ANGEL (6)

800 83 2
                                    

~Angel~

Pagi harinya..

Luhan mendapati rumahnya kembali sunyi seperti sedia kala. Dimana ia tinggal seorang diri. Menghangatkan diri dari udara dingin dengan selimut tebal. Serta menyiapkan sendiri kudapan untuk mengisi perut dipagi hari.

Jika biasanya Sehun akan terlihat di pantry dapur dan sibuk membuat sesuatu untuk Luhan sebelum bekerja. Kali ini tidak. Sehun tidak ada disana.

"Sehun?"

Mengecek kamar mandi, tapi kosong. Luhan berpindah ke ruang depan. Sama seperti hasil sebelumnya. Dan terakhir halaman rumahnya. Siapa tahu Sehun sedang berjemur diluar. Karena matahari yang hangat adalah favorite-nya.

Tapi disana..

Luhan tak jua menemukan sileut ramping nan tinggi Sehun.

"Apa Sehun benar - benar pergi?" lirih Luhan pelan.

Kalau tahu akhirnya begini, Luhan tidak akan melontarkan kata pulang seperti kemarin. Luhan mengatai dirinya sendiri. Membodohi keidiotannya yang terkadang muncul tidak tahu tempat!

Luhan memeluk lututnya sembari meringkuk diatas sofa. Bisikan - bisikan pengacau mulai berkeliaran dikepala Luhan.

"Aku akan menunggu. Sehun pasti akan pulang," gumamnya meyakinkan diri.

Menjelang tengah malam, Luhan masih bertahan dengan posisinya. Mengabaikan bagaimana perutnya berbunyi karena lapar. Tapi sesungguhnya itu tidak terasa oleh Luhan. Nafsu makannya seolah lenyap.

Dia hanya butuh Sehun.

Gemuruh dan raungan hujan diluar mulai terdengar. Hawa dingin kian menusuk. Luhan sampai gemetaran ditempatnya meringkuk.

"Sebentar lagi. Sehun pasti pulang," keukeuh Luhan pada pendiriannya.

Luhan melakukan ini atas dasar kepercayaan. Sehun tak pernah menjanjikan untuk tetap disampingnya. Apalagi membalas perasaannya yang terasa semakin menguat. Terlalu cepat bagi Luhan untuk percaya akan perasaannya sendiri.

Tapi Luhan sudah membuktikan.

Bahwa debaran dan desiran halus yang ia rasakan tertuju untuk Sehun.

~Angel~

Mungkinkah ini mimpi?

Luhan berdiri diatas sebuah awan tunggal dan dikelilingi oleh ruang atas langit. Dari kejauhan Luhan juga melihat garis cahaya matahari yang terhalangi awan kecil.

"Dimana ini?"

Iris Luhan berpendar kesegala arah. Dunia ini seperti tak berujung. Sepanjang Luhan melangkahkan kakinya, hanya awan, langit dan bias cahaya matahari saja yang terlihat.

Namun pada tiga langkah selanjutnya.

Luhan terpaku melihat sosok familiar yang kerap menghantui tidur malamnya beberapa waktu terakhir. Sesosok tubuh tinggi, ramping dengan sepasang sayap putih keperakan besar dipunggung.

Itu Sehun!

Luhan hendak memanggilnya, tapi suaranya tertahan ditenggorokan. Mengabaikan yang terjadi, Luhan bergerak cepat untuk mendekati Sehun. Sosok itu tengah berdiri mengawang dengan rantai kokoh yang menahannya.

Iris Sehun terpejam. Ia layaknya seorang manusia yang tertidur disana.

"Sehun!"

Tubuh Sehun tak bergeming. Luhan sudah mendapatkan kembali suaranya demi menyadarkan Sehun. Luhan melangkah ke tempat dimana Sehun berada. Entah perasaannya atau bukan, Luhan seperti merasa jarak antara mereka semakin kentara.

Tidak!

"Sehun bangunlah!"

Energinya seperti terhisap. Luhan jatuh lemas pada langkah terakhirnya mengejar Sehun. Sesak dihatinya semakin jelas naik ke permukaan.

Perlahan..

Hingga sileut tubuh Sehun lenyap sama sekali.

Sedangkan Luhan hanya bisa terisak lirih dengan tangan menggapai - gapai ke depan.

"Kkajima.."

Luhan menggigit bibirnya menahan isakan. Sesekali ia menggumamkan nama Sehun bagai mantera. Terus berulang - ulang sampai Luhan merasa tak tahan lagi akan sesak yang membelenggu.

"Kenapa kau pergi?"

Airmata mulai menggenang pada iris Luhan.

"Aku bahkan belum sempat mengatakannya."

Luhan memukul dadanya ketika sesak itu semakin menghimpit.

"Kembalilah Sehun. Kumohon~" ujar Luhan sepenuh hatinya. Genangan airmatanya mulai pecah.

Tes..

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang