Second

197 20 9
                                    

Taka's P.O.V

Seperti Clark Kent yang menyembunyikan identitas Superman-nya dengan kacamata, aku memasang kacamataku sebelum keluar dari rumah. Masuk ke taksi pesanan yang sudah menunggu di depan rumahku sejak 5 menit yang lalu.

Taksi berjalan.

Tidak ada yang tahu aku yang seorang pelatih tinju ini juga adalah seorang vokalis band rock, begitu pun juga semua orang yang tahu bahwa aku seorang vokalis band One OK Rock, tidak tahu bahwa aku punya pekerjaan lain yaitu pelatih tinju.

Tidak lama, hanya sekitar 10 menit kemudian, taksi yang kutumpangi berhenti. Aku membayar sesuai angka yang tertera pada argo.

Beberapa puluh meter di depan sana, sebuah gedung bercat merah kusam menyapa.

Ha, another fake world.

[]

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Suara tinju-tinju menghantam samsak seperti musik.

Di depanku seorang bocah remaja bermata minus meninju samsak dengan gugup. Dia murid baruku.

"Salah!" kataku, dia mengulangi lagi tinjunya dengan cara yang tetap salah.

"Salah!"

Bugh!

"Salah!"

"Yang bener gimana, Pak?"

"Begini!" bugh! Aku menghantam tinju dengan tangan kiri. Tangan kananku terlalu berharga untuk dilukai.

Bugh! Dia meniru yang kulakukan, tapi tetap saja salah.

"Begitu, Pak?"

"Hampir bener."

Aku mengusap wajah. Anak ini ternyata tidak jauh beda dengan Via.

Aku meninggalkannya agar bisa belajar sendiri, dan menghampiri Via.

"Salah! Kapan kamu ninju bener?"

"Dateng-dateng langsung marah-marah." Dia meninju samsak lagi tanpa melihatku. "Bilang salah mulu tapi gak pernah nunjukin cara yang bener."

Bosan, aku menangkap kedua tangannya lalu mendorong tubuhnya sedikit mundur.

"Apaan nih pegang-pegang!" dia memberontak, dan tangannya kulepaskan.

"Kamu minta ditunjukin cara yang bener, kan?"

Dasar anak ajaib.

"Hm."

"Diem kalo gitu!"

"Lo pelatih gue apa bukan si? Songong banget."

"Kamu muridku atau bukan?"

"Yang jelas gue bukan emak lu!"

"Diem dan nurut!"

Via memutar bola matanya. Sudah kubilang, kan, dia anak ajaib? Cuma dia yang berani bertingkah di depanku.

"Tubuh kamu terlalu maju, mundur dua langkah!"

Dia mundur dua langkah, wajahnya superbete.

"Aku cuma nyuruh kamu mundur, muka jangan ditekuk begitu."

"Kek emak tiri, lu. Cerewet amat."

"Mata, lurus ke depan."

Walau dengan tampang tidak ikhlas, dia tetap melakukan yang kuperintahkan.

"Pada saat meninju, tinju harus lurus saat menyentuh samsak."

"Nyentuh apa mukul?"

"Jangan cerewet! Coba!"

BUGH!

Tinju yang bagus.

"Senyum di wajah lo mengisyaratkan kalo kali ini tinju gue bener."

Aku tersenyum makin lebar. Wajahnya menggemaskan, caranya nyengir menggemaskan, jadi kujitak saja jidatnya.

Aku punya murid ajaib.

[]

Bagi beberapa orang, aku adalah pelatih tinju, bagi sebagian yang lain aku adalah vokalis band rock. Namun ada satu wajah yang belum kuperlihatkan pada siapapun. -Taka

Bagi pelatih tinju gue, gue seorang murid, bagi orang rumah, gue seorang anak dan pelajar. Tapi bagi negara, gue adalah ...

Detektif kepolisian -Via

[]

To be continued ...

Tell MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang