T w o

1.1K 61 0
                                    

P A R T 2

Adel's POV

Akhirnya, suprise untuk anniversary-ku bersama Rev sudah 100%. Semoga saja nanti malam berjalan dengan lancar.
Saat ini aku sedang menuju mall untuk membeli sebuah handphone.

Kenapa aku membeli handphone? Karena handphone ku yang dulu masuk ke lobang wc dan mati total. Karena umurnya yang sudah lumayan tua, jadi leh-leh ae.

Akhirnya aku dan Deya sudah sampai di mall dan langsung memasuki sebuah toko. Aku tidak mau menyebutkan tokonya karena itu bukan sponsor dan aku tidak dibayar.

"Mas-mas saya mau beli hape yang kameranya sejernih Sony, baterai setahan Nokia, memori sebanyak iPhone, seaman Blackberry, dan sealim Esia Hidayah," cecar Deya sesampainya di toko.

"Anjer mana ada yang jual begituan mbak," jawab si Mas dan Deya hanya diam dan si Mas menjawab lagi, "Lebih baik semuanya aja dibeli mbak."

Aku percaya, kalo si Mas ngga ganteng pasti udah dilempar sama sepatunya Deya, tapi Deya juga masih punya hati. Walaupun hanya untuk cogan.

"Oh yaudah, handphone keluaran terbaru dan terkeren apa ya mas?" Tanya ku.

"Oh ada mbak, bentar ya saya ambil contohnya dulu," jawab si Mas sambil mengambil contohnya di gudang.

"Ini mbak baru keluaran beberapa hari yang lalu, modelnya keren juga," promosi si Mas dan aku pun mengangguk-anggukkan kepalaku.

"Yaudah saya ambil yang ini aja ya." Si Mas pun langsung membungkusnya lagi dan membawanya ke kasir.

"Sini-sini mana handphone lo?" Tanya Deya dan aku mengernyitkan dahiku.

"Untuk apaan?" Tanyaku balik.

"Liat aja entar," jawabnya dengan seringaian dan aku memberikan hanphoneku walaupun sedikit curiga.

Beberapa menit kemudian barulah Deya mengembalikan handphoneku dan aku bertanya kembali, "Eh lo ngapain sih ama handphone gue?"

"Kan udah gue bilang, liat aja entar," jawabnya dengan seringaian kembali dan aku punmendenguskan nafasku.

"Yawdah cuss pulang, kan ntar malem gue mau dinner ama Rev," ajak ku sambil menaik-naikan alis.

"Oh iya ya, ntar gue bantuin lo deh, karena gue tau kalo elo sangat-sangat buruk terhadap fashion," cibir Deya dan aku pun menempeleng kepalanya.

"Gini-gini gue ngga seburuk itu juga keles. Ntar dah gue telfon lo kerumah, nomor hp lo berapa?" Tanya ku dan Deya memunculkan seringainya lagi.

"Udah gue simpen kok di sana. Cek aja, tapi ntar kalo lo udah nyampe di rumah," suruh Deya lalu aku mengangguk-anggukan kepalaku.

"Ini kaga jadi pulang? Ngobrol mulu daritadi," ucap ku sambil terkikik dan Deya mendorong bahu ku masuk ke dalam mobil.

Setelah melewati kemacetan yang sangat indah dalam waktu 3 jam, mobil Deya pun telah sampai di rumahku.

"Ntar gue telfon lo, bye De." Aku melambaikan tanganku kepada Deya dan dia membalasnya.

'Hm masih jam 2, oh iya si Deya kan nyuruh nge cek handphone gue tadi,' gumam ku dan aku langsung mengecek handphone ku.

'Ga ada apa-apa, eh wait, satu-satunya yang belum gue buka itu contacts, coba gue cek dulu deh.' Aku langsung membuka contacts dan tertera sebuah contact yang bernama...

'Deya Cans Sejagad Raya Menandingi Ariana Grande'

"Wanjer, nama apaan nih? Gila ini cewek. Emang dasarnya kalo udah gila ya begitu, narsis lagi," ucap ku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku dan mengganti name contact-nya menjadi..

Adel's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang