secepat ini." ucap Eunjo sembari mengangkat bahunya.
" Bukankah ia pantas mendapatkannya? Sekarang aku tak lagi menyimpan dendam terhadapnya haha." Tiba-tiba perempuan yang bernama Lee Hyosung muncul dari belakang dan mencampuri percakapan antara Hyejin dan Eunjo.
"Apa yang kau katakan?" Hyejin mencoba untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
"Kau tidak mendengar? Perlu aku ulangi lagi? Dia, Jung Hani, pantas mendapat...." Belum sempat menyelesaikannya, kalimat Hyosung terpotong oleh Hyejin.
"Cukup, Hyosung!" Sepertinya Hyejin sudah berada di puncak amarah, "Jaga mulutmu. Kita tahu bahwa ia perempuan yang memiliki sifat buruk, tapi bisakah kita berduka untuknya walaupun sejenak? Kalian tidak memiliki perasaan!" Hyejin berjalan meninggalkan mereka berdua. Ia kesal sekaligus kecewa kepada mereka.
Hyejin menyusuri koridor sekolah. Ia dapat mendengar percakapan orang-orang disekitarnya yang sedang membicarakan kematian Jung Hani. Separuh dari mereka seperti tidak merasakan duka. Mereka hanya menjadikan kabar kematian Hani menjadi bahan bergosip.
Tiba-tiba saja seseorang menghentikan langkah Hyejin.
"Hyejin," sapa Taehyung.
"Ah oppa, ada apa?" Hyejin tampaknya sedang malas untuk berbicara dengan orang lain termasuk Taehyung sendiri.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti kehilangan semangat? Mendapat nilai buruk lagi huh? Atau jangan-jangan kau habis ditolak seseorang?" Sejumlah pertanyaan terlontar dari mulut Taehyung.
Hyejin mendengus kesal, "Bisakah oppa bertanya satu demi satu? Dan apa apaan dengan pertanyaan terakhir. Huh, kau membuatku sakit kepala."
"Wow tunggu..." Taehyung membuka mulutnya lebar tanda terkejut. Jarang-jarang ia mendapati Hyejin yang sedang kesal seperti ini, "Apa yang dapat membuatmu sekesal ini?"
"Tidak apa oppa, aku sedang tidak ingin membicarakannya." ucap Hyejin yang akhirnya berlalu meninggalkan Taehyung.
Raut muka Taehyung berubah menjadi serius.
"Apa karena berita meninggalnya perempuan itu? Lebih baik Hyejin dan semua orang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada perempuan itu, ah siapa namanya, ah Jung Hani," kata Taehyung di dalam hatinya.
"Sebaiknya aku membiarkannya saja," ucap Taehyung yang kemudian berjalan menuju ruang musik yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.
.
.
.
"Yakk Ji Hyejin! Dari tadi aku mencarimu, mengitari seluruh sekolah, hingga otot-otot ku melemah. Lihat ini..." Eunjo menunjukkan tangannya yang sengaja ia lemaskan. Ia membuat mulutnya menjadi seperti mulut bebek agar ia tampak malang.Eunjo yang khawatir terhadap Hyejin, segera mencarinya, dan akhirnya mendapatinya sedang duduk di bangku taman belakang sekolah.
"Kau terlalu berlebihan, Eunjo. Hahha," Hyejin selalu dibuat geli dengan tingkah laku temannya itu.
"Naah begituu, jangan menunjukkan wajahmu yang kesal itu. Membuatku mual tau." Eunjo menyenggol lengan Hyejin, "Ini aku bawakan banana milk tanda permintaan maafku." Ia menyodorkan sebotol minuman berwarna kuning dan bertuliskan 'Banana Milk'.
"Kenapa kau meminta maaf? Kau tidak salah apa-apa. Aku saja yang sedang dalam kondisi mood yang buruk. Tapi terimakasih untuk banana milknya. Kau selalau tau apa yang sedang aku inginkan. Aku tidak perlu mengganti uangnya kan? Hahah"
"Sudah pasti, aku ini serba tau," Eunjo menunjukkan wajah aegyonya yang membuat Hyejin merasa jijik.
"Yak jangan pernah menunjukkan wajah itu dihadapanku," ia menjauhkan muka Eunjo dari hadapannya.
"Jahat terhadap teman sendiri, kau akan segera dihukum," seru Eunjo. Ia mengacungkan telunjuknya kearah Hyejin dan sontak membuat Hyejin menjauhkan kepalanya.
"Hukum aku dengan semangkuk penuh samgyetang."
"Umm, karena hari ini aku sedang berbaik hati, hukuman aku hapuskan," seru Eunjo tiba-tiba
"Hyejin, sebaiknya kita pergi dari sini. Entah kenapa, taman ini selalu membuatku merinding," pinta Eunjo sembari melihat ke sekeliling taman.
Taman yang berada di belakang sekolah ini memang jarang didatangi siswa. Suasananya yang sepi senyap pasti akan membuat para siswa merasa tidak nyaman, apalagi letaknya yang cukup jauh dari ruang-ruang kelas. Bangku taman yang terbuat dari batu pun sudah ditutupi lumut. Rata-rata tanaman yang ada disini tidak terawat sehingga memberi kesan angker. Namun bagi Hyejin, taman ini menjadi tempat untuk menenangkan diri dari segala urusan duniawi yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling, terutama ulangan harian yang selalu diadakan secara mendadak.
"Aigoo, lihat sisi penakutmu itu, sungguh memalukan ckck.." ejek Hyejin yang kemudian bangkit dari tempat duduknya, "Ayo kita kembali ke kelas," ajaknya.
.
.
.
.
Detektif Kim tiba di sebuah gedung bertingkat dua yang ternyata berada jauh dari keramaian, sangat tidak sesuai dengan ekspetasinya. Gedungnya juga tidak terlalu besar dan terlihat...tua. Catnya banyak yang sudah mengelupas membuat dinding semennya terlihat."Kukira kalian memiliki gedung seperti pencakar langit," kata-kata sarkasme keluar dari mulut detektif Kim.
"Yah aku harap begitu," tanggap Park Jimin.
Ia masuk ke dalam gedung dengan mengikuti langkah Jimin dari belakang. Sesekali ia mengamati lukisan-lukisan aneh yang menggantung di dinding.
"Sepi," ucap detektif Kim.
"Gedung ini merupakan kantor bagi para penyidik yang dikhususkan untuk menyelidiki setiap kasus kejahatan yang ada hubungannya dengan vampir. Kami hanya memiliki sedikit penyidik. Kurang lebih 13 penyidik aktif. Karena akhir-akhir ini banyak kejadian-kejadian yang berhubungan dengan vampir, sepertinya mereka keluar untuk melakukan penyidikan," kata Park Jimin yang mencoba menjelaskannya.
Mereka berhenti di depan lift. Segera, Park Jimin menekan tombol yang berada di tembok dekat lift.
"Kita akan menemui ketua penyidik di lantai dua." Setelah pintu lift terbuka, Jimin mempersilahkan detektif Kim untuk masuk terlebih dahulu.
"Kau yakin ini aman?" tanya detektif Kim. Ia meragukan lift itu dapat berfungsi dengan baik. Liftnya tampak tua seperti gedung ini.
"Lift terbaik yang kita miliki," ucap Jimin meyakinkan.
Begitu sampai di lantai dua, mereka berjalan menyusuri koridor hingga mereka tiba di ujungnya. Sebuah pintu jati berwarna coklat menarik perhatian detektif Kim.
"Ini tempatnya?"
"Betul sekali." Park Jimin mengetuk pintu jati tersebut dan segera masuk ke dalamnya.
"Selamat datang detektif Kim Namjoon. Saya sudah menunggu kedatangan anda," pria tua berjas putih menyambut detektif Kim dengan sepenuh hati. Ia mengenakan topi merah di kepalanya.
"Anda?" detektif Kim bertanya.
"Perkenalkan, saya Lee Gong Ju, ketua dari defisi penyidik APHV. Panggil saja Gong, jika kau tidak keberatan, panggil saja paman Gong. Hahhahaa," ia memberikan tangan kanannya untuk mengajak detektif Kim berjabat tangan.
Tawa serak yang keluar dari pria tua yang bernama Gong tersebut membuat detektif Kim mengangkat alisnya. Sepertinya ia memiliki selera humor rendah.
"Senang berkenalan denganmu, hm...penyidik Gong." Detektif Kim pun membalas ajakan berjabat tangannya.
—————————
Anyyeong, ini dia part 5 nya^^
Enjoy it and stars juseyoo~
![](https://img.wattpad.com/cover/38217091-288-k977772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood ( Bangtan Boys Fanfic)
FanfictionBagaimana jika Aku yang takut darah bertemu dengan seseorang yang sangat menyukai darah? . . . . . a Bangtan Boys's Fanfiction