Ketertarikan

154 15 7
                                    

"Sungguh aneh" pikir Karma. Ia berpikir mengapa seorang siswi paling pendiam datang ke tempatnya untuk membicarakan tugas. Ditambah lagi Karma adalah orang yang paling dijauhi di kelas.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan ?" Karma bertanya dengan sedikit marah

"Tentu saja kita akan mengerjakan tugas kelompok" balasnya

"Dan apa maksudmu kalau kita tinggal bersebelahan ?"

"Aku tinggal di sebelah kamar yang kau sewa, tetapi itu tidaklah penting, kita harus segera membahas tugas ini"

Karma tampak amat kesal, "Bukankah kau tahu jika aku tidak pernah mau mengerja-" Elina langsung menerobos Karma dan masuk kedalam ruangan Karma untuk mencari tempat duduk.

Kali ini Karma benar-benar marah. Walaupun sering berkelahi, tetapi ia belum pernah memukul perempuan. Belum ada perempuan yang mencari masalah dengannya, karena mereka semua takut dengan Karma.

"Pak guru memberi kita tugas untuk mengamati objek-objek langit pada malam hari. Tentu kita akan memerlukan teleskop. Batas pengumpulannya adalah lusa, jadi kita akan mengamatinya dari bukit yang berada di dekat daerah ini besok malam." jelas Elina.

"Apakah kau mengerti ?" tanya Elina.

Saat ia menoleh ke arah Karma, ia melihat Karma sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat menakutkan. Tetapi itu tidak membuatnya takut, karena gadis tanpa ekspresi ini benar-benar tidak memiliki emosi di dalam dirinya. Karma langsung menarik Elina keluar dari kamarnya dan segera membanting pintu.

"Aku akan menunggumu di kaki bukit besok sore" kata Elina dari luar pintu, dengan sedikit berteriak. Itulah kata terakhir yang Elina ucapkan, tetapi Karma tidak mempedulikannya sama sekali.

* * *

Keesokan harinya Karma tidak masuk sekolah. Sepanjang hari ia habiskan dengan bermalas-malasan. Saat sedang berbaring, Karma melihat ke arah jam yang ada di sebelah kasurnya. Waktu menunjukan pukul 05.25 pm, dan ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan. Saat sedang berkeliling, matanya terpaku pada bukit yang berada dekat dengan kotanya. Karma teringat dengan perkataan terakhir gadis itu. Ia pun memutuskan untuk pergi ke bukit, hanya untuk memastikan apakah Elina benar-benar akan datang. Lagi pula perjalanannya tidak memakan banyak waktu, hanya sekitar 15 menit dengan berjalan kaki.

Sesampainya di bukit hari sudah teramat gelap. Cahaya jingga matahari yang ada di langit hampir tertelan habis oleh warna biru gelap malam. Tetapi Karma tak melihat seorangpun di kaki bukit. Dia berpikir untuk apa juga dia pergi ke sini. Tetapi saat berbalik, ia melihatnya. Elina...dia berada beberapa langkah tepat dihadapan Karma. Mereka saling berpandangan untuk beberapa lama, seakan-akan mereka tak percaya bahwa mereka berdua benar-benar datang.

"Ja-jangan salah paham. Aku tidak datang ke sini untuk menemui-"

"Kau benar-benar datang" ucap Elina memotong perkataan Karma.

Ia memandangi Karma dengan tatapan yang sangat dalam. Saat itu Elina mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna biru terang bulan. Ia membawa tas yang cukup besar. Sepertinya tas itu berisi teleskop dan beberapa buku astronomi.

Matanya tampak berbinar. Kali ini ada yang berbeda. Karma terkejut melihat mata Elina yang berbinar. Walaupun tanpa ekspresi, matanya menunjukan emosi yang kuat. Dan Karma cukup tercengang melihat Elina yang terus memandanginya dengan mata yang berbinar-binar. Karma segera memalingkan wajahnya dan berusaha mengalihkan perhatian.

"Su-sudahlah, kita datang kesini untuk mengamati langit. Jangan membuang-buang waktu"

Karma langsung pergi menyusuri jalan setapak menuju ke puncak bukit. Dan Elina segera mengikutinya dari belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Bad and The ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang