Chapter 5 - Day one : The Milky Way (1)

986 52 10
                                    

Halow! *kedip-kedip imut*

Pura-puranya kerjaan lagi sibuk padahal emang moodnya yang ilang timbul *keplak kepala sendiri* he.he..

Salut deh, sama author lain yang bisa konsisten!

*Ayoo kamu bisa!!" << sewa cheerleaders ^^

Lagi berusaha buat konsisten nih!! Smoga ga bosen nunggu and mau tetap baca. Vote and commentnya jangan lupa yaaa.. Biar dapat suntikan semangat!!

ES.! E..! EM. ! A.. ! EN.. ! GE.. ! A..! TE!

Semangaaaat!!

*Ngabayangin Lee Min Ho yang jadi cheerleadernya XD*

Yosh! Fightiiiiiingggggg!!

******

Pagi ini mood terburuk yang dialami Amira sepanjang hidupnya. Setelah semalaman dirinya terjaga, memandangi salinan surat perjanjian seraya meruntuki diri kenapa dia bisa begitu bodoh menyetujui semua.

"Hei! Kau yang menginginkan perjanjian itu!" hati kecilnya mengingatkan.

Benar! akunya miris. Aku yang mengajukan perjanjian ini pertama kali.

Di satu pihak ia memang lega, bisa membuat orang tuanya bebas dari ancaman hukum. Tapi dilain pihak, dirinya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika sampai Amila tidak ditemukan. Bagaimana dengan kuliahnya? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana dengan.... David?

Mengingat kekasihnya, perasaan rindu tiba-tiba menyeruak. Sedang apa dia? Diliriknya jam.

Mungkin David sedang bersiap untuk kuliah sekarang.

Ditahannya keinginan untuk menelpon. Hatinya sedang sangat resah dan David pasti akan langsung tahu meski dia berusaha menutupinya. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin David akan langsung menyusulnya ke sini.

Tidak! Amira mengusir keinginannya untuk menelpon. David sedang sangat sibuk menjelang sidang kelulusannya. Dia tidak boleh direpotkan dengan apapun lagi!

Akhirnya dengan malas Amira bangun dan membersihkan diri. Ini hari pertama dari 10 hari perjanjian. Ia harus bergegas. Petunjuk dimana Amila sama sekali belum diperolehnya.

Setelah rapi, Amira masuk ke dalam kamar kembarannya. Berharap menemukan sedikit petunjuk, atau ide apa yang harus dilakukan. Minimnya pengetahuan tentang lingkungan pergaulan Amila membuatnya harus bekerja ekstra keras. Sejak dulu mereka bahkan beredar di lingkungan yang berbeda. Keduanya seolah-olah memiliki kesepakatan untuk tidak memasuki wilayah pergaulan masing-masing. Pernah suatu ketika mereka mencoba saling mengenal lingkungan pergaulan kembarannya. Amila yang modis, luwes, dan supel nampak seperti salah tempat saat berada diantara teman-teman Amira yang nota bene adalah sekumpulan remaja yang sama sekali tidak mementingkan penampilan. Sebaliknya, saat Amira mencoba mengenal lingkungan sosial kakak kembarnya, ia merasa seperti seekor itik diantara sekumpulan angsa.

Sejak itu keduanya memutuskan untuk tidak lagi mencoba memasuki dunia yang bukan milik mereka.

Apalagi sekarang setelah 3 tahun berpisah jauh. Amira sama sekali buta akan siapa saja teman-teman kakaknya. Ia tahu, Amila aktif nyanyi, punya band dimana Amila jadi vokalis di sana. Ia juga tahu Amila aktif di dunia model. Tapi cuma sebatas itu. Siapa saja yang menjadi teman Amila, dia tidak punya gambaran sama sekali.

Akhirnya diputuskan untuk masuk kamar Amila. Berharap dapat menemukan sedikit petunjuk atau ide. Di dalam kamar bernuansa ungu itu semua barang Amila tertata rapi. Tidak seperti kamarnya yang didominasi rak buku, Amila memerlukan dua sisi dinding kamar untuk lemari yang dipenuhi oleh baju, tumpukan sepatu yang tertata rapi di. dus trannsparan, dan juga aksesoris fashion yang beragam.

Winter's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang