Part 3 Ketika Tidak Memiliki Pilihan Lagi Argh!

135K 5K 174
                                    

Hingga sore ini Dane masih merasakan keningnya terasa snut, snut. Ckck, kuat juga tenaga cewek itu sampai bisa membuat jidatnya membiru seperti ini. Mana kesepakatan kedua pihak semalam kalau dia dan Livia akan bertunangan bulan depan. Entah bagaimana masa depannya nanti punya istri slengean seperti Livia. Dia cuma pasrah mengikuti jalannya perjodohan ini karena dia tidak mungkin membuat Opa yang paling dia sayangi, kagumi dan segani kecewa.

"Brother," panggil Albert yang masuk ke dalam ruangan sahabatnya.

Dane tersentak dari lamunannya mendengar namanya dipanggil. "Hai, brother."

"Ngelamunin apa, lo? Gue telepon lo dari tadi," ucap Albert.

"Sorry, gue nggak dengar dering ponsel gue." Dane melihat ponsel yang ada di atas meja.

"Oh, iya, Brother.., minggu depan kita udah bisa mulai membangun resort," ucap Albert saat ini perusahaannya lagi berkerja sama dengan perusahaan sahabatnya. "Wait, jidat lo kenapa tuh?"

"Semalam gue di tubruk banteng betina," sahut Dane asal.

"Haha, hebat lo, Brother..., sampai banteng betina naksir lo," ucap Albert di sela-sela tawanya.

Dane tiba-tiba membayangkan wajah calon tunangannya tidak ada sopan santunnya sama sekali. Kepalanya langsung mendadak pusing.

"Kerjaan lo udah kelar? Rira ajak kita ketemuan di Cafe LVZ yang baru dibuka milik Sepupu Rira," ucap Albert.

"Kerjaan gue udah kelar, kita pergi sekarang," ucap Dane seraya bangun dari duduknya dan mengambil kunci mobilnya lalu beranjak keluar ruangan diikuti oleh Albert.

~~~~~~

1 jam kemudian...

Dane dan Albert tiba di Cafe tempat mereka bertemu dengan sahabat-sahabat mereka yang lain. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam cafe LVZ dan menghampiri meja sahabat-sahabat mereka yang sudah datang duluan.

"Dua cowok jomblo ngenes kita datang juga," sahut Rira yang melihat dua sahabat tampannya mendekati meja mereka.

"Jidat lo kenapa, Dane?" tanya Jenny yang khawatir.

"Diseruduk banteng betina," timpal Albert langsung, melirik sahabatnya yang selalu dingin.

"Jangan bilang, tuh banteng betina naksir lo," tebak Jenny, wanita mana lagi yang mendekati Dane, dia mendadak was-was.

"Haha, gue juga udah bilang seperti itu tadi," sahut Albert.

Dane yang menghempaskan tubuhnya di sofa, tiba-tiba matanya tidak sengaja menangkap satu sosok cewek yang saat ini dan nanti akan buat hidupnya kacau balau. Kelihatannya Calon Tunangannya ini lagi memata-matai cowok dan cewek yang lagi berdua dipojokan. Ckck.

"Lo lihat apa, Dane?" Jenny mengikuti arah pandang mata Dane. Jangan bilang Dane naksir dengan Clarisa? Dia mendadak kesal sekali.

"Brother, itu bukannya adek lo," ucap Nicho seraya menunjuk dua cewek cantik yang duduk di kursi arah belakang mereka duduk.

"Wah, teman Clari cantik juga," ucap Givo, "Bert, ajak ke sini gih Clari sama temannya," pinta Givo yang tidak melepas pandangannya.

"Ok." Albert lalu bangun dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Clarisa dan Livia.

"Lo tuh genit banget sih, Vo," ketus Rira.

"Genit gimana sih, Ra?! Gue 'kan masih jomblo jadi masih bisa melirik apa lagi mendekati cewek," sahut Givo dengan santainya.

Entah kenapa Rira kesal sekali dengan kegenitan Givo.

"Teman Clari itu udah punya calon tunangan," timpal Dane datar. Walau, dia tidak suka sama Calon Tunangannya ini, tapi tetap saja Livia itu akan jadi miliknya dan dia tidak suka miliknya disukai cowok lain.

OMG! My Fiance Is a Dictator and Perfect CEO (Telah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang