ANGEL

ANGEL (4)

~Angel~

Suatu sore, saat itu hujan lebat. Sehun terdiam diatas sofa sembari menunggu Luhan pulang. Manusia tampaknya begitu sulit hidup di bumi. Sehun jadi ingin mencanangkan ide supaya mereka semua tinggal di surga. Tempat disana luas dan indah. Untuk menampung seisi bumipun pasti cukup.

Hft.. Sekarang kau 'mendekati' menjadi salah satu dari mereka, Sehun!

Hingga habis setengah jam menunggu dan Luhan tak juga muncul. Sehun memakai jaket bertudung besar dibadannya sambil menggenggam payung. Meski tak tahu kemana ia bisa menemukan Luhan, tapi Sehun harus menjemput. Luhan terlambat cukup lama dari jam pulang.

Menyusuri setapak, lorong sempit, dan gang sepi. Tapi Sehun tak juga menemukan Luhan. Hujan gerimis namun cukup deras begini orang - orang akan banyak berdiam diri di rumah. Harusnya ia juga begitu.

Tapi demi Tuhan. Luhan dimana sekarang? Hawa dingin mulai terasa menusuk. Sehun saja mulai merasa tak nyaman berlama - lama memakai jaket. Kain kasar ini menggesek tulang rawan sayapnya.

Ngilu..

BRAK!

Sehun menghentikan langkah begitu mendengar rintihan disudut gelap yang terlewati mata tajam Sehun.

Buru - buru Sehun ke sana begitu mendengar rintihan yang ia kenali sebagai suara Luhan.

Entah kapan Sehun merasakan darahnya bisa mendidih seperti air yang dimasak. Yang pasti Sehun nyaris kalap memukuli empat orang pria yang mengerubungi Luhan.

Luhan sedikit terisak.

Empat orang tadi tergeletak karena Sehun menghantam mereka dengan hentakan napas angin dari sepasang sayapnya.

"Terima kasih Sehun."

Pengecualian dan berhubung ini adalah Luhan ia melakukan ini. Saat itu juga, Sehun menggendong Luhan ala bridal dan membawanya terbang ke rumah tempat mereka bernaung. Sehun tak perduli akan ada mata telanjang yang melihat eksistensinya. Luhan lebih penting dibandingkan dirinya sendiri.
.
.
.
.
TBC