O n e

1.9K 88 6
                                    

"Gimana? Perlengkapannya udah semua kan?" Tanya Adel kepada seseorang perempuan yang sedang sibuk dengan kerjaannya.

"Udah mba. Tinggal dihias aja. Palingan ntar siang udah siap kok." Ujar Perempuan yang ditanyai oleh Adel tadi.

Adel mengangguk, ia menatap jam tangan yang berada ditangannya menunjukkan pukul 09.00 AM.

"Yaudah. Berarti nanti malem udah 100% siap ya mba? Saya mau kuliah dulu ok?" Perempuan tadi menganggukan kepalanya. Adel pun kembali masuk kedalam mobilnya dan melajukan mobil menuju Kampus-nya.

*

"ADELLLL! WOYYY! BENTAR WOYY! TUNGGU DULU!" Adel menatap sahabatnya, Deya Kanadia--Yang sedang berlari ke-arah nya.

"Kenapa manggil manggil gue? Kangen, hm?" Tanya Adel dengan nada songong.

Deya memonyongkan bibirnya dengan sebal dan,

'Pletak'

"Anjir ya lu. Pagi pagi udah buat gue olahraga. Bukannya ngasih minum malah songong komuk lo." Sungut Deya dengan sebal.

"Cepetan mau ngomong apa? Gue sibuk nih jadwal gue padat." Ujar Adel tetap dengan nada songong yang membuat Deya semakin sebal melihatnya.

"Gue cuma informasiin ke lo kalo Dosen gaada yang masuk hari ini. Huh. Untung gue orangnya cantik, baik, rajin, sholehah, pandai menabung dan juga rajin ke club. Coba kalo engga? Idih boro boro gue dari kantin ke parkiran lari lari cuma untuk nge-informasiin ini ke lo. Hee to the lowww. Mimpi aja."

Adel menatap Deya dengan malas, "Udah ngocehnya? Lagian kan bisa lewat Line."

"Wah anying. Ini nih ciri ciri orang kurang ajar gatau terimakasih. Sadar woy sadar. Handpone lo kan ilang bego." Ujar Deya dengan sewot.

"Utuk utuk utuk utuk anak mami pagi pagi udah sewot aja. Hahahaha." Ujar Adel tertawa sambil mengacak rambut Deya.

"Anjir! Rambut gue yang badai hancur garagara lo. Kampret ya lo. Bisa gak sih sehari aja tangan lo itu gakusah gratilan, hah?" Kata Deya dengan kesal. Ia tak habis pikir kenapa ia bisa mempunyai teman yang bikin ia naik darah seketika.

"Biasa aja dong tuh congor. Gakusah monyong monyong. Yaudah, berarti hari ini gaada kuliah kan? Makan kuy."

"Traktir ye! Lo kan hari ini Anniv sama Revano."

"Ye! Tiap hari juga gue yang traktir lu nyet."

"Hahaha. Tapi hari ini lo traktir gue ditempat spesial dong. Jangan makan di Ayam Bakar Setan mulu."

"Bacot lu ye. Masih mending gue traktir. Kuy lah." Adel dan Deya pun memasuki Mobil Adel dan melajukan mobil menuju sebuah cafè yang tak jauh dari kampus mereka.

"Nulis diary mulu lu." Ujar Deya sambil meletakan makanan yang sudah dipesan tadi.

"Kalo pun disuruh pilih hilang handpone atau diary gue milih hilang handpone. Karena diary itu sebagian dari hidup gue." Kata Adel dengan tersenyum dan menutup buku Diary-nya.

"Dih bahasa lu najis bat. Cepetan makan sebelum gue habisin punya lo."

Mereka pun makan dengan keadaan hening.

"Ohiya Del!" Celetuk Deya tiba tiba.

"Paan?"

"Lo udah persiapin Suprise-nya?"

Adel mengangguk. "Baru 50% sih. Tapi ntar malah udah siap 100% kok. Dan tugas lo yaitu video-in gue secara diem diem ye."

Deya menghela nafasnya sambil menatap Adel dengan malas.

"Ya ya ya. Jan lupa upah-nya." Kata Deya dengan terkekeh sedangkan Adel memutar bola matanya sebal.

"Iya iya. Lu mah perhitungan banget."

"So? Kalian udah 3 tahun pacaran, gaada mau lanjut ke pertunangan kek gitu?" Adel menaikkan bahunya pertanda tidak tahu.

"Gatau juga. Gue sama Revano masih menikmati indahnya dunia pacaran. Hahahaha." Ujar Adel dengan santai.

"Yeuh. Gue harap kalian Jodoh ya." Ucap Deya. "Pertahanin hubungan lo Del. Seberat apapun masalah yang datang ke kalian berdua, tetep bertahan. Okay? Karena gue tau Revano tulus sama lo. Owh! Dan stop inget 'Cowo Masa Lalu' lo. Please, gue yakin 'Cowo Masa Lalu' itu bukan 'Masa Depan' lo Del. Dengerin gue sekali ini aja."

"Iye iye. Bawel lu ah. Gue gaada nginget 'Cowo Masa Lalu' itu lagi kok. Tenang aja." Kata Adel dengan terkekeh.

"Bagus kalo gitu."

"Tapi Dey..." Deya memutar bola matanya dan menatap Adel dengan malas.

"Please Del. Lo hidup bukan cuma untuk nunggu dan berharap dia nemuin lo sekarang kan?" Adel menghela nafasnya dan mengangguk pelan.

*

Dear Diary...

Aku tidak tau aku harus berbuat apa. Yang kutau hanyalah menjalani hidup sebaik mungkin  tanpanya. 

Hai lelakiku yang jauh disana. Aku tidak tau kamu berada dimana sekarang. Yang kutau hanyalah kamu akan tetap dihatiku selamanya.

Revano, maafkan aku yang telah menduakanmu. Ini bukan kemauanku. Ini kemauan hatiku. Ku harap kamu mengerti itu.

1 april 2014//10:30 AM.

*

Haii. Gue mau ngasih tau kalo alur selanjutnya itu mungkin langsung ke konfik ya. Soalnya gue bikin cerita ini ga mau bertele tele karena dikejar oleh waktu. So, gue harap kalian ngerti. Makasih.



Adel's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang