Chapter 2

5 1 0
                                    

Edward duduk dengan perasaan lega.

Ia akhirnya bisa -sebentar saja- lepas dari sorotan kamera dan duduk santai di dalam mobil. Ia memandang jam tangannya dan sekali lagi menghela nafas.

" Capek sekali. " gumamnya pelan, sambil berusaha memejamkan mata, untuk tidur beberapa menit saja.

" Selanjutnya kau ada pemotretan untuk majalah. " ucap Oliver selaku manager Edward sekaligus supir pribadi yang berkaitan dengan pekerjaan Edward.

Edward hanya bisa pasrah, memang akhir-akhir ini jadwalnya cukup padat ditambah talks show tentang dirinya dan si gadis  misterius.

Kemudian ponsel Edward berbunyi nyaring. Edward segera mengeluarkan ponselnya dan membaca nama yang tertera di layar.

" Hallo? "

" Ed, apa kau sibuk? "

" Biasa. Ada apa? "

" Hari ini ayah ada makan malam istimewa untuk menyegarkanmu dari pekerjaanmu. Kau harus hadir, dan ingat ini sangat penting. Pastikan kau hadir dan jangan terlambat. Ingat pukul 7 malam di restoran ayah. "

" Ta-"

Belum selesai Edward bicara, ayahnya sudah mematikan sambungan telepon.
Lagi-lagi Edward hanya bisa menghela nafas.

" Oliver, tolong batalkan jadwal malam ini pukul 7. "

***

Setelah selesai berpakaian dan mematut diri, Edward pun menuju ke restoran milik ayahnya, De Lattè. Awalnya itu hanya kafe yang menyajikan kopi, cappucino, latte, dan beberapa makanan ringan. Tetapi setelah mulai dikenal orang, mulai menyajikan banyak makanan. Namanya sempat akan diganti tetap ayah Edward bersikeras mempertahankan nama itu.

Edward masuk langsung ke ruangan khusus yang sudah ayahnya beritahu lewat pesan singkat. Ia dibukakan pintu oleh seorang pelayan yang bekerja. Edward pun masuk dan perhatian tertuju padanya. Insting selebriti Edward memerintahkannya untuk langsung tersenyum.

" Halo, aku harap tidak terlambat. " Ia memandang ke arah kakak dan ibunya yang sudah menyiratkan pandangan 'cepatlah duduk'.

Edward pun menghampiri kursinya dan duduk dengan sopan sambil memandangi dua orang yang berada dihadapannya. Satunya orang tua yang nampak agak renta tetapi dengan setelah jas menawan yang rapi. Satunya lagi duduk seorang gadis berambut sebahu berwarna coklat kemerahan berbalut minidress berwarna peach dengan kepala ditundukkan sehingga Edward tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Beberapa menit berlalu dan mereka berbincang, hanya gadis itu yang tetap diam dan menunduk. Edward merasa ada yang tidak beres dan hanya bisa menjawab seadanya ketika ditanyai ini dan itu.

" Ah, sebenarnya tujuan kita berkumpul di tempat ini adalah untuk melaksanakan perjodohan. " ucap ayah Edward tiba-tiba.

Perjodohan?!

***

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang