Chapter 1 : The Light

526 48 0
                                    

Byur!

Terlihat seorang gadis yang sedang bersusah payah untuk menarik nafas. Tubuhnya bergetar hebat karena air es yang ditumpahkan secara tiba-tiba kepadanya. Tiga orang perempuan berdiri di hadapannya. Tertawa dengan lepasnya. Seperti gadis yang sedang bergetar itu adalah hal terlucu di dunia.

"Aku melakukannya karena kau sangatlah bau, Jane. Berterimakasihlah kepada malaikat yang berdiri dihadapanmu ini." Ujarnya dengan senyuman puasnya dan disetujui kedua gadis lainnya.

Selanjutnya hening. Yang terdengar hanyalah suara isak tangis dari seorang gadis yang dipanggil Jane tadi. Membuat senyum ketiga gadis tadi luntur.

Dengan gerakan cepat pun gadis yang berbicara tadi menarik rambut Jane dengan kasar. Membuat gadis wajah gadis yang sedari tadi menunduk itu terangkat.

"T-terimakasih, Agnes." Ucap Jane pada akhirnya. Ketiga gadis itu pun kembali tersenyum puas. Gadis bernama Agnes tadi pun berhenti menarik rambut Jane dan segera mencuci tangannya. Setelahnya, dia pun mengayunkan tangannya yang bermakna 'Ayo pergi' kepada kawanannya dan segera keluar dari toilet puteri.

Meninggalkan Jane dengan tangisannya.

Janessa's Point Of View

Setelah insiden yang dapat dibilang sudah 'sering' terjadi kepadaku tadi, aku pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan langsung kembali ke rumah dan menambah pandangan negatif orang-orang kepadaku.

Sembari berjalan, aku pun memperbaiki rambutku yang basah dan sudah tidak beraturan lagi. Dan kembali, air mataku menetes. Otakku terus memutar kesalahan apa saja yang telah kuperbuat sehingga diperlakukan begini. Tetapi hasil nol.

Karena apa yang kulakukan selama ini hanyalah tunduk kepada mereka. Dibully? Aku tidak melawan. Disuruh mengerjakan tugas? Aku melakukannya. Menyedihkan? Tentu saja. Memangnya apa yang dapat kulakukan untuk membela diriku sendiri?

"Nona Lyan, kenapa anda terlambat dan kenapa pakaian anda basah?"

Detik itu juga aku gelagapan. Dari sudut mataku dapat kulihat Agnes dan kawanannya melotot kearahku. Membuat bulu kudukku berdiri. Oh Tuhan.

"S-aat aku berangkat aku jatuh ke kubangan air l-lalu kembali ke rumah untuk berganti tetapi rumah sudah kosong, tuan Mark."

Oh, kalian dapat memanggilku 'Pembohong ulung' saat ini juga. Tuan Mark pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanda bahwa aku boleh masuk dan belajar.

Ada pemandangan baru hari ini. Terlihat seorang lelaki duduk di bangku disamping bangku dimana aku biasa duduk. Tapi, bangkuku hari ini tidak kosong. Disana ada gadis pirang yang bernama Grace, Sang ratu sekolah.

Dapat kulihat gadis itu mengibaskan tangannya kepadaku secara diam-diam. Tanda aku harus duduk ke tempat lain. Pandanganku pun mengedar dan melihat bangku kosong baris ke tiga di samping nerd lainnya, Carlos.

Dengan kepala sedikit aku pun berjalan kearah bangku itu. Berusaha mengabaikan orang-orang yang menatap jijik ke arahku. Setelahnya aku menghempaskan bokongku di bangku itu dan tebak apa yang terjadi!

Carlos menggeser duduknya agar lebih jauh dariku. Apakah aku semenjijikkan itu?

•••

"Hai, aku Dylan. Aku lihat kau sendirian. Bolehkah aku duduk disini?"

Aku mendongak dan tepat di hadapanku seorang lelaki yang tadi kulihat duduk di samping Grace. Membuatku tersedak air ludahku sendiri.

Ragu-ragu, aku pun menganggukkan kepalaku pelan. Sukses menghasilkan senyuman di wajah Dylan. Dia pun menarik kursi yang berada di hadapanku, menaruh nampannya dan duduk. Tentu saja.

The Ugly CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang