3 - Ify

79 8 0
                                    

Kesal. Sedih. Nyesek. Remuk. Pahit. Sakit. Kecewa. Itu yang Ify rasakan. Berjuta-juta pedang seakan-akan telah menusuk hatinya.

Bagaimana tidak? Orang yang ia sayangi sekarang malah membencinya dan memakinya. Bahkan Putra--nama laki-laki yang dimaksud-- berkata "aku tidak ingin menjadi pacarnya! Dia jelek! Bukan tipeku! Berani-berani nya dia menembakku! Aku tidak suka! Menyesal selama ini aku mengganggap dirinya ada!"

Ify salah. Iya dia salah. Mungkin karena beberapa hari yang lalu, ia menyatakan perasaannya kepada Putra. Dia memang salah. Mungkin sudut pandang mereka berbeda.

Memang terlihat sangat aneh jika seorang perempuan yang menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Tapi apakah itu berarti perempuan tidak boleh menyatakan perasaannya? Tentu tidak.

"Aku kan ga nembak dia! Aku cuman nyatain perasaan! Nyatain perasaan sama nembak itu beda! Aku tidak menyuruhnya untuk membalas perasaanku! Aku hanya ingin dia tahu! Aku menyayanginya! Tidak lebih!" Ify berbicara kepada boneka beruang miliknya. Itu memang terlihat gila.

Tapi itu yang bisa ia lakukan. Memarahi boneka ketika ia sedang dilanda perasaan sedih, kecewa, marah, dan lain sebagainya. Ada perasaan sangat menyesal dihati kecil Ify "kenapa aku nyatain perasaan sih? Kenapa aku ga ngubur aja perasaan ini dalam-dalam? Tapi terlambat. Nasi sudah menjadi bubur."

Ify hanya bisa menangis sambil sesekali memukul samsak yang ada di kamarnya. Saat Ify mengenal Putra, kelihatannya dia lebih semangat dalam menjalani hari-harinya. Namun kebahagiaan itu berubah menjadi pahit. Bahkan sangat pahit. Tidak disangka bahwa ternyata selama ini Putra membencinya.

Tapi mengapa Putra selalu memberi harapan? Dia sering membawa ku terbang ke langit ke 7 dan akhirnya melepaskanku ke jurang yang paling dalam.

Kenangan yang begitu indah selalu teringat dibenak Ify.

Ia teringat ketika Putra diam-diam sedang memperhatikan Ify dengan senyuman diwajahnya.

Ia teringat ketika Putra menemaninya saat sedang mengerjakan PR tengah malam, walaupun hanya chatting.

Ia teringat ketika Putra terus menjahilinya sampai membuat Ify marah dan setelah marah, Putra memeluknya.

Ia teringat bahwa Putra selalu memeluknya ketika ia sedang menangis.

Begitu banyak kenangan yang sangat indah. Namun semuanya telah berlalu. Menjadi pahit. Kenangan yang indah kini hanya membekas dihati kecilnya.

Semakin hari hatinya semakin sakit. Semakin hari rasanya semakin menjauh. Mereka dulu pernah sedekat nadi sebelum akhirnya sejauh matahari.

_*__*__*__*_

Vote dan comment kalian sangat berharga:)

-P

TB [1] : Love in SquareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang