Pesta Penyambutan Tamu dari Sphira

274 8 11
                                    


Squall melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan dengan wajah sedih bercampur lelah. "Kenapa harus aku sih?" pikirnya, diucapkan dengan suara lirih. "Bukannya Quistis lebih pintar daripada aku? Zell juga lebih kuat daripada aku. Apalagi Selphie. Kenapa bukan mereka saja? Kenapa semua orang menyuruh-nyuruh aku?"

Lamunannya itu terbuyarkan oleh dering telepon genggam, nokia 3310 yang terdengar cempreng. Squall cepat-cepat menjawab telepon itu karena suara deringnya tidak enak didengar. "Ya, halo?"

"Selamat pagi, Komandan," sapa Quistis dari seberang telepon.

"Huh, kau? Bukannya kau ada di lantai 2? Ngapain telepon-telepon?"

Seperti biasa, setelah mendengar komentar Squall, pasti Quistis tertawa. "Ah tidak, aku hanya terkesan kalau ternyata komandan kita masih menggunakan nokia 3310, di zaman samsung dan iPhone."

Squall mengeluh, "terserah deh. Lagian mau telpon siapa?"

"Kau kan sudah punya pacar," sahut Quistis dengan cepat.

"Paling telepon dia doang, ngapain beli telepon mahal-mahal?"

Setelah satu tawa lagi dari Quistis, dia lalu masuk ke dalam inti percakapan, "jadi, bagaimana tuh ruangan barunya? Suka tidak?"

Squall memandang tiga ratus enam puluh derajat dengan sekilas-sekilas, lalu mencoba memikirkan kata apa yang tepat untuk menggambarkan ruangan kerja bekas tempat Headmaster Cid membenamkan diri dalam kesibukannya di waktu lalu. Tapi dia tidak juga menemukan kata yang tepat. Ruangan ini serba terbuka, selain lantainya yang berwarna marmer baja, Squall bisa melihat jendela yang sangat luas berbentuk setengah kubah. Di luar sana, ada hamparan awan putih yang dilalui oleh Ballamb Garden yang sedang melayang menuju Fisherman's Horizon.

"... berawan," Squall mencoba mendeskripsikan ruang kerja tersebut.

"Squall... itu adalah apa yang kau lihat di luar jendela, bukan kondisi ruangan." kata Quistis.

"Terserah deh, aku di sini bukan untuk menilai ruangan, tanya saja sama insinyur," jawab Squall.

"Arsitek," Quistis meralat. "Ngomong-ngomong, selamat memulai hari pertama menjadi komandan Ballamb Garden, Squall Lionheart. Aku yakin garden ini bisa jadi semakin maju di bawah kepemimpinanmu."

"Terserah. Ngomong-ngomong, aku melihat FH, apa yang akan kita lakukan di sana? Siapa yang menyuruh Needa untuk terbang ke sana?" Squall segera menghampiri tepian jendela di mana dia bisa melihat sebuah jembatan panjang melintang dari ujung horizon barat ke ujung horizon timur. Sesuatu yang bulat memantulkan cahaya matahari dari kejauhan, karena itu memang pembangkit listrik tenaga matahari yang sangat besar ukurannya, sebagai sumber energi tempat slum tersebut.

"Loh, kamu belum buka desktopmu?"

Squall meninggalkan jendela dan menghampiri satu-satunya meja kerja di ruangan itu. Dia agak ragu sejenak untuk duduk di sana, karena baginya, kursi itu bukan miliknya, masih milik Headmaster Cid. Rasanya baru beberapa minggu lalu mereka pulang dari masa depan dan membunuh Ultimecia, Squall melihat Ultimecia kembali ke masa lampau dan mungkin di salah satu dimensi waktu, dirinya sekarang sedang ujian SeeD di goa api untuk menemui Ifreet. Walau kelihatannya semua kembali berulang, yang di masa depan kembali ke masa lalu, namun Squall yakin, manusia yang ada di masa depan di zaman dimana Ultimecia telah dibunuh, situasi sudah berjalan damai.

Squall duduk di kursi kerja yang berlapis kulit hitam mengkilap itu. Rasanya cukup nyaman. Dia mencoba bersandar, punggungnya terasa enak karena tulang belakangnya mampu beristirahat dengan postur sempurna. Lalu dia teringat kembali akan Headmaster Cid yang sudah pulang ke Centra demi menghabsikan masa tua bersama istrinya, dan Squall merasa kurang ajar. Baginya kursi ini tetap milik Headmaster Cid. Sampai kapanpun.

[fanfic] Final Fantasy 8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang