I Will

1K 51 6
                                    

Revanno Haris.

Semua orang tau jika dia adalah putra semata wayang dari pebisnis sukses, Haris Pratama. Segala kekayaan yang melimpah ruah di kehidupannya itu membuat remaja laki-laki ini seringkali bertindak seenak jidatnya sendiri tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya nanti.

Vanno, begitu cara orang-orang memanggil laki-laki itu. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Vanno, berarti dia adalah manusia gua yang hidup di zaman modern.

Semua warga sekolah mengenal Vanno, baik karena kekayaan keluarganya maupun karena ketampanan parasnya. Tapi semua itu menjadi sia-sia bila mengingat sikap bad boy milik Vanno.

Kadangkala dia bisa bersikap dingin bak es balok yang baru saja keluar dari freezer, di lain waktu sikapnya bisa berubah 180 derajat menjadi cowok gangster yang siap menyantap mangsanya.

Meski begitu, hampir seluruh gadis-gadis di luar sana mengagumi wajah malaikat ciptaan Tuhan ini. Tak jarang, banyak gadis sering menunjukkan ketertarikannya itu secara blak-blakan yang langsung saja ditolak mentah-mentah oleh Vanno.

Sedangkan Vanno sendiri, sebenarnya dia sudah mempunyai kekasih. Itu pasti. Mengingat betapa kaya dan tampannya dia.

Siapa sih cewek yang tidak tergila-gila oleh sosoknya? Ganteng, pinter, tajir juga.

Dan sudah pasti, gadis yang dipilih Vanno ini bukanlah sembarang gadis. Jelas dia memiliki wajah yang cantik jelita tanpa jerawat maupun biang keringat, bodynya yang mulus dan seksi bak gitar spanyol, ditambah segudang prestasi yang sudah dia sumbangkan untuk sekolah, menambah embel-embel "cewek hits" di belakang namanya.

Tapi siapa sangka, dibalik hati Vanno itu, sebenarnya dia masih menantikan gadis masa lalunya. Ada perasaan yang berbeda saat mengingat gadis kecil yang pernah hadir di dalam dunianya. Dunia masa kanak-kanaknya.

"Yang, aku nanti mau karaoke nih sama temen-temen aku." Ucap Mirza, kekasih Vanno.

"Ya, pake kartu ini aja." Balas Vanno tak acuh sambil memberikan sebuah kartu kredit unlimited kepada Mirza. Vanno lebih tertarik pada game yang ada di handphone warna hitamnya daripada meladeni ucapan dari kekasih materialistisnya itu.

"Yess! Thank you, sayang. I love you." Mirza mencium pipi Vanno singkat.

Bagi Mirza, uang Vanno adalah segalanya. Bisa berpacaran dengan cowok tajir bermasa depan sukses seperti Vanno adalah suatu keberuntungan tersendiri bagi Mirza.

Sebelum kata "putus" diultimatumkan, dia harus bisa memanfaatkan keadaan ini sebaik mungkin. Ya, sebaik mungkin. Seperti membuat list apa saja barang yang harus dibeli dan membuat jadwal shopping per minggunya.

"Nanti pulangnya jangan ngebut ya, Van. Yaudah, kalau gitu aku pergi dulu ya, sayang. Bye."

Sepeninggal Mirza, Vanno menghela nafasnya. Sebenarnya dia sudah tau akal busuk milik kekasihnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Terkadang rasa cinta kepada seseorang bisa mengalahkan segalanya. Dan itu yang membuat Vanno dengan gampangnya menutup mata dari sifat gila uang milik Mirza.

-------

Seperti biasa, jalanan Jakarta selalu saja dilanda kemacetan. Setiap hari. Tidak peduli hari apa itu, yang jelas kendaraan-kendaraan tidak pernah bisa berjalan dengan kecepatan tetap saat melaju di jalanan kota Jakarta.

Vanno menghela nafas, dia merasa penat. Dia lelah. Dia pusing. Dia sudah tidak kuat lagi melihat jejeran mobil yang hanya berjalan kurang dari dua meter setiap menitnya.

Vanno memutuskan untuk menelpon Mirza, siapa tau suara kekasihnya itu bisa menghibur di waktu-waktu seperti ini.

"Halo, ada apa Van?" Ucap suara di seberang sana.

Sing For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang