Harry Styles
Sudah 5 hari setelah kejadian aneh itu, dan aku pun semakin mengawasi Zoe. Aku tidak ingin hal buruk menimpanya. Sejauh ini, tidak ada apa- apa yang mencurigakan.
Tapi, aku mencurigakan tetangga baru itu.
Dia terasa manusia, tetapi ada sesuatu dari dirinya yang membuatku penasaran. Entah mengapa, aku merasakan hal buruk mengenai tetangga baru itu-- Ezio.
"Harry, apa yang sedang kau pikirkan?", ucap Zoe, memecah lamunanku. Aku segera mengerjapkan mataku, dan tersenyum kecil kearahnya.
"Tidak, tidak ada.", balasku.
"Kau berbohong."
"Tidak."
"Kau bohong, Harry. Aku bisa merasakannya."
"Tidak, Zoe."
"Harry."
"Zoe."
Zoe pun menghela napas, dan tertawa kecil kearahku. Aku membalasnya dengan senyuman, dan membelai pipinya dengan lembut.
"Aku beruntung bisa bertemu denganmu, Zoe..", gumamku, sedikit mendekat kearahnya. Zoe melihat kearah bibirku, dan sedetik kemudian kembali melihat kearah mataku. Aku menyeringai, dan Zoe pun tersenyum malu.
"A-aku juga, Harry. Aku sangat beruntung bisa bersamamu selama ini.", balasnya, melihat kearah tangannya yang berada diatas perutnya. Aku pun menarik dagunya, dan kami pun saling memandang.
Dia, sangat cantik.
Aku menghela napas pelan, dan tersenyum. Aku pun perlahan mendekat, dan aku pun mencium bibirnya yang berwarna merah muda itu. Zoe pun segera membalas ciumanku, dan membelitkan kedua tangannya dileherku. Aku meletakkan tangan kiriku dibelakang kepalanya, dan tangan kananku di pipinya.
Aku mencintai Zoe
Dan Zoe juga mencintaiku.
Kami seperti puzzle, saling melengkapi.
Tak lama kemudian, Zoe mendorongku pelan, dan melepaskan ciuman kami. Aku tetap melihat bibirnya yang lebih berwarna merah muda daripada tadi, dan begitupun juga Zoe. Zoe meletakkan ibu jarinya di bibir atasku, perlahan menurunkannya. Bibirku pun terbuka sedikit karenanya, dan Zoe pun tersenyum.
"Aku haus, Harry.", bisik Zoe, kini melihat kedua mataku.
"Begitupun juga aku.", jawabku, kembali mencium bibirnya, dan Zoe kembali mendorongku pelan. Aku menggeram kecil, dan meletakkan kepalaku dipundaknya.
"Ayolah, Zoe..", rintihku.
"Aku haus, Harry.", ucap Zoe, terdengar lebih tegas dari sebelumnya. Aku pun kembali duduk tegak, dan melihatnya berdiri.
"Harry, aku punya ide!", seru Zoe sambil menyeringai lebar seperti anak kecil yang baru saja dibelikan lolipop oleh ibunya.
"Apa itu?", tanyaku.
"Aku ingin kita berburu! Sudah lama sekali, kita tidak berburu. Selama ini kita hanya minum dari kantung darah itu.", ucap Zoe dengan penuh semangat, sehingga matanya berubah warna menjadi merang terang.
"Idemu bagus. Ayo kita berburu dihutan!", balasku, dan aku pun berdiri. Zoe pun bersorak kegirangan, dan ia mencium pipiku.
"Terimakasih, Harry."
"Anything for you."
***
Aku melihat ada seekor kelinci liar sedang berada dibalik semak-semak. Aku sudah mengintainya sejak daritadi, dan berusaha tidak membuat pergerakan sedikitpun. Aku pun menggunakan kecepatan vampireku, dan seketika kelinci itu ada digenggamanku.
"Kena kau.", bisikku, dan menghirup darah segar yang terdapat didalam tubuh kelinci malang ini. Kelinci ini berusaha melepaskan diri dari cengkramanku, tapi itu semua sia-sia.
"Selamat tinggal.", ucapku, dan segera menggigit kelinci itu dengan kedua taringku yang tajam. Kelinci itu mengeluarkan suara kesakitan, dan tak lama kemudian kelinci itu pun mati.
Aku meletakkan tubuh kelinci itu di semak-semak, dan menyeka bibirku. Aku menjilat sisa darah yang terdapat di tanganku.
Lalu, aku mendengar sebuah derapan kaki yang berjalan kearahku.
Aku segera berbalik, dan melihat tetangga baruku, Ezio, yang sedang melihatiku dengan penasaran. Sial, apa dia melihatku saat aku meminum darah kelinci tadi?
"Apa yang kau lakukan disini?", tanyanya, penuh dengan penasaran.
"Uh, aku mencari kelinciku yang lepas.", jawabku, berusaha untuk meyakinkannya.
"Kelinci? Aku tidak tahu kau memelihara kelinci..?", ucapnya, sambil menaikkan kedua alisnya.
"Tentu saja kau tidak tahu karena kau tidak pernah masuk rumahku.", balasku, cukup sinis. Ezio hanya mengangguk, dan aku melihat dia membawa kayu bakar.
"Untuk apa?", tanyaku, sambil menunjuk kayu bakarnya.
"Untuk menghangatkan diri.", balasnya, sambil tersenyum kearahku. Aku membalasnya dengan menggumamkan 'Oh'. Keheningan pun tercipta diantara kami.
"Omong-omong, Zoe itu siapamu?", tanyanya, dan meletakkan kayu bakarnya, lalu duduk diatasnya.
"Mengapa kau menanyakan itu? Apa itu penting?", balasku, sambil berpura-pura mencari kelinci di semak-semak. Aku mendengar Ezio menghela napas dalam,
"Aku hanya ingin tahu, Harry.", jawabnya. Tunggu, apa aku sudah memberi tahunya namaku?
"Kau tahu namaku darimana?", tanyaku dengan cepat, menoleh kearahnya. Ezio hanya tertawa kecil, dan menggelengkan kepalanya.
"Aku mendengarnya dari Zoe. Kau pasti sangat memuaskannya sehingga ia meneriakkan namamu berulang kali, bukan?",ucap Ezio dengan seringaian lebar di bibirnya. Aku memutar mataku, dan kembali berpura-pura mencari kelinci.
"Mengapa kau masih ada disini?", ucapku, sedikit terganggu atas keberadaannya.
"Oh, ya. Aku akan pulang.", jawabnya, bangkit dari duduknya dan mengambil kayu bakarnya.
"Bagus."
"Tetapi setelah kau menjawab pertanyaanku, Harry.", ucap Ezio, dengan serius. Seketika, aura disekitar kami berubah drastis, menjadi sangat tegang.
"Apa itu?", tanyaku.
"Apa kau ingin bersama dengan Zoe selamanya?", tanyanya.
"Tentu saja!", ucapku, dengan nada sedikit keras. Aku melihat Ezio tersenyum lebar, dan mengangguk.
"Baiklah. Sampai berjumpa, Harry.", ucapnya, entah mengapa aku merasa auranya berubah saat ia mengucapkan namaku.
Dan tentu, aura buruk terpancar dari dirinya.
***
"Aku tadi dapat 3 kelinci, Harry.", ucap Zoe, sambil bersandar di headboard ranjang kami. Aku mengangguk, dan mencium dahinya dengan lembut.
"Sekarang tidur, ya?", bisikku. Zoe mengangguk, dan mematikan lampu. Seketika ruangan pun menjadi gelap gulita. Aku melihat sekeliling kamar kami, dan akhirnya menutup mataku.
Tapi, aku merasakan ada yang melihatku dengan Zoe.
***
A/N : gue nulis ini sambil agak takut. tapi ga nakutin kan lol
vote and comments, jan lupa.
bye.xx
muah (kiss from enbe) :*:*
!!!NEXT CHAPTER WILL BE POSTED IF THIS CHAPTER REACHED 100+ VOTES!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Threat (Harry Styles Vampire) / on hold.
Fiksi Penggemar[BOOK 3 OF HARRY STYLES VAMPIRE] "Oh darling, you don't know what will happen next." Zoe and Harry thought that the threat was over. But they are wrong, very wrong. The threat is still haunting them. DISCLAIMER : Make sure you already read the previ...