Cinta Akhir Pekan dan Cerita di Baliknya

5.1K 172 36
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak novel Cinta Akhir Pekan beredar di toko buku. Seperti halnya perasaan orangtua melihat bayinya yang baru berusia satu bulan, perasaan itulah yang menyergapku saat berjalan-jalan ke toko buku dan melihat novelku dipajang.

Jauh sebelum hari ini, Cinta Akhir Pekan hanyalah sebuah angan, kepingan imajinasi, dan endapan kegelisahan yang kerap menghantui. Sebenarnya, ide untuk menulis novel yang bertema MBA (married by accident) ini sudah mulai kupikirkan sejak tahun 2010. Saat itu, isu tersebut benar-benar mengusikku hingga ke tulang, mengingat aku punya adik perempuan yang baru saja memasuki masa pubertas.

Selama empat tahun yang berjalan, aku merasa terlalu banyak membuang waktu, sementara kegelisahan-kegelisahan itu terus menggangguku. Aku sering menceramahi adikku soal betapa riskannya pergaulan anak muda zaman sekarang dan betapa pentingnya memilih teman dan lingkungan pergaulan. Sampai di satu titik aku sadar bahwa sikapku terlalu berlebihan. Paranoid.

Hingga akhirnya, pada bulan April 2014, aku bertekad menuliskan kegelisahan-kegelisahan itu dalam sebuah novel.

Saat mulai menulis, aku benar-benar bingung harus memulainya dari mana. Lalu, kalimat itu seperti dibisikkan seseorang saat aku sedang duduk menghadap layar netbook di kamarku pada sebuah tengah malam. "Aku yakin, aku telah diperkosa." Bermodalkan kalimat pembuka itu, aku pun memulai perjalanan panjang menulis draf pertama naskah tersebut.

Setiap hari, aku sibuk memikirkan karakter, plot, konflik, dan segala hal yang berhubungan dengan naskahku. Aku percaya, inspirasi tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan digali. Maka, setiap sebelum tidur, aku punya kebiasaan menuliskan ide-ide dalam sebuah buku. Apa pun itu akan kutuliskan, kusimpan sebagai tabungan ide. Dan di setiap menjelang akhir pekan, aku mulai mengetikkannya di netbook.

Dengan target satu minggu satu bab, akhirnya draf pertamaku rampung dalam waktu tiga bulan. Aku bersyukur memiliki keluarga yang sangat mendukung apa pun hobi dan kegiatanku. Juga teman-temanku sesama penulis maupun teman-temanku yang bukan penulis, yang turut mendukung dan menyemangatiku selama proses menulis naskah ini. Dan tentunya, aku pun tidak akan melupakan jasa para pembaca di Wattpad yang melecutkan semangat luar biasa sehingga aku punya energi positif untuk mengejar targetku setiap akhir pekan.

Tiga bulan setelah kukirimkan ke penerbit, aku menerima balasan dari Mbak Vera bahwa naskahku yang berjudul "Akhir Pekan" tersebut belum dinyatakan lolos, tapi juga tidak ditolak. Tim redaksi Gramedia Pustaka Utama mengatakan bahwa naskahku potensial terbit, dengan syarat: aku mau dan mampu merevisi naskah tersebut sesuai poin-poin yang ditentukan. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku pun langsung merevisi naskahku.

Selama proses revisi, aku menemukan beberapa hal yang harus kuubah, kutambal-sulam, kuhilangkan, kutambahkan... sampai akhirnya malah kutulis ulang. Bagaimana tidak? Dalam draf pertamaku, tokoh-tokoh utamanya berusia 17-18 tahun, baru lulus SMA. Sedangkan tim redaksi memintaku mengubah usia mereka menjadi 20-an, baru lulus kuliah. Jadi, kupikir, memang sebaiknya ditulis ulang. Dan hal itu terasa seperti menulis naskah baru, dari nol lagi.

Tiga bulan kemudian, draf keduaku rampung. Total halaman yang semula hanya 160 itu membengkak menjadi 217. Tapi syukurnya, beberapa waktu kemudian, aku mendapat balasan bahwa naskahku sudah dinyatakan lolos. Senangnya bukan main.

Lalu, di akhir tahun 2014, aku dinyatakan terpilih sebagai salah satu dari 10 finalis Gramedia Writing Project. Dalam workshop dan konsultasi naskah yang diadakan pada bulan Maret 2015 itu, aku membawa draf 2 naskah "Akhir Pekan" untuk kukonsultasikan pada mentor/editorku, Kak Raya dan Kak Lana. Dan saat itu adalah saat-saat terbaik dalam proses perjalanan naskahku. Aku mendapatkan banyak ilmu, yang tentunya sangat bermanfaat bagi perbaikan naskahku selanjutnya.

Ya, benar. Draf 2 naskah "Akhir Pekan"-ku harus direvisi lagi. Dan seperti saat merevisi draf pertamanya, aku pun akhirnya menulis ulang naskah tersebut karena rasanya semakin tidak puas dan tidak puas saja (walau sebenarnya, Kak Raya hanya memintaku merevisi di beberapa bagian). Untuk kali ini, prosesnya memang tidak seberat re-write sebelumnya. Hanya saja, aku merasa emosiku lebih banyak terkuras. Bukan dalam hal adu emosi dengan editorku, melainkan emosi yang harus kutuangkan dan kumatangkan dalam draf 3 naskah "Akhir Pekan" yang telah berganti judul menjadi "Cinta Akhir Pekan" atas saran mentorku.

Bagaimana tidak? Saat konsultasi naskah itu, tahu-tahu saja Kak Raya dan Kak Lana menodongku dengan pertanyaan: "Apakah kamu pernah diperkosa? Apakah kamu pernah minum minuman keras? Bagaimana cara meyakinkan orang lain kalau kamu diperkosa dalam keadaan mabuk?"

Pertanyaan itu harus kujawab lewat perbaikan naskahku. Dan untuk menjawabnya, Kak Raya memberiku wejangan: "Saat kamu sedang menuliskan naskah ini, kamu jangan menulis sebagai Dadan Erlangga yang sedang menuliskan perasaannya sendiri. Tapi menulislah sebagai Dadan Erlangga yang sedang menuliskan perasaan dan pengalaman Arlin Dianita. Dengarkan suara Arlin dan tuliskan semuanya sesuai dengan apa yang dia harapkan."

Lalu, bagaimana caranya mendengarkan suara Arlin, sedangkan eksistensinya tidak benar-benar nyata? Itulah tugasku.

Setelah dua bulan merevisi dan menulis ulang, akhirnya, draf naskah novel "Cinta Akhir Pekan" selesai dengan tebal 199 halaman! Sambil menunggu keputusan berikutnya, aku memikirkan konsep untuk kovernya.

Awalnya, aku sempat mengajukan kover dengan konsep sepasang tangan yang saling menggenggam. Tapi kemudian, Kak Raya bilang itu terlalu standard. Jadi, aku pun mencari konsep lain. Bukan hanya aku, Kak Raya juga turut andil dalam hal ini. Ia mengusulkan konsep gambar kalender. Lalu, kami mencari stok gambar kalender yang sesuai. Dan percayalah, gambar-gambar kalender itu tidak ada yang mendekati seleraku dan konsep yang kuinginkan. Meski begitu, aku sempat mengajukan tiga konsep kover dengan objek kalender dan nuansa warna yang berbeda.

Empat bulan kemudian, aku mendapat kabar bahwa naskah novel "Cinta Akhir Pekan" sudah memasuki tahap proofing. Yang artinya, tidak ada lagi proses revisi apalagi re-write. Alhamdulillah.... Dan setelah hari itu, proses penerbitan novel "Cinta Akhir Pekan" berjalan lebih cepat dari yang kuperkirakan. Termasuk soal kover. Awalnya, aku masih deg-degan karena belum menemukan satu konsep yang benar-benar klik di hati. Sampai pada suatu pagi, Kak Raya mengirimiku gambar yang sangat keren—yang akhirnya kami sepakati menjadi kover novel "Cinta Akhir Pekan" ini.

Akhirnya... ya, akhirnya... setelah perjalanan panjang selama setahun lebih beberapa bulan, novel "Cinta Akhir Pekan" resmi dirilis pada tanggal 23 November 2015 lalu. Alhamdulillah, tanggapan teman-teman dan orang-orang terdekatku sangat positif. Mereka tidak hanya mengucapkan selamat, melainkan juga memesan novelku langsung dengan permintaan tanda tanganku di dalamnya. Membuatku terharu, tentu saja.

Kini, novelku sudah terpajang di seluruh toko buku, bersanding dengan novel-novel lainnya. Rasanya seperti... melihat impian, kegelisahan, cinta, dan kerja keras yang berpadu menjadi sesuatu yang membanggakan. Terlepas dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaannya, semoga novel "Cinta Akhir Pekan" bisa diterima dan disukai para pembaca. Dan semoga aku masih bisa terus berkarya.



Cinta Akhir PekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang