PART 1

591 10 0
                                    

Normal POV

"Hello, Bro!" seorang cowok tinggi yang rambutnya di potong hampir botak menepuk pundak seorang cowok lain yang lebih pendek sekitar 10 sentimeter darinya dengan keras yang membuat cowok pendek itu hampir terjungkal.

"Really, Ka?" cowok pendek itu mendelik menatap si cowok tinggi dengan tatapan ingin membunuh, sedangkan si cowok tinggi hanya nyengir lebar sambil menyatukan kedua tangannya di belakang kepala tanpa rasa bersalah, "Kau membuatku hampir jatuh!" si cowok pendek membuat pernyataan yang memang sudah menjadi fakta sambil masih menatap tajam si cowok tinggi dan melipat tangannya di depan dada.

"Sorry, gue nggak bermaksud mau bikin lo jatuh, itu murni nggak sengaja. Lagian gue nepuk lo rasanya normal-normal aja, deh!" kata si cowok tinggi yang meski meminta maaf tapi sama sekali tidak terdengar tulus, "Lagian lo juga, sih! Masa gitu aja hampir jatuh? Emangnya badan lo itu dari kapas, saking ringannya ditepuk dikit aja langsung melayang?" lanjut si cowok tinggi yang langsung membuat perempatan muncul di kening si cowok pendek.

Si cowok pendek makin tajam menatap si cowok tinggi dengan tambahan pipi menggembung saking kesalnya tapi dia tidak mengatakan apapun hanya menghentakkan kakinya sambil berjalan menjauhi si cowok tinggi. Si cowok tinggi menatap kepergian si cowok pendek dengan bingung tidak tahu kenapa tiba-tiba dia ditinggalkan padahal kelas mereka sama.

"Ri!" si cowok tinggi berlari sambil memanggil si cowok pendek yang sudah hampir menghilang di koridor kampus yang sudah mulai penuh, "Duh, Ari! Lo kenapa ninggalin gue, sih?" tanya si cowok tinggi sambil memegang pergelangan tangan Ari, si cowok pendek, agar dia berhenti berjalan yang meski kakinya pendek ternyata berjalannya lumayan cepat.

"Menurut kamu kenapa!?" kata Ari masih dengan nada kesal yang kentara namun si cowok tinggi yang entah lemot atau apa masih tidak sadar bahwa Ari sedang kesal padanya.

"Hmmm???" si cowok tinggi terlihat berpikir sambil memiringkan kepalanya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

...

...

2 menit berlalu dan si cowok tinggi masih menatap Ari dengan bingung.

Ari memutar bola matanya, "Sudahlah," Ari menyerah untuk menunggu si cowok tinggi menyadari kesalahannya karena keliahatannya sampai pulang kuliah pun dia tidak akan pernah sadar kenapa Ari marah. Kemudian Ari kembali berjalan menuju kelasnya yang langsung dibuntuti si cowok tinggi sambil memegang ujung baju Ari seperti anak bebek yang takut kehilangan induknya. "Saka, kamu ngapain narik-narik baju aku!?" sergah Ari sambil melepaskan tangan si cowok tinggi yang bernama Saka itu dari ujung bajunya.

"Kenapa emang?" tanya Saka dengan wajah polos yang menurut Ari sama sekali nggak ada manis-manisnya.

"Udah jelas karena kamu bikin baju aku melar, bego!" kata Ari sambil mendelik jengkel pada Saka namun masih terus berjalan menuju kelas.

"Ooo," Saka bergumam pendek kemudian gantian menarik-narik tas ransel Ari yang lebih banyak berisi camilan ketimbang modul kuliah yang langsung membuat Ari menepis tangan Saka dari ranselnya karena membuat beban di ransel Ari makin bertambah.

"Maximillian Pusaka Zulli, lo nggak ada kerjaan banget, ya!? Dari tadi bikin orang kesal mulu! Badan lo itu kayak kingkong dan tenaga lo itu kayak badak jadi kalo elo narik-narik gue lo tau berapa beban tambahan yang mesti gue tanggung!?" Ari berhenti berjalan di depan ruang kelas mereka pagi itu. Ari yang biasanya sopan kalau bicara hanya menggunakan elo-gue kalau dia sudah kesal setengah mati dan khusus buat Saka dengan tambahan menyebutkan nama lengkap Saka kalau dia sudah habis sabar dengan cowok itu.

DIA ITU BABU KU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang