1 - Vera

88 7 0
                                    

Ini sudah 15 menitan setelah bel pulang berbunyi. Banyak dari siswa SMA Yudishtira meninggalkan sekolah.

Terkecuali, Vera. Dia masih betah di kelas, maklum dia udah gak masuk seminggu karena dispensasi. Biasanya, ada seseorang yang menjemputnya ke kelas dan mengajaknya pulang bareng.

Tiba tiba datang orang di ambang pintu, Tanpa sadar Vera tersenyum. Akhirnya yang ia tunggu datang juga. “Veraa ih gue kangen!” Katanya sambil mengelus puncak kepala Vera. Vera tersenyum, pipinya pasti memerah, ‘Dia merindukanku’ pikirnya. “Sok, kangen lo.” Kata Vera sambil memeletkan lidah. “Weh, kangennya beneran loh. Gaada temen balik! Gue jalan pulang ke rumah sendirian Ver. Yaudah gue ngobrolnya sama bayangan gue sendiri.” Kata Frizky.

Mereka sedang berjalan menuju rumah. “HAHA, lucu lucu.” Terdengar tawa Vera dengan penuh keterpaksaan. Setelah itu, tidak ada percakapan antara dua orang manusia itu.

“Ver, gue ngomong serius.” Apa ini? Vera kaget, apa yang mau diomongin sama Frizky. Muncul imajinasi imajinasi tak memungkinkan di otaknya. Apa Frizky akan menembaknya?

“Gue suka seseorang.” Ucap Frizky. DHEG. ‘Siapa orang itu Friz?’ Vera masih belum bersuara. Tapi, Frizky masih melanjutkan kata katanya.
“Inisialnya dari V.”  It’s ALMOST VERA.
“Alumni SMP Pancasila.” ‘Itu sekolah lu dulu, VER!’
“Kelas 10 MIA-1 dulunya.” ‘Itu kelas gue dulu. Eh beneran dia suka sama gue? ’

Vera bersyukur, akhirnya Frizky menyadari perasaannya. Dari zaman SD sampai sekarang Vera masih belum bisa berpaling dari sahabatnya itu. Dan sekarang Vera berbahagi-
“Namanya Vania.” Remuk. 

Kini hati Vera remuk. Hancur semua imajinasi indah di otaknya. Apa ini salahnya karena membawa perasaannya terlalu dalam?

Vania, itu teman Vera semasa kelas 10 dan SMP dulu, Vania cewek yang sempurna, dia baik, cantik, dan pintar. Jelaslah Vania disukai Frizky yang notabenenya memang COGAN sekolah.
“Besok gue mau nembak dia di sekolah. Lo harus liat moment moment ter-ROMANTIS itu ya!” Ujarnya.

‘Romantis bagimu, Menyakitkan bagiku’

Frizky berhenti di depan rumahnya. “Ver, lo gapapa kan? Melamun terus, awas nabrak tiang Beb! Gue duluan yaa Bhay!”  Vera memandangnya, tersenyum palsu dan melanjutkan perjalanannya.

***

Esoknya, Benar saja. Frizky menembak Vania. Itu benar benar romantis. Sangat romantis.

Terpaksa, Vera melihat kejadian itu. Karena dia tak mau mengecewakan Frizky, sahabatnya. Tapi, bagaimanapun juga perasaannya tak bisa dibohongi.

Meski melihat kini Frizky berbahagia bersama Vania, tetap saja hatinya sakit, hancur, patah, mungkin sudah tak berbentuk.

Saat Frizky memeluk Vania, tanpa sadar air mata Vera mengalir refleks saja Vera berlari meninggalkan kerumunan yang menontoni Frizky dan Vania.

Namun, “Ver, Tunggu.” Ada tangan yang menahannya.

Hai bae bae terchayank

Terimakasih udah baca ya
dont forget to vote and comment. ;)

-N

TB [1] : Love in SquareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang