0.

1.7K 79 4
                                    

p r o l o g

---

"Sha," panggil laki-laki itu, sedikit bergumam.

Untungnya, suasana di pekarangan rumah milik gadis itu cukup tenang. Didukung oleh lokasinya yang berada di dekat pantai dan menghadap ke laut, sehingga jarang sekali terdengar suara kendaraan bermotor.

Hanya deru ombak yang menghiasi keheningan di antara mereka berdua.

"Ya?" sahut gadis itu tanpa menoleh. Matanya terfokus pada ponselnya dengan jari-jemari kecilnya yang sibuk menari di atas benda itu.

"Gue-"

"Anjir, Va! Farel ngajakin gue ketemuan sekarang!" potong gadis tersebut bahkan sebelum laki-laki tadi sempat memyelesaikan kalimatnya yang sukses menciptakan seulas senyum miris di bibir laki-laki itu.

Niatnya untuk menyatakan perasaannya yang sudah ia pendam sekian lama itu, kembali harus ia kubur di sudut hatinya yang paling dalam.

Kembali ia harus tersenyum, menutupi rasa sakit hatinya dan menyuruh gadis itu menemui laki-laki yang ia maksudkan tadi. Walaupun ia tahu, hasil dari kemunafikannya untuk tidak menahan gadis itu pergi akan membuahkan hasil yang begitu menyayat hatinya.

Dia pasti bakal jadian lagi, dan untuk kesekian kalinya, cowok yang akan jadi pacarnya itu bukan gue.

"Dah, sana pergi. Ntar kelamaan malah gak jadi ditembak lagi," ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya, seakan tengah mengusir gadis di depannya.

"Ih, apaan sih, Va!" Dengan raut wajah yang terlihat kesal, gadis tersebut mendorong pelan laki-laki itu.

Namun, ia tahu. Dalam hatinya, gadis itu tengah melompat bahagia. Didukung oleh rona merah di kedua pipinya yang membuatnya terlihat semakin manis di mata laki-laki itu.

"Ya udah, gue mau ganti baju abis itu pergi. Jangan ketiduran di sini, ya! nanti gak ada yang bangunin! Bye," pamit gadis tersebut sambil mencubit kecil hidung sahabatnya itu, lalu beranjak dari tempatnya, buru-buru berlari menuju ke kamarnya.

Laki-laki itu tersenyum. Memperhatikan gadis tersebut melenggang pergi dari balik jendela besar yang menjadi pembatas antara rumah dan pekarangannya.

Kembali ia menatap lurus ke depan, memperhatikan ombak dan mendengarkan desirannya dengan seksama.

Mungkin, emang gak bisa begini.

Emang dia gak bisa jadi milik lo.

Emang lo sama dia gak diciptain untuk jadi satu.

Lagian, lo harus inget sama tekad dan janji lo pada diri lo sendiri.

Inget sama tekad lo untuk gak nyatain perasaan lo ke dia.

Inget sama tekad lo untuk gak nunjukkin ke dia kalo lo suka sama dia.

Laki-laki itu menghela nafas berat di sela-sela lamunannya itu.

Karena lo gak akan pernah bisa bahagiain dia.

---

a/n

Akhirnya, kesampean juga keinginan gue untuk ngebuat cerita yang menye-menye hahaha.

Btw, cerita ini cukup pendek. Cuma 10 part plus prolog sama epilog. Jadi, alurnya lumayan cepet. Mungkin, bisa dibilang sangat cepet malah.

Ya. Hope you like it, deh!

Regards,

Me, myself, and I.

.

p.s : iya gua tau ini cerita menye bgt. Lebay. Tapi mau gmn lagi emang dibuat begini ceritanya :")

ExanimateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang