A & A

8.6K 273 11
                                    

Sebelum masuk ke Prolog,

Jadi gini loh. Sebelumnya aku terima kasih banget ada yg mau mampir ke tulisanku ini dan makasih byk juga yg udah masukin tulisanku ke reading list :)

Menurutku itu sebuah penyemangat secara ngga langsung. Oleh krn ituuu aku jd pengen seriusin tulisan ini.

I know aku berkali2 re create dsb. Tapi kali ini, semoga aja engga :D

Kalau udah ada yang baca cerita sebelumnya, di cerita kali ini bakal mirip, cuman bakal ganti karakter dan alur cerita. Bener-bener aku rombak karena yg sebelumnya itu ngaco bgt, ga jelas alurnya. Kali ini, semoga aja udah sesuai dan makin banyak pembacanya.

Sip deh, selamat membaca yayaya :)


****

20 Missed Called from '<3'

Setelah menatap layar handphone-nya selama beberapa detik, Alisa pun memutuskan mengembalikan handphone-nya ke dalam saku seragam sekolah.

 Ia menghela napas, kemudian kembali menulusuri koridor kelas.

Sekolah nampaknya sudah mulai kosong mengingat jam pulang sekolah yang sudah lewat satu jam lalu.

Ring ring...

Handphone Alisa kembali berdering dan ia segera merogoh saku rok sekolahnya. Lagi-lagi kontak yang sama muncul di layar ponsel miliknya. Dan tak lama kemudian...

"Eh, di sini kamu ternyata." Ucap seseorang di balik tubuh gadis itu.

Alisa pun membalikan tubuhnya dan mendapati laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya.

"Kok ngga di angkat terus sih aku telepon?" tanyanya,

Sementara Alisa masih diam seribu bahasa, entah apa yang sedang ada dalam pikirannya saat ini.

"Hello... kok di tanya malah bengong, ya?" tanya laki-laki itu, sambil memberi tatapan bingung pada Alisa.

Alisa mengetuk-ngetukan sepatunya ke lantai, Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu tetapi gadis itu nampak ragu-ragu,

"Kalau masih diem aja mending kita ke—"

"Aku mau putus, Ar."

Deg!

Laki-laki itu terdiam seketika. Raut wajahnya tidak menunjukan kalau ia senang, sedih, marah. Lebih tepatnya, ia terlihat tidak menunjukan ekspresi sama sekali.

"Aku serius." Tambah Alisa

Laki-laki itu masih diam dan pandangannya tidak lepas sama sekali dari kedua iris cokelat mata Alisa.

"Kalau kamu mau tanya lagi alesannya apa—"

"Oke." Putus laki-laki itu,

"Hah?"

"Oke." Sambungnya lagi,

Alisa sedikit terkejut sebetulnya. Tidak pernah ia merasa sekecewa ini sebelumnya. Maksudnya, bukan sekali atau dua kali Alisa meminta hal itu pada pacarnya. Tapi untuk kali ini? Laki-laki itu membalas permintaannya dengan sangat santai dan... entahlah!

"G—gak apa-apa?" tanya Alisa meyakini kembali,

"Kalau itu yang kamu mau." Jawab laki-laki itu tegas.

Alisa menelan ludahnya. Ia menundukan kepala.

Sebetulnya bukan jawaban itu yang Alisa ingin dengar.

Ah, mau lo apa sih Al? Udah lah. Ujarnya dalam hati

Alisa kemudian menyungging sedikit senyum di wajahnya,

"Oke." Kata gadis itu,

Laki-laki itu menatap dalam gadis yang berdiri dihadapannya.

"Oke." Jawabnya sama.

"Kalau gitu—aku pulang duluan, ya." sambung laki-laki itu sedikit canggung.

Alisa pun hanya mengangguk sedikit, kemudian laki-laki itu membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Alisa yang masih tengah berdiri di koridor sekolahnya, tanpa berkata apa-apa lagi.

Entah kenapa, rasanya berat sekali namun juga sangat melegakan.

Alisa tetap meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan baik-baik saja.

Dimulai dari... ponsel. 

Ia merogoh kembali saku rok sekolahnya dan mendapati ponselnya. Dengan sekali tekan ia langsung menemukan kontak laki-laki itu. 

Lalu mulai menggati mengganti nama kontak yang sebelumnya '💞' menjadi 'Aryanda'.



Sementara di sisi lain...

Aryan memarkiran motornya di depan sebuah warung kopi yang terletak di belakang sekolahnya. Tidak begitu dekat dari sekolah, namun tempat itu masih satu kompleks dengan sekolahnya. Ia pun meletakkan helm putihnya di spion motor kemudian menata rambutnya yang sedikit berantakan.

Setelah memasuki warung kopi yang terlihat lebih mirip dengan garasi itu,  Aryan melirik beberapa temannya yang duduk di ujung sana sedang sibuk dengan ponselnya masing-masing. Namun ada satu dari mereka yang tidak sedang melakukan kegiatan apapun, salah satunya—,

"Muka apa baju kotor tuh kusut bener?" celetuk salah satu temannya yang duduk di antara temna-teman yang lain.

"Suka-suka lo, Bar" sahutnya. Bar yang di maksud adalah Akbar. Teman sekelas, teman main, teman cerita, pokoknya teman segalanya bagi Aryan.

Tanpa seizin pemiliknya—tiba-tiba Aryan menyeruput segelas es kopi milik Akbar,

"Putus gue." Katanya sambil meletakan kembali gelas itu,

"Siapa?"

"Ya gue—"


"Nanya!" sahut Akbar sambil cekikikan,

"Ye tai. Seriusan, badak."

"Masalahnya, gue udah bosen nyet denger lo sama Alisa putus. Ujung-ujunya juga balikan." Kata Akbar sambil menaikkan sebelah alisnya,

"Kali ini beneran."

"Beneran apaan?"

"Beneran gue bakal bikin dia nyesel."

**** 

UTTER MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang