02》 BELAJAR TENTANGMU

1.6K 289 27
                                    

Hiruk-pikuk Jogja cukup terasa di sore hari kala itu. Ramai di jalanan, dan padat merayap di lampu merah, membuat Kinnas kesal hingga menekan klakson mobil sebanyak dua kali.

Tin tinnn...

"Sabar, Kin." Kata Cakra.

"Lagian sudah hijau kenapa ndak pada jalan, sih!"

Cakra hanya tertawa kecil dibuatnya. Teman lamanya sewaktu SMA ini memang tidak pernah berubah. Kinnas tetap sama, barbar seperti biasa.

"Ya sabar, Kin. Nanti juga jalan, kok."

Hampir saja lampu berubah menjadi merah lagi, tetapi untungnya Cakra sudah berhasil membawa mobil melewati perempatan itu.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor Radio Semesta. Ya, tadinya Cakra memang sengaja menjemput Kinnas untuk pergi ke kantor bersama, karena teman sekaligus dirutnya itu sedang malas menyetir sendiri.

Sekitar sepuluh menit sejak di lampu merah tadi, kini mereka sudah tiba di kantor Radio Semesta. Tak lupa, security yang berjaga di depan segera membukakan pintu gerbang.

Sebagai informasi, pintu gerbang kantor Radio Semesta memang sengaja ditutup rapat, dan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh masuk, diantaranya para karyawan-karyawati serta tamu yang sebelumnya sudah diundang oleh pihak Radio Semesta.

Dulu, sewaktu Radio Semesta masih di bawah pimpinan Kak Dimas, aturan ini belum diberlakukan. Tetapi karena sekarang popularitas Radio Semesta sudah semakin tinggi, juga karena banyaknya fans yang berusaha menerobos masuk tanpa izin, akhirnya Kinnas memberlakukan peraturan baru, yaitu membatasi akses masuk ke halaman kantor Radio Semesta, demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Itu adalah salah satu upayanya dalam rangka melindungi privasi para DJ Radio Semesta yang memang sudah semakin popular namanya di kalangan kawula Jogja, terutama Rakyasatya.

Di lobby, Cakra dan Kinnas berpapasan dengan Rakya. Saat itu juga Rakya menyapa dirutnya dengan ramah. "Selamat sore, Mbak Kinnas."

"Sore." Balas Kinnas, dengan nada bicara yang bossy seperti biasa. Setelahnya ia segera masuk ke lift, menuju ke ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga.

Meski sikap Kinnas terbilang cukup menyebalkan, tetapi bagi Rakya, itu sangat berwibawa dan keren, membuat si pemuda berseru, "Mbak Kinnas memang luar biasa!"

Cakra tertawa, kemudian menanggapi ucapan Rakya, "Galak begitu padahal."

"Cak, bukannya kamu ngisi siaran siang hari, ya? Kok masih di sini?" tanya Rakya yang akhirnya penasaran juga dengan keberadaan salah satu teman DJ-nya di sana.

"Tadi Kinnas telepon, minta diantar, katanya malas bawa mobil sendiri."

Pernyataan Cakra membuat Rakya sedikit terkejut. Ya, memang Kinnas sudah memperkenalkan Cakra sebagai teman lamanya, tetapi Rakya tidak menyangka kalau Kinnas sampai meminta diantar ke kantor oleh pemuda itu, membuat Rakya segera menyusun hipotesisnya. "Memang kalian ada hubungan spesial apa?"

"Hubungan spesial? Kita teman, Rak. Teman semasa SMA."

"Benar cuma teman saja?" tanya Rakya sekali lagi untuk memastikan.

Cakra mengangguk yakin, "Iya Rak, kita cuma teman. Tapi memang dekat seperti saudara sendiri. Lagian aku sudah punya pacar, ya kali mau belok sana-sini."

Puk! Rakya menepuk bahu Cakra dengan lega. "Alhamdulillah, kukira kamu bakal jadi sainganku."

Ucapan Rakya membuat Cakra terkejut, "Maksudnya, kamu..."

"Kita lanjutkan semuanya di kantin, aku lapar, belum sempat makan siang tadi." Rakya pun segera menarik Cakra menuju kantin yang letaknya di dekat parkiran. Ia ingin menceritakan perihal perasaannya terhadap Kinnas, dan berencana menjadikan Cakra sebagai batu loncatan, mengingat pemuda itu memang dekat dengan perempuan incarannya.

Seribu Kunang-KunangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang