Dul, you are great

361 52 2
                                    

Maia berlari terburu-buru menyusuri koridor sekolah Dul. Seperti yang sudah dikatakan Dul beberapa malam lalu bahwa dia hari ini akan mengikuti presentasi di depan banyak orangtua murid dan para dewan guru. Dengan nafas yang masih tersengal Maia masuk ke ruang serbaguna sekolahan Dul. Karena di sana akan diadakannya acara itu. Di gedung serba guna sudah penuh dengan orangtua murid, yang akan melihat kehebatan anak-anaknya. Maia mencari tempat duduk yang kosong. Hanya tempat duduk di belakang yang masih kosong, namun dari panggung dapat terlihat. Acara demi acara Maia dan orangtua murid ikuti. Sengaja hari ini Maia ijin masuk kerja setengah hari demi menghadiri acara itu. Sesibuk apa pun Maia jika menyangkut anak, dia akan mengenyampingkan dan akan lebih memilih anak. Satu persatu para siswa itu menampilkan persentasenya. Mereka bercerita tentang super hero yang diidolakannya selama ini, ada yang bercerita tentang pahlawan, ada juga yang bercerita tentang artis idola mereka, dan masih banyak lagi. Dari perilaku mereka terkadang membuat para tamu itu tergelak tawa karena keluguan dan kelucuan bahasa dan tingkah laku mereka. Kini giliran Dul yang berdiri dipanggung. Dul menyapu pandangannya ke depan mencari sosok ibundanya. Senyum Dul tersungging saat melihat Maia tersenyum lebar dengan tangan melambai menandakan dia ada di situ. Maia mengacungkan dua jempolnya ke arah Dul, untuk menyalurkan semangat dan kepercayaan diri. Semua orang diam fokus memperhatikan Dul. Dul menghela nafasnya menghilangkan rasa nervous.

"Selamat siang para hadirin yang terhormat, terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk menghadiri acara ini. Semua teman-teman saya sudah persentasi soal idola mereka masing-masing. Dan itu semua sangat bagus, mereka mengangkat pahlawan yang sudah membuat negara kita ini merdeka dan yang mereka kagumi. Kali ini saya juga akan menceritakan tentang pahalawan tanpa tanda jasa." Dul memberi jeda dan menarik nafasnya sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Bunda," seru Dul memberi jeda.

"Dia adalah pahlawan di hidupku. Bunda yang telah menghadirkanku di dunia ini, hingga aku dapat menghirup oksigen dan dapat merasakan, melihat dan mendengar indahnya ciptaan Tuhan yang ada di dunia ini. Semua Bunda pertaruhkan untukku, dari setiap tetes keringat yang dia keluarkan dapat menghidupi dan memberikan pendidikan yang layak untukku dan kedua kakakku. Dari waktu yang sangat minim, Bunda juga dapat menyayangi dan memberikan kita perhatian tanpa kita merasa kekurangan perhatian dan kasih sayangnya. Semua yang kami minta Bunda selalu berusaha keras untuk memenuhinya. Tidak kenal lelah dan letih dia selalu berusaha agar membuat kita bahagia dan tercukupi. Kami bertahan menjadi laki-laki yang kuat karena Bunda." Suara Dul mulai tertahan dan bergetar.

Ruang itu terasa hening mata mereka sudah berkaca-kaca memperhatikan setiap kata yang Dul ucapkan. Hati mereka bergetar haru anak seusia Dul dapat mencurahkan isi hatinya di depan orang banyak dengan kata-katanya sendiri tanpa menggunakan teks. Wali kelas Dul tercengang karena bukan itu tema yang awalnya direncanakan. Tapi dia ikut larut dalam suasana di ruang itu dan ikut terharu dengan keberanian Dul. Maia hanya terdiam air matanya tidak dapat ia tahan lagi.

"Bunda terimakasih atas kasih sayang yang sudah engkau beri untuk kami. Kau adalah yang kami sayangi dan cintai sepenuh hati dan jiwa kami. Kau adalah segalanya untuk kami, disetiap doa yang kami panjatkan selalu terucap namamu, Bunda. Kasih sayangmu tak pernah padam dan akan selalu membara untuk kami, hingga akhir khayat. Cinta dan kasihmu bagaikan sang surya yang tidak pernah lelah untuk menyinari dunia ini agar selalu bersinar terang. Kasih sayangmu kepada kami akan selalu terjaga sepanjang masa. Terimakasih Bunda. We love you forever because you is half out souls. My Mother Is Hero,"

"I love you Bunda," ucap Dul sambil mengacung ke arah Maia dengan air matanya yang sudah berlomba-lomba membasahi pipinya.

Semua mata tertuju ke arah Maia yang sudah menangis haru, Maia bangkit dari duduknya lalu berlari ke atas panggung dan memeluk anak bontotnya itu. Maia mencium penuh kasih sayang, kening Dul dan mereka saling menghapus air matanya. Semua orang yang berada di sana dibuat menangis terharu karena keberanian anak kecil seusia Dul yang mengungkapkan isi hatinya di depan orang banyak. Tidak hanya itu mereka semua salut dan bangga melihat ketegaran seorang single Mother, Maia yang mampu mendidik ketiga putranya di tengah kesibukannya. Kasih sayang dan perhatiannya tidak pernah kurang walau waktu bertemu mereka sangat terbatas.

MY MOTHER IS HERO (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang