Anak Muda vs Orang Tua #Aku di mana?

23 1 0
                                    

Setelah berjibaku dengan masalah (yang sebenarnya kutimbulkan sendiri) akhirnya aku sampai di Cafe dengan perasaan campur aduk. Yang jelas saat ini tampilanku sungguh acak2an. Dengan menenteng tas kresek warna hitam (bungkusan serabi titipan Kak Marco, yang berhasil kubeli dengan harus bentrok dulu sama ibu-ibu yang nyerobot antrianku), rambut yang seperti habis diterjang badai, kaos yang kukenakan pada keluar tak beraturan dari celana (baru sadar kalau aku tak pakai gasper!). Lengkap sudah dengan peluh keringat yang mengucur di segala penjuru tubuh juga napasku yang masih terengah-engah. Kacau!!! Kuharap hari ini tak lebih kacau lagi dari ini.

"Lama sekali kau, jam segini baru datang?!" Tanya kak Marco setelah melihatku masuk dari pintu samping.

"Maaf kak... pagiku sungguh kacau" keluhku asal, seraya menyerahkan plasti serabi kepadanya dan duduk di kursi.

"Hemm... beruntung tadi cuman ada satu pelanggan. Tapi aku harus bebersih dan menyiapkan semuanya sendirian. Lain kali jangan ulangi seperti ini! Atau kupotong gajimu!" Keluh kak Marco, tapi mulutnya yang belum berhenti ngomel itu tangannya cekatan menyiapkan secangkir espresso dan setelah siap disodorkan cangkir itu kepadaku.

Itulah yang kusuka dari bosku, walau dia bersikap cuek dan kadang berkata dengan seenaknya, tapi dia selalu memperhatikan kesejahteraan kami baik fisik, mental maupun keuangan.

"Owh.... terima kasih bosku yang baik hati...." ucapku bermanja-manja ria, yang langsung disambut senyum sinisnya.

"Jika sudah selesai cepat rapikan, dan segera ganti pakaianmu dengan seragam. Buatkan snack yang enak untuk hari mendung begini, aku mau jaga konter depan dulu" kepribadiannya kembali ke semula yang berhasil membuatku mempoutkan bibirku seraya berdiri dengan enggan.

"Iya.... baik pak BOSS!" ucapku penuh penkanan pada kata bos bahkan mungkin bisa dibilang itu adalah teriakan.

Kira-kira apa yang enak dijadikan menu snack hari ini ya?? Pikirku. Mendung begini biasanya ingin yang hangat2, tapi pasti repot kalau menyiapkan setiap ada pesanan. Sambil mengaduk-aduk isi lemari bahan-bahan kering, bolak-balik membuka tutup kulkas dan akhirnya elor mataku menangkap sebuah objek, serabi. Aku tak tau cara buat serabi dan itu butuh wajan yang kecil2. Hemmmm,,,, PANCAKE otakku berteriak, tadi kulihat ada buah2an tropis di kulkas bisa dijadikan pancake buah. Hangat dan manis, sangat pas unruk menemani minum kopi di hari mendung.

Terdengar suara lonceng pintu depan Cafe, tanda kalau ada pelanggan datang. Kak Marco langsung menyambut dengan senyum dan ucapan selamat datang. Aku melirik dari balik konter di dapur, aku masih belum selesai dengan adonan pancake-ku jadi aku masih belum bisa ke konter depan. Kak Marco memberi kode biar aku saja yang menangani, dan kubalas dengan acungan jempol.

"Silahkan pak, mau pesan apa?" Tanya kak Marco yang sudah berada di sanping pelanggan kami seraya menyodorkan menu. "Menu snack spesial hari ini.."

Bapak yang ditawari buku menu langsung memotong kalimat kak Marco.

"Aku pesan kopi hitam mas." Ucapnya singkat kemudian mengambil surat kabar dan membacanya tanpa menghiraukan kak Marco lagi.

"Baim Pak, mohon tunggu sebentar" jawab kak Marco sambil tersenyum manis.

Terkadang aku heran dengan dia, di depan pelanggan dia itu malaikat yang selalu bisa tersenyum walau bagaimana dia diperlakukan, itu adalah profesiobalisme selalu begitu dia berkata ketika kutanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

9 to 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang