Chapter 3 - Perjanjian

1.4K 44 6
                                    

"Tidak menuntut ayahmu?"

Amira mengangguk.

"Tentu saja," angguk Tyo mantap. Amira yang tadinya menyangka akan mendengar penolakan malah melongo, kaget.

"Kau tidak akan menuntut ayahku?" tanyanya lagi, tak percaya pada pendengarannya sendiri.

"Tentu saja. Untuk apa aku menuntut orang tuamu," Tyo menggedikkan bahunya, acuh.

"Ta-tapi... Ayahku bilang kalau..."

"Itu kalau kakakmu ditemukan!" potong Tyo cepat. Matanya menyorot tajam wajah yang masih melongo di depannya.

"A-apa?"

"Aku tidak akan menuntut ayahmu kalau... kakakmu ditemukan," Tyo menegakkan badan dan berjalan ke balik meja kerjanya. "Itu sudah jelas, kan? Case closed."

"Tidak! Tunggu!" Amira melompat berdiri dan berlari mendekati meja kerja Tyo.

"Kau tidak bisa melakukan itu! Orang tuaku tidak tahu apa-apa!" terengah ia mencoba membela orang tuanya.

"Tidak tahu apa-apa? Itu tidak masuk akal."

"Uang biaya pernikahan semua dipegang Kak Mila. Ayah bahkan tidak tahu jumlahnya berapa. Dan mengenai perhiasan itu, mereka tidak tahu apapun. Sungguh. Ayah dan ibuku bahkan baru mengetahui hal itu saat kalian datang untuk mengancam mereka!"

"Mengancam? Hei, aku hanya melakukan apa yang dilakukan setiap orang yang dirugikan!"

"Please, Ini murni kesalahan kakakku."

"Karena itu, cepat temukanlah dia!" Tyo melontarkan pandangan dingin pada gadis di depannya.

"Tentu saja kami akan mencarinya. Tapi keluargamu sungguh menyulitkan kami. Kenapa harus ditemukan sebelum hari H? Toh undangan belum disebar. Dan tentang larangan lapor polisi, bukankah akan lebih mudah kalau meminta bantuan mereka?"

"Dan beresiko mempermalukanku?" cibir Tyo. "Tidak! Aku tidak sudi dipermalukan dengan berita kalau Tyo Saputro dicampakkan tunangannya dua minggu sebelum hari pernikahan."

"Jadi demi harga dirimu kau mengorbankan orang tuaku?" Amira menggeram marah.

"Aku pengusaha. Keluargaku terpandang di negeri ini. Aku tidak mau nama baik dan harga diri keluargaku tercoreng."

"Dengan melaporkan orang tuaku ke polisi bukankah sama saja artinya? Itu akan membeberkan kenyataan bahwa kau memang dicampakkan!"

Alis mata Tyo berkedut mendengar ucapan Amira yang berani.

"Kau benar. Jika kakakmu tidak kembali dalam waktu dekat, cepat atau lambat media akan tahu masalah ini. Juga masalah apa yang sudah dibawa oleh kakakmu. Tapi setidaknya aku tidak rugi sendiri. Wajar kan?Jika korban penipuan melaporkan penipunya?"

"Yang menipumu adalah kakakku! Bukan orang tuaku!"

"Kau tidak pernah dengan istilah persekongkolan?" cibir Tyo.

"Ayahku tidak tahu apa-apa!"

"Who knows. Kau juga tidak tahu pasti, bukan?"

"Aku percaya ayahku!"

Tyo hanya mengangkat bahu acuh.

"Kenapa tidak sekarang saja kau laporkan kami? Kenapa harus menunggu nanti?"

Tyo mendecak pelan. Matanya memandang Amira dengan geli.

"Harusnya kau berterimakasih akan hal itu. Setidaknya aku memberi kalian waktu untuk terlepas dari segala tuntutan."

Winter's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang