1

5.4K 692 39
                                    

Four years later...

Zoe Avery Skyline

Sudah 4 tahun lebih, aku dan Harry bisa hidup dengan damai, tanpa gangguan sedikitpun. Aku dan Harry tinggal bersama di sebuah kota kecil di London, yaitu Holmes Chapel. Aku juga sudah menguasai kemampuanku.

"Zoe, bisakah kau mengambilkanku dua kantung darah?", teriak Harry dari atas.

"Kau punya kaki, Harry. Ambillah sendiri!", balasku.  Aku sedang duduk, menonton TV. Manusia mengabarkan berita yang sama setiap harinya, dan mulai membosankan.

Aku mendengar Harry menuruni tangga kayu, dan melihatku dengan kesal. Aku mengempat tawa, karena wajahnya lucu sekali! Aku juga dapat mendengar jika dia sedang haus, perutnya seakan-akan meronta akan darah.

Lalu, aku kembali menonton TV. Terdapat sebuah breaking news.

"Ditemukan dua tubuh manusia di basement sebuah mall terkemuka di London. Terdapat bekas gigitan di leher masing masing korban. Polisi telah mengamankan daerah sana, dan menduga pembunuhannya terjadi pada malam hari. Pelaku tidak meninggalkan jejak apapun, yang diyakini bahwa pelaku tidak melakukan apa-apa terhadap korban, hanya menggigit."

Apa? Bukankah vampire sekarang minum dari darah hewan?

"Harry, kemarilah!", panggilku. Dalam sekejap, Harry duduk disebelahku.

"Ada apa?", tanya nya penasaran.

"Beritanya. Ada vampire yang menyerang manusia.", ujarku. Harry membelalakkan matanya,

"Masih ada saja vampire yang memburu manusia? Gila. Dia bisa saja membuat manusia tahu bahwa vampire itu ada.", gumamnya. Memang, kaum kami ada di bayang-bayang manusia. Kami mencoba berbaur dengan manusia, beberapa berhasil dan beberapa tidak.

Lalu, aku pun mematikan TV. Suasana pun menjadi hening, dan aku bersandar di bahu Harry.

"Sudah 4 tahun, kita mengalami kejadian buruk itu.", ucapku, mengingat masa lalu.

"Sudah 4 tahun, kakiku tertembak. Kukira hidupku akan selesai, ternyata itu bukan pure bullets. Aku sangat bersyukur.", gumam Harry, sambil mengelus kepalaku.

"Aku juga bersyukur.", balasku. Harry tersenyum, diikuti aku. Kami kembali hening, tidak ada suara sama sekali.

Lalu, aku mendengar ketukan dipintu rumah kami. Akupun beranjak, dan membukakan pintu.

Berdiri disana lelaki, manusia, yang tersenyum gugup didepanku. Aku membalas senyumannya. Dia membawa sebuah bingkisan ditangannya.

"Um, hai. Aku tetangga barumu. Aku kesini untuk memberimu bingkisan, pertanda tetangga baru. Aku harap kau suka.", ucapnya. Aku mengangguk

"Terimakasih, kau pindah kapan? Tadi malam?", tanyaku, mencoba friendly kepadanya.

"Oh, ya. Tadi malam aku baru pindah, dan baru saja selesai menata barang-barang.", jawabnya, sambil menggaruk kepala bagian belakangnya.

"Terimakasih ya, um.."

"Ezio, namaku Ezio Jarquez. Maafkan aku lupa memberi tahu namamu.", ucapnya, memotong perkataanku.

"Teri--"

"Terimakasih, Ezio. Kau boleh pulang sekarang.", ucap Harry, memotong perkataanku. Dia tiba tiba muncul disebelahku, dan merangkul pundakku. Aku berharap Ezio tidak melihat kecepatan Harry tadi.

Ezio hanya mengangguk, dan ia pun berjalan kembali ke rumahnya. Harry kembali masuk, dan aku pun masih melihat Ezio.

"Zoe? Apa yang kau lakukan disana? Masuklah.", ujar Harry. Aku mengangguk, dan perlahan menutup pintu.

Aku bersumpah aku melihat Ezio tersenyum kearahku.

***

Aku terbangun ditengah malam. Aku merasa sangat haus sekali, dan membutuhkan darah sebanyaknya. Aku pun berusaha melepaskan lengan Harry yang melingkar di pinggangku, dan akhirnya berhasil. Aku berjalan, menuruni tangga dan berjalan masuk ke dapur.

Suasana dapur sangat hening, hanya ada suara darah yang sedang kuminum. Setelah habis satu kantung, aku masih merasa haus. Jadi, aku mengambil kantong darah lagi dan meminumnya. Aku mendengar suara ketukan di jendela dapur. Aku berhenti meminum, dan berjalan kearah jendela. Dengan perlahan aku membuka gorden, dan melihat jendela.

Tidak ada apa-apa.

Aku menghela napas, dan kembali menutup gorden. Aku kembali meminum darah, kali ini lebih cepat karena ingin segera tidur. Setelah membuang kantung darah dan mencuci tangan, aku bersiap kembali  ke kamar.

Lalu terdengar sebuah teriakan yang berasal dari depan rumah.

Aku segera berlari, membuka pintu rumah dan melihat kedepan. Itu tadi adalah teriakan wanita, dan sedang kesakitan.  Aku menggunakan kemampuan penciumanku yang tajam, dan hasilnya nihil.

Apa hanya perasaanku saja?

Aku kembali melihat sekeliling, dan kembali menutup pintu. Saat aku berbalik, aku pun terkejut.

Terdapat tubuh seorang wanita, dengan gigitan dilehernya terkapar di lantai.

"Apa apaan ini!?", teriakku. Aku pun mendekati tubuh wanita malang ini, dan melihat ada sepucuk kertas putih berlumuran darah. Aku membuka kertasnya, dan membacanya.

BEWARE

THE THREAT IS COMING.

"HARRY!", teriakku.

Another threat is coming.

•••

A/N : cie sequelnya mine cie.

bagus kaga? serem kaga? kaga? masih serem muka mantan yekan HAHA ok.

hayuk di vote & comments

!!!NEXT CHAPTER WILL BE POSTED IF THIS CHAPTER REACHED 100+ VOTES!!!

Threat (Harry Styles Vampire) / on hold.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang